Bab 273
"Aku nggak pernah menyesali
keputusan yang aku buat."
"Oh ya, bagaimana kamu masih
bisa lajang? Bukankah ada Nona Regina dan juga Nona Tiara dari Keluarga Wijaya?
Dua wanita cantik di Beluno ini sangat menyayangimu, "kan?"
Emilia sama sekali tidak sadar bahwa
ada nada cemburu dalam kata kata yang dia lontarkan itu.
Tamara memutar bola matanya dan
berkata, "Nathan, setelah putus dengan Emilia, sepertinya kamu juga cukup
beruntung dalam hubungan asmara."
"Dengar-dengar, Nona Regina itu
'memeliharamu' sekarang. Kamu pasti menjalani hidup mewah, 'kan?"
Nathan tersenyum dan berkata,
"Ya, yang kalian katakan benar."
"Nona Regina sangat baik
padaku."
"Aku berencana untuk menyatakan
cinta padanya nanti. Asalkan dipelihara oleh wanita kaya, aku juga bisa hidup
enak dan nggak perlu khawatir dengan masa depan lagi."
Tamara mendengus dan berkata dengan
nada meremehkan, "Kamu hanya jago begitu saja. Pantas saja Emilia
meremehkanmu Jadi, ini semua salahmu sendiri. Kamu seharusnya introspeksi
diri."
"Bu, jangan bicara lagi,"
ucap Emilia dengan dingin.
"Nathan bisa membuat Nona Regina
inenyukainya, itu juga termasuk kemampuannya. Kita harus mendoakan yang terbaik
untuknya."
Ken berkata dengan ekspresi serakah,
"Nathan, bagaimana kalau kamu mengajariku beberapa trik agar wanita kaya
menyukaiku?"
"Aku juga nggak ingin bekerja
keras lagi. Aku hanya ingin berbaring sepertimu dan hidup dengan mengandalkan
tampang."
Nathan menggelengkan kepalanya dan
berkata, "Aku bisa mengajarimu trik, tapi wajahmu nggak tampan, jadi
percuma saja aku mengajarimu."
Ken berkata dengan geram, "Kamu
meremehkanku?"
Bagaimanapun, dia juga adik
kandungnya Emilia.
Kakaknya saja begitu cantik, mana
mungkin adiknya bisa jelek?
Ken merasa Nathan hanya pelit dan
tidak mau memberitahunya rahasia menggaet wanita kaya.
Hanya saja, Nathan tidak ingin
membuat Ken terguncang. Mernang benar Emilia punya paras secantik bidadari.
Namun sang adik, Ken, punya tampang
yang berbeda 180 derajat dari Emilia.
Kakaknya cantik bak bidadari, tetapi
adiknya jelek.
Yang satunya cantik sekali dan yang
satunya lagi jelek.
Saking berbedanya, terkadang orang
akan menganggapnya sebagai anak pungut.
Setelah mengobrol lama, acara makan
inalain itu pun berakhir sekitar jam delapan
Nathan menolak Tuan Besar Arga yang
hendak mengantarnya pulang. Pria itu langsung meninggalkan kediaman Sebastian
sendirian.
Emilia mengejarnya dan berkata dengan
nada dingin, " Kakek minta aku mengantarmu. Jangan terlalu banyak
berpikir."
Nathan berkata dengan cuek,
"Tenang saja. Aku nggak begitu kurang kerjaan."
"Kembalilah. Ada orang yang
datang menjemputku."
Emilia mencibir dan berkata,
"Kalau tebakanku nggak salah, pasti Nona Regina atau Tiara, 'kan?"
"Nathan, kamu pasti senang
disukai oleh dua wanita cantik sekaligus?"
Nathan tersenyum dan berkata,
"Benar, aku bisa berganti wanita setiap harinya. Pagi dan malam juga nggak
ditemani oleh orang yang sama."
"Apalagi, Nona Regina b. gitu
menawan dan berapi api. Pesonanya sangat memabukkan."
"Tiara sendiri punya perilaku
baik dan patuh. Tampangnya polos, punya tubuh ramping, dan seksi Daya tariknya
juga nggak kalah memukau
Emilia berkata dengan nada
meremehkan, "Benar saja. Akhimya sifat aslimu terungkap juga."
Nathan mengangkat bahu dan berkata,
"Bu Emilia, aku nggak setuju dengan perkataanmu. Sikapmu dingin, hambar
seperti air. Kamu juga hanya mengagumi dirimu sendiri."
"Kamu nggak suka melihat orang
lain bermesraan. Bu Emilia, kamu hanya iri dan cemburu. Tapi mana boleh seperti
itu, 'kan?"
Emilia dipenuhi rasa malu dan juga
marah. Dia menggertakkan giginya dan berkata, "Kamu bilang siapa dingin
dan hambar seperti air?"
"Selain itu, kapan aku iri dan
cemburu? Nathan, berhentilah menyanjung dirimu sendiri, ok?"
Ekspresi wajah Nathan tampak tenang.
"Ya sudahlah, nggak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Sampai di sini
saja. Selamat tinggal!"
Beberapa mobil mewah berwarna hitam
telah berhenti lama di depan pintu kediaman Halim.
Seorang pria keluar dari mobil depan,
lalu membukakan pintu untuk Nathan dengan hormat. Pria itu berkata sambil
tersenyum minia maaf, "Tuan Nathan, merepotkan Anda lagi."
Nathan melambaikan tangannya dan
berkata, "Ayo jalan dulu."
Mesin mobil mendengung. Mobil-mobil
itu pun bergerak meninggalkan kediaman Sebastian.
Emilia menatap lampu belakang mobil
yang menghilang di balik kegelapan malam. Hatinya dilanda kebingungan dan
keraguan.
"Bukankah pria barusan itu Arjun
dari Gluton?"
"Dia adalah penguasa Gluton.
Kenapa dia bisa datang untuk membukakan pintu untuk Nathan? Selain itu, dia
juga memasang ekspresi penuh menyanjung seperti itu. Kenapa bisa begini?"
No comments: