Bab 283
Menghadapi tatapan sungguh-sungguh
dari kedua penguasa itu, Nathan hanya tersenyum tipis. Dia berhenti berbicara,
lalu mengambil teh, dan mulai menyesapnya.
Arjun tersadar, kemudian menepuk
dahinya dan berkata, "Tuan Nathan bijaksana dan pemberani. Dia sudah
banyak membantu kita. Sebaliknya, aku dan Nayana-lah yang terlihat begitu
pelit."
Sembari berbicara, Arjun menatap
Nayana sambil berkata, "Nayana, kalau ingin Tuan Nathan bertindak, dia
juga punya persyaratan."
Nayana mengangguk. "Sudah
seharusnya."
Sekarang dia tidak berani meremehkan
Nathan lagi.
Orang yang berkemampuan pasti punya
aturannya sendiri. Ini merupakan sifat manusia.
Nayana sengaja menarik kerah bajunya
sedikit ke bawah untuk memperlihatkan buah dadanya yang putih dan menjulang
tinggi. Kemudian, wanita itu tersenyum pada Nathan sambil berkata, "Tuan
Nathan berada pada usia yang penuh semangat dan vitalitas. Kalau bukan uang,
persyaratannya pastilah wanita."
"Apa kecantikan Nayana bisa
menarik perhatian Tuan Nathan? Kalau Tuan Nathan tertarik, aku bersedia
menghangatkan ranjang Tuan Nathan malam ini."
Arjun memperlihatkan tatapan iri.
Nayana, janda cantik ini, punya kekuasaan dan kekuatan.
Apalagi, dia sekarang masih
berinisiatif menawarkan dirinya. Tuan Nathan sungguh beruntung.
Namun, dia juga diam-diam waspada.
Nayana, penguasa Analin ini, biasanya
menggunakan tubuhnya untuk memikat banyak talenta muda dan juga master bela
diri.
Dia membuat orang-orang itu terobsesi
dengan tubuhnya dan rela bekerja keras untuknya.
Jika Tuan Nathan juga terpikat
olehnya, Gluton kelak mungkin tidak akan sepopuler Analin.
Namun, Nathan hanya menggelengkan
kepalanya dan tersenyum, "Nyonya Nayana adalah wanita cantik, tapi
sayangnya, aku lebih tertarik pada ramuan legendaris."
Nayana sangat kecewa. Dia pun
buru-buru merapikan pakaiannya.
Padahal, dia telah berulang kali
menurunkan martabatnya untuk menyanjung Nathan malam ini.
Namun, pemuda ini bukan hanya
menolaknya secara terang-terangan, bahkan tatapan matanya juga tidak goyah sama
sekali.
Nayana tahu laki-laki seperti ini
merupakan laki-laki yang paling sulit dihadapi. Pada dasarnya, mustahil untuk
memenangkan hati mereka hanya dengan mengandalkan kecantikan.
Setelah berpikir sejenak, Nayana
berkata, "Sepertinya Analin kami nggak punya ramuan legendaris karena
biasanya kami nggak membutuhkannya."
"Tapi Tuan Nathan nggak perlu
khawatir. Aku tahu siapa yang memilikinya. Asalkan Tuan Nathan memberitahuku
cara menghancurkan Sirion, aku pasti akan memberikan ramuan itu pada Tuan Nathan."
Nathan meletakkan cangkir tehnya dan
berkata, "Karena Nyonya Nayana sudah bilang begitu, aku juga nggak perlu
panjang lebar lagi."
"Pertama-tama, kalau menghadapi
Simon secara langsung, nggak ada satu pun dari kalian berdua yang bisa
mengalahkannya."
"Jadi, kita harus menghindari
konfrontasi langsung dengan Simon dari Sirion!"
Nayana setuju. "Benar, Analin
kami nggak akan pernah melakukan hal-hal yang mengancam nyawa ratusan hingga
ribuan orang seperti itu."
"Tapi selain menghancurkan Simon
dari Sirion, aku benar-benar nggak bisa memikirkan cara lain lagi."
"Dalam dunia bawah tanah Beluno
selama bertahun-tahun ini, pengaruh Simon, lelaki tua licik ini, selalu kokoh
bagai batu karang. Banyak orang yang melakukan berbagai macam konspirasi dan
tipu daya untuk menyingkirkannya, tapi mereka gagal dan berakhir menjebak diri
mereka sendiri. Bahkan, keluarga mereka juga ikut hancur!"
"Aku pernah mengutus orang untuk
membunuh Simon," ucap Arjun.
"Tapi percuma saja. Simon
terlalu hebat, bahkan lebih kuat dariku dan Nayana. Pembunuh-pembunuh yang
kuutus semuanya mati terbunuh."
"Selain itu, masih ada Julian,
si generasi penerus Sekte Pirata. Meski dia seorang playboy, kekuatannya
setidaknya setara dengan Guru Besar junior," terang Nayana dengan serius.
"Mereka berdua bukanlah lawan
yang bisa Gluton ataupun Analin taklukkan sendirian."
No comments: