Bab 280
Raut wajah Nayana tampak begitu kusut,
tetapi dia tidak bisa melampiaskannya.
Lantaran perkataan Nathan bagaikan
pukulan fatal yang membuat tubuhnya berkeringat dingin.
Walau terdengar sangat tidak sopan,
tetapi masuk akal dan membuatnya tidak bisa berkata-kata.
Dia hampir jatuh ke dalam perangkap
Simon dan Julian.
Dua bajingan ini!
Nathan berkata dengan nada datar,
"Aku tahu mengapa kamu begitu lengah dan hampir jatuh ke dalam perangkap
Simon beserta Julian."
"Terus terang saja, kamu juga
ingin Gluton hancur dan mendapat bagian."
"Kamu punya ambisi dan keinginan
besar. Kamu ingin Analin-mu tumbuh lebih kuat dan mendominasi."
"Sayangnya, keserakahan sering
kali memperlihatkan kelemahan seseorang. Nyonya Nayana, kamu hanya seorang
wanita. Kelak harus lebih berhati-hati saat berhadapan dengan rubah tua seperti
Simon."
Tatapan serius Nathan membuat Nayana
menggertakkan giginya.
Ini pertama kalinya Janda Hitam
sepertinya dimarahi oleh seorang gigolo.
Namun, dia tidak bisa membantah
setiap kata yang diucapkan Nathan.
Dia memang ambisius. Dia memang
tersentuh dengan apa yang dikatakan Simon dan ingin Analin-nya makin kuat.
Namun saat ini, Nayana telah
tersadar.
"Simon, Julian, silakan pergi.
Analin kami nggak lagi menyambut kalian."
Nayana berusaha menahan emosinya
sambil menggertakkan giginya. Dia kemudian mempersilakan para tamu untuk pergi.
Simon sangat kesal. "Nyonya
Nayana, gigolo ini hanya omong kosong. Jangan-jangan kamu percaya?"
Wajah Julian juga memucat. Dia pun
berkata, "Nyonya Nayana, sebaiknya pikirkan baik-baik. Kamu ingin tetap
bersikap netral atau ingin terlibat dalam pertikaian ini?"
"Aku beri tahu kamu saja, kalau
Analin kalian masih nggak tahu diri, aku akan bergabung dengan Simon untuk
menghancurkan kalian semua."
Nathan tersenyum dan berkata,
"Nyonya Nayana, kamu dengar itu? Inilah wajah asli Julian dan Simon."
"Kamu kira Sirion mereka sungguh
berniat baik? Dari awal hingga akhir, mereka hanya mempermainkanmu seperti
orang bodoh."
Nayana berteriak keras, "Simon,
Julian, keluar dari sini!"
"Julian, kamu kira aku mudah
ditindas? Kalau kamu punya nyali, bertarung saja dengan Analin saja. Aku mau
lihat seberapa hebat kemampuan master Sekte Pirata kalian!"
Nayana yang saat ini telah
memperlihatkan sikap sesuai julukannya, Janda Hitam. Wajahnya tampak garang.
Bahkan, Nathan pun meliriknya
sekilas.
Wanita ini cukup ganas juga.
Semua master Analin juga sangat
gembira saat ini.
Mereka berbalik dan mengepung Simon
beserta Julian.
"Sialan! Simon, Julian, ternyata
kalian berdua-lah pengkhianat yang sebenarnya."
"Kalau bukan karena peringatan
Nathan, kami hampir saja jatuh ke dalam perangkapmu."
"Nyonya Nayana, bagaimana kalau
kita bunuh dua bajingan ini sekarang juga?"
Para anak buah Analin mengepalkan
senjata mereka erat -erat, seakan ingin langsung membunuh dua pengkhianat itu.
Ekspresi wajah Simon dan Julian
seketika berubah drastis.
"Nayana, pikirkan baik-baik.
Kalau aku dan Julian mendapat masalah di wilayahmu, dunia bawah Beluno pasti
akan kacau balau," ucap Simon buru-buru sambil menyeka keringat di dahinya.
Julian mengancam. "Nayana, kalau
terjadi sesuatu padaku, kamu pasti akan mati mengenaskan!"
Nayana mencibir dan berkata,
"Minggir. Biarkan dua orang ini pergi!"
"Simon, ingatlah. Mulai
sekarang, Analin kami nggak akan menghormati Sirion kalian lagi."
"Jangan harap kamu bisa
mendominasi dunia bawah tanah Beluno."
Simon dan Julian bergegas pergi
dengan pasrah.
Saat melewati Nathan, Simon berhenti
sejenak dan berkata dengan penuh kebencian, "Nathan, kamu sudah merusak
rencanaku."
"Aku pasti akan mengingat dendam
malam ini. Kamu punya musuh di mana-mana. Suatu hari nanti, nyawamu akan
dihabisi."
Nathan berkata dengan cuek,
"Simon, lebih baik khawatirkan dirimu sendiri dulu. Siapa tahu kamu yang
akan mati duluan."
Urat-urat di wajah Simon terlihat jelas.
Tangannya terkepal begitu erat hingga menimbulkan suara berderak.
Namun, dia hanya menggelengkan kepala
dan pergi dengan enggan.
Setelah kembali ke Sirion, Simon
tidak tahan lagi dan emosinya langsung meledak.
"Julian, aku mau tanya, mengapa
kamu mengancam Nayana?"
"Jelas-jelas dia sudah hampir
tertipu barusan. Kamu hanya perlu berdiri di sana dan menonton. Kenapa kamu
malah memprovokasinya? Dasar bodoh!"
Simon sangat emosi dan langsung
memakinya.
Julian menyeka air ludah milik Simon
di wajahnya. Ekspresinya berubah drastis.
"Simon, redakan emosimu
dulu."
"Apa hubungannya kejadian hari
ini denganku?"
"Jelas-jelas Nathan-lah yang
mendadak muncul dan mengacaukan rencana kita."
"Yang seharusnya mati itu
dia!"
Prang!
Simon memecahkan meja di depannya
dengan satu pukulan.
Tatapannya sangat dingin. Dia
menggeram. "Ya, ini semua gara-gara Nathan. Bocah ini sudah membuat
rencana Sirion kita hancur berantakan!"
Julian berkata dengan kesal,
"Aku harus cari kesempatan untuk membunuh bajingan ini. Aku nggak bisa
bersabar lebih lama lagi!"
"Bocah ini tentunya harus
dibunuh," ucap Simon.
"Tapi kita juga sudah bersabar
sejauh ini. Nggak perlu terburu-buru."
"Selain mengambil langkah
berisiko, kita nggak punya pilihan lain lagi sekarang. Kita harus lebih dulu
menghabisi Arjun atau Nayana secepatnya!"
"Dengan begitu, kita bukan hanya
akan membuat mereka nggak bisa melawan, tapi Sirion kita hanya perlu menangani
salah satu pihak, sedangkan pihak yang tersisa harus berjuang sendirian dan
nggak akan bisa membuat kemajuan apa pun."
Julian menggertakkan giginya dan
berkata, "Itulah yang kuinginkan. Lebih baik kita singkirkan Analin lebih
dulu dan menangani Nayana, si jalang yang nggak tahu berterima kasih itu."
"Saat itu, aku akan memaksa
wanita itu melayaniku sepanjang hari dan bermain-main dengannya sampai dia
mati."
Simon mendengus dingin. "Di saat
kritis seperti ini, kamu masih terobsesi dengan wanita."
"Menaklukkan Gluton atau Analin
lebih dulu, sepertinya nggak ada bedanya bagi kita."
"Baiklah. Lakukan sesuai rencana
barusan saja. Kita harus bertindak sekarang. Kalau mereka berdua sempat
bergabung, saat itu akan makin merepotkan."
Julian tertawa cabul dan berkata,
"Simon, kamu sudah tua dan nggak tahu keindahan wanita."
"Terutama wanita seperti Nayana
yang punya status, kekuasaan, dan sangat genit. Dia termasuk wanita kelas atas.
Bermain dengannya akan sangat luar biasa dan mengasyikkan."
Simon tersenyum dan berkata,
"Asalkan Julian berusaha yang terbaik untuk membantuku menguasai dunia
bawah tanah Beluno."
"Saat itu, Nayana pasti akan
berinisiatif menawarkan dirinya padamu. Kamu boleh bermain dengannya sesuka
hatimu."
Julian menjilat bibirnya dan berkata
dengan senang, " Sepakat!"
No comments: