Bab 285
Nathan menggelengkan kepalanya dan
berkata, "Nyonya Nayana, meski kamu bilang begitu, aku masih ingin
memastikannya sendiri."
"Aku pribadi punya prinsip.
Kalau saran yang aku keluarkan merugikan orang yang nggak terkait, aku akan
merasa bersalah.
Nayana tersenyum dan berkata,
"Aku tahu kamu baik hati, Tuan Nathan. Setelah mendengar nasihatmu tadi,
aku sudah punya rencana bagaimana menciptakan konflik di antara Julian dan
Simon."
"Menggunakan nama penguasa
Analin, aku akan mengadakan pesta dansa besok. Saat itu, wanita simpanan Simon
yang suka pamer pasti akan datang untuk bersenang-senang."
"Sebagai tamu utama Analin, Tuan
Nathan bisa datang dan memastikan sendiri apa yang aku katakan benar atau
nggak."
Nathan mengangguk setuju.
"Baiklah, aku akan datang memastikan sendiri besok."
Arjun tersenyum dan berkata,
"Ide bagus! Nayana, di pesta dansa nanti, kamu bisa mengatur agar Julian,
si cabul itu, muncul dan membuat sesuatu terjadi di antara dirinya dengan
wanita simpanan Simon."
Nayana mencibir dan berkata,
"Berdasarkan karakter Julian, dia pasti nggak akan diam saja melihat
kecantikan wanita simpanan Simon."
"Apalagi, wanita itu juga nggak
baik. Mereka berdua pasti akan cocok."
Nathan melirik arloji di tangannya
dan berkata, "Sudah larut. Kak Arjun, ayo berangkat."
Arjun langsung berdiri. Sekujur
tubuhnya terasa rileks. " Aku beruntung bisa ditemani oleh Tuan Nathan
dalam perjalanan kali ini,"
"Masalah yang mulanya begitu
besar langsung terpecahkan. Aku merasa lega."
Nayana buru-buru berdiri dan menunjuk
Nathan sambil berkata, "Tuan Nathan, ini sudah larut malam. Mengapa kamu
nggak beristirahat di Analin saja?"
"Nayana, kamu hanya menyuruh
Tuan Nathan tinggal di sini, lantas bagaimana denganku?" tanya Arjun
sambil tersenyum.
Senyuman di wajah Nayana langsung
menghilang. Dia pun berkata dengan cuek, "Kak Arjun, lebih baik kamu
kembali ke Gluton saja. Rumahku terlalu kecil dan nggak bisa menampungmu."
Arjun tertegun, lalu menggelengkan
kepalanya dan tertawa datar.
Membandingkan diri dengan orang lain
hanya akan menyiksa dirimu sendiri saja.
"Jadi Tuan Nathan, kamu mau
tinggal di sini?" tanya Arjun sambil menatap Nathan.
Arjun merasa Nayana sudah begitu
inisiatif.
Nathan bisa saja tinggal di sini dan
tidur dengan wanita ini.
Meski Nayana berusaha untuk
memenangkan hati Tuan Nathan dan tidak punya niat baik.
Namun, Tuan Nathan tidak rugi sedikit
pun.
Pria itu bukan hanya bisa menikmati
malam penuh kenikmatan, tetapi dia juga bisa merasakan pesona Nayana, si Janda
Hitam.
Mulai sekarang, dia juga bisa
terhubung dengan pasukan Analin, yang mana akan memberikan lebih banyak
manfaat.
Kepala Nathan terasa sakit. Nayana
telah berinisiatif padanya beberapa kali malam ini.
Namun, pesan dari Regina dan Tiara
sudah mendesaknya dari tadi.
Tentu saja, dia juga tidak ingin
dirinya terjadi sesuatu dengan Nayana.
Setelah Nathan dan Arjun pergi,
Nayana pun menghadap luar ruang rapat sambil berkata, "Masuklah,
semuanya."
Para master Analin yang diam-diam
menunggu di luar pun bergegas masuk.
"Nyonya Nayana, kamu serius
ingin bergabung dengan Gluton untuk melawan Sirion?" tanya seorang tetua
berjanggut.
Nayana berkata dengan serius,
"Ya, aku hampir jatuh ke dalam perangkap yang dibuat Simon."
"Kalau bukan Nathan dan Arjun
menyadarkanku, Analin kita mungkin sudah dalam bahaya."
Tetua itu adalah orang yang sangat dihormati
di Analin. Dia mendengus dingin, "Menurutku, Arjun dan Nathan juga mungkin
nggak berniat baik."
"Semua orang pasukan bawah tanah
Beluno ingin yang lain dimusnahkan secepat mungkin agar mereka bisa mendominasi
dunia."
Nayana melambaikan tangannya dan
berkata, "Tetua Rafan, kamu nggak boleh bilang begitu."
"Bocah itu bukan hanya tampan,
tapi dia juga punya visi dan wawasan yang luar biasa."
"Yang paling penting adalah
Arjun sebelumnya nggak sengaja mengungkapkan bahwa anak buahnya Simon tewas
dibunuh oleh Nathan. Coba kalian bayangkan, bukankah bocah ini nggak
sederhana?"
No comments: