Bab 289
Analin, di Vila Merah.
Seluruh vila telah dipesan oleh
Nayana.
Di saat Nathan dan Arjun tiba, pintu
masuk vila sudah penuh dengan mobil mewah.
Ada banyak wanita cantik dan juga
laki-laki yang mengenakan jas rapi yang datang. Mereka semuanya dari kalangan
kaya dan berkuasa.
Arjun berbisik, "Tuan Nathan,
Anda belum tahu."
"Nayana kelihatannya menjaga
Analin dan juga sangat konservatif selama bertahun-tahun ini."
"Kenyataannya, janda ini
diam-diam punya hubungan nggak jelas dengan beberapa pejabat tinggi di Beluno
dan juga sponsor yang kaya. Mungkin pria-pria yang datang ke sini kebanyakan
berpihak padanya."
Nathan merapikan jasnya dan berkata
dengan tenang, " Nayana memang pintar memanfaatkan kecantikannya. Aku
sudah menyadarinya tadi malam."
"Benar. Entah sudah berapa
banyak pria yang bertekuk lutut di depannya. Pria-pria itu bersedia berkorban
demi dirinya dengan memberikan hati dan jiwanya," ucap Arjun sambil
tersenyum jahat.
Nathan tersenyum dan berkata,
"Wanita pintar memang jago memanfaatkan penampilan mereka. Ini merupakan
hal yang nggak dipahami oleh pria kasar sepertimu."
""Tuan Nathan benar.
Penampilanku biasa saja. Aku juga nggak punya kemampuan menaklukkan orang
seperti Nayana," kata Arjun.
Di saat keduanya mengobrol, sebuah
Bentley merah muda berhenti di pintu masuk vila.
Penjaga pintu buru-buru berlari
mendekat untuk membukakan pintu mobil.
Seorang wanita seksi yang seluruh
tubuhnya dibalut dengan barang bermerek dan juga riasan tebal, berjalan turun
dari mobil dengan lemah gemulai.
"Tuan Nathan, inilah tokoh utama
pesta dansa hari ini," kata Arjun dengan penuh minat.
"Vilda, wanita simpanannya
Simon, selebriti itu."
Nathan yang berada tidak jauh dari
situ hanya menatap wanita yang turun dari mobil dengan acuh tak acuh.
Ada senyum angkuh yang seolah
dibuat-buat di wajah wanita itu. Dia sepertinya memandang rendah semua orang
dan bersikap arogan.
Petugas valet yang hendak memarkir
mobil langsung dihina olehnya. "Setelah memarkir mobil, bersihkan jok
mobilku sampai bersih. Aku nggak mau mobilku kotor."
"Aku mengerti, Nona Vilda,"
ucap petugas valet dengan takut-takut.
Di saat Nathan hendak mengalihkan
pandangannya, dia melihat Julian berjalan keluar sambil memasang ekspresi
berseri-seri. Penampilan pria itu sangat mencolok. Dia mengenakan pakaian
berwarna merah menyala dan juga sepatu kulit berwarna merah.
"Kakak Ipar, kamu juga tamu VIP
yang diundang oleh Nyonya Nayana? Haha. Kalau begitu, kita bisa masuk
bareng."
Saat melihat Vilda, mata Julian
langsung berbinar-binar. Dia melangkah maju untuk membantunya.
Sembari memperlihatkan kukunya yang
dicat merah muda, tangan Vilda langsung dipegang Julian. Wanita itu pun berkata
dengan senyum manis, "Tuan Julian juga ada di sini. Kalau begitu, aku
nggak perlu khawatir lagi. Bagaimana kalau Tuan Julian menjadi pasangan dansaku
nanti?"
Julian tersenyum mesum dan berkata,
"Sebuah kehormatan bagiku. Nanti aku akan berdansa dengan Kakak
Ipar."
Menyaksikan pria dan wanita ini
berjalan masuk ke vila sambil tersenyum.
"Sebenarnya, meski nggak ada
pesta dansa ini, Julian dan kakak iparnya, Vilda, mungkin juga melakukan
hal-hal yang nggak senonoh," ucap Arjun sambil menyeringai.
"Bukankah Vilda itu wanitanya
Simon? Mengapa Simon nggak ikut dengannya?" tanya Nathan dengan bingung.
Arjun tertegun sejenak, seolah-olah
tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
"Tuan Nathan, Vilda dan Simon
itu berselingkuh."
"Simon itu orang yang sangat
berhati-hati dan peduli dengan reputasinya. Walau Vilda sudah menjadi
simpanannya selama bertahun-tahun."
"Tapi kalau kamu bertanya pada
Simon tentang hubungannya dengan Vilda, Simon pasti akan dengan tegas
menyatakan dia nggak pernah berinteraksi dengan artis itu."
Nathan tersenyum dan berkata,
"Jadi, dia berani berbuat, tapi nggak berani bertanggung jawab? Apa ini
yang namanya hubungan rahasia?"
Tentu saja. Kalau nggak, kenapa
memanggilnya sebagai simpanan?" seru Arjun dengan cepat.
"Terus terang saja, Vilda itu
bagaikan burung kenari yang dipelihara oleh Simon. Di saat Simon teringat
padanya, dia baru akan memanjakan Vilda."
No comments: