Bab 263
"Aku bodoh? Kamu sendiri? Ayahmu
memang sakit-sakitan, tapi dia masih bisa menstabilkan situasi Keluarga Halim.
Kamu masih muda dan energik, tapi kamu bahkan lebih buruk dari ayahmu. Dasar
pengecut."
Edward sangat emosi dan langsung
menampar ibu tirinya dengan telapak tangannya.
Tamparan itu membuat ibu tirinya
terhuyung dan hampir terjatuh.
Sambil menutupi pipinya yang memerah,
sang ibu tiri menatap Edward dengan tidak percaya.
"Kamu memukulku? Kamu baru saja
menjadi kepala keluarga dan sekarang kamu berani memukulku?"
Wajah Edward berubah gelap. Dia pun
berteriak, "Kamu juga tahu aku sekarang adalah kepala keluarga? Siapa yang
memberimu nyali untuk bicara seperti itu padaku?"
"Ingat, ini pertama kalinya dan
juga terakhir kalinya. Kalau masih terjadi lagi, kamu juga nggak perlu jadi
nyonya Keluarga Halim lagi."
Minda sangat emosi hingga dadanya
bergetar. Dia pun berkata dengan marah, "Edward, kamu benar-benar nggak
tahu berterima kasih."
"Saat aku membantumu, mulutmu
begitu manis. Bahkan, kamu juga berjanji akan memperlakukanku dengan
baik."
"Setelah mendapatkan apa yang
kamu inginkan sekarang, mendapatkan tubuhku dan juga menjadi kepala keluarga,
kamu ingin mencampakkanku? Baiklah. Anggap aku salah menilaimu! Aku nggak
seharusnya percaya padamu!"
Sambil menangis, ibu tiri Edward pun
berlari keluar meninggalkan aula.
Edward mencibir dan berkata dengan
nada menghina, " Dasar wanita murahan. Apa kamu mengira aku sungguh
tertarik padamu?"
"Setelah bosan bermain
dengannya, aku pasti akan mencampakkannya!"
Bagi Edward, wanita yang sulit dia
peroleh barulah wanita berharga.
Itu sebabnya, Emilia adalah wanita
yang diinginkan oleh Edward.
Jika Edward tidak bisa mendapatkan
gadis cantik ini sepenuhnya, dia tidak akan bisa tidur nyenyak dan makan dengan
baik.
"Sayangnya, tetua sekarang harus
mundur untuk memulihkan diri. Andai saja semua tetua Keluarga Halim berkumpul,
seberapa hebat pun Nathan, dia masih harus berlutut dan memohon padaku!"
Edward yang duduk pun merenung
sejenak.
Untuk saat ini, dia masih belum
menemukan cara untuk menghadapi Nathan.
Pada akhirnya, dia hanya bisa puas
dengan situasi sekarang dan membawa beberapa master Keluarga Halim untuk
mencari masalah dengan Keluarga Sebastian.
Bukankah Keluarga Halim butuh uang
akhir-akhir ini?
Kebetulan, dia bisa memeras uang dari
Grup Sebastian lebih dulu.
Sementara itu, Emilia dan keluarganya
sedang mendiskusikan tindakan pencegahan yang mendesak.
"Kemungkinan besar Edward nggak
akan melepaskan Keluarga Sebastian begitu saja. Apalagi Cokro dan Dhanu, master
keluarga utama, bukanlah tandingan Keluarga Halim. Apa yang harus kita
lakukan?"
Tamara tampak mondar-mandir dan
terlihat panik.
Ken merasa kepalanya pusing.
"Bu, bisakah Ibu berhenti? Ibu sudah mondar-mandir selama dua jam dan
masih belum menemukan solusinya. Kepalaku sudah pusing melihatnya."
Tamara mengumpat. "Dasar
bajingan. Aku sedang mengkhawatirkan keselamatan kalian berdua. Kalau kamu
nggak suka melihat ibumu, cepat cari jalan keluar untuk kakakmu dan juga
Keluarga Sebastian."
"Kalau Keluarga Halim kelewat
batas, aku pasti akan melawan Edward sampai akhir. Siapa yang takut sama
dia?" ucap Ken dengan kesal.
Emilia paling tenang dan melirik
adiknya dengan datar, " Apa yang bisa kamu lakukan? Apa kamu belum pernah
melihat kemampuan kepala Keluarga Halim?"
Ada sedikit tatapan ketakutan di wajah
Ken. Dia pun berkata dengan gemetar, "Aku pernah melihatnya. Bagaimana
mungkin aku nggak pernah melihatnya?"
"Tapi Langit benar-benar
membantu Edward. Kalau bukan karena master Keluarga Halim, Grup Sebastian kita
juga nggak perlu takut pada mereka."
Tamara tiba-tiba berkata,
"Putriku, aku rasa kita harus minta bantuan pada Nathan."
Emilia mengerutkan kening dan berkata
dengan tidak senang, "Bu, aku sudah bilang berulang kali. Aku nggak akan
minta bantuan pada Nathan."
"Lagi pula, dia juga nggak mungkin
bisa menandingi Keluarga Halim. Edward didukung oleh seluruh Keluarga Halim,
kalau Nathan? Apa yang bisa digunakan Nathan untuk melawannya?"
No comments: