Bab 267
Di belakangnya ada Tuan Besar Arga
yang duduk di kursi roda.
"Aku mengundang Nathan ke sini
untuk menyelamatkan Keluarga Sebastian!" seru Tuan Besar Arga dengan nada
datar.
Emilia berkata dengan cemas,
"Kakek, keluarga kita ditindas Keluarga Halim sekarang. Percuma saja kamu
mengundang Nathan ke sini."
"Selain itu, kondisi tubuhmu
nggak baik, bagaimana kamu bisa datang ke tempat seperti ini? Cepat kembalilah.
Biarlah aku yang menangani semuanya."
Tuan Besar Arga tiba-tiba berteriak,
"Kamu mau bagaimana menanganinya?"
"Meski Keluarga Sebastian bukan
keluarga bangsawan, kita juga tetap punya martabat."
""Tapi sekarang, kamu sudah
ditindas seperti ini dan menyembunyikan dariku. Apa kamu masih menganggapku
sebagai kakekmu?"
Omelan Tuan Besar Arga akhirnya
membuat air mata Emilia jatuh.
"Kakek, cucumu nggak kompeten
dan sudah membuat Kakek malu."
Tuan Besar Arga mendengus dingin,
"Kakek sudah bau tanah, jadi aku nggak peduli dengan harga diri
lagi."
"Aku hanya ingin tanyakan satu
hal padamu. Grup Sebastian sudah ditindas sampai seperti ini, mengapa kamu
nggak minta bantuan?"
Emilia menyeka air matanya dan
berkata dengan sedih, " Minta bantuan? Kakek, Grup Sebastian kami mau
minta bantuan sama siapa lagi?"
"Bahkan orang-orang dari
keluarga utama pun nggak bisa menandingi Keluarga Halim. Aku nggak punya
pilihan lain lagi,
Tuan Besar Arga berkata dengan marah,
"Minta bantuan sama siapa? Apa kamu nggak melihat Nathan sudah ada di
sini?"
Emilia mulanya terkejut, lalu
menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kakek, sudah kubilang, Nathan nggak
bisa menyelamatkan Keluarga Sebastian. Keluarga Halim begitu kuat. Orang biasa
sepertinya nggak akan bisa melawannya."
Edward tertawa dan berkata, "Tua
Bangka, kamu dengar itu? Keluarga Halim punya kekuatan besar dan nggak
terkalahkan."
"Percuma saja kamu panggil
Nathan kemari."
Tuan Besar Arga sangat marah hingga
jenggotnya bergetar. "Ayahmu, Thomas, setidaknya juga termasuk pahlawan
besar di Beluno."
"Entah kenapa bisa melahirkan
bajingan nggak punya hati nurani sepertimu. Meski Keluarga Sebastian kecil,
kamu juga nggak bisa sembarangan menindas kami, Edward."
"Tua Bangka, kamu datang di
waktu yang tepat. Setelah aku meniduri cucumu, aku juga nggak perlu repot-repot
mendatangi kediaman Sebastian untuk berurusan denganmu lagi," seru Edward.
"Aku rasa nyawamu juga nggak
lama lagi, mengapa kamu nggak menikmati sisa hidupmu dengan damai? Kamu malah
keluar dan mencari masalah. Tampaknya kamu sudah bosan hidup."
Mata Emilia memerah. Dia berkata
dengan marah, " Edward, kalau kamu berani menyentuh kakekku, aku akan
melawanmu sampai mati."
Tamara berteriak pada Nathan,
"Nathan, siapa suruh kamu membawa Tuan Besar Arga ke sini?"
"Kamu benar-benar pembawa
bencana. Apa kamu ingin menyeret Tuan Besar Arga ke dalam perapian juga?"
"Segera bawa Tuan Besar Arga
pergi dari sini. Cepatlah. Kamu dengar itu?"
Emilia terhenyak dan segera berkata,
"Benar. Nathan, cepat bawa kakekku pergi. Aku nggak bisa membiarkan
sesuatu terjadi pada kakekku."
"Selama ada aku di sini, Tuan
Besar Arga akan baik-baik saja."
Tuan Besar Arga menghela napas dan
berkata, "Nathan, aku tahu Keluarga Sebastian sudah bersalah padamu."
"Tapi aku masih bermuka tebal
dan ingin minta bantuanmu. Maukah kamu menyelamatkan Keluarga Sebastian sekali
lagi?"
Nathan tersenyum dan berkata,
"Tuan Besar Arga, aku sudah menemanimu datang ke sini, jadi aku tentu
nggak akan duduk diam saja."
"Jangan khawatir, Keluarga
Sebastian akan baik-baik saja."
Emilia berkata kepada Tuan Besar Arga
dengan cemas, " Kakek, sekarang bukan saatnya membicarakan hal seperti
itu. Kamu dan Nathan harus pergi dari sini secepatnya. Nggak ada gunanya
bergantung padanya."
"Aku sudah bilang sebelumnya,
kamu sudah kehilangan kesempatan terbesar dalam hidupmu," ucap Tuan Besar
Arga dengan dingin.
"Gadis bodoh, kamu benar-benar
nggak tahu sedikit pun dengan kekuatan Nathan!"
No comments: