Bab 287
Nayana menguap dan berkata dengan
malas, "Baiklah. Ayo kita semua pergi beristirahat. Aku juga sudah
ngantuk."
"Aku punya urusan penting yang
harus kuselesaikan besok. Saat itu, Nathan juga akan datang. Aku akan coba
menjadikannya sebagai milikku."
Tetua Rafan dan yang lainnya tertawa
datar. Mereka tidak tahu harus bagaimana menanggapinya lagi. Semuanya bergegas
pergi sambil menggelengkan kepala.
Nayana memperlakukan bawahannya
dengan baik. Apalagi, dia juga sangat menghargai persahabatan dan kesetiaan.
Selain itu, Nayana juga mahir seni
bela diri, jadi Analin benar-benar berada di bawah kendali wanita itu
sepenuhnya.
Namun sayangnya, pemimpin Analin ini
seorang wanita.
Apalagi, dia tidak punya sifat
seperti yang dimiliki kebanyakan wanita. Dia bahkan lebih terus terang daripada
pria.
Terkadang, bahkan lelaki tua seperti
Tetua Rafan pun dibuat diam oleh Nayana.
Sirion.
Seorang anak buah masuk ke ruangan
dan melaporkan dengan suara pelan, "Tuan Simon, orang-orang kita sudah
menunggu hingga fajar, tapi Arjun dan Nathan masih belum keluar dari
Analin."
Simon mematikan cerutu di tangannya
dan mendengus dingin. "Pasti Nayana menyuruh mereka pergi melalui jalan
rahasia Analin."
"Sialan! Sepertinya bocah
bernama Nathan itu pasti membujuk Nayana untuk bersatu dengan Arjun."
Anak buah itu bertanya, "Kalau
begitu, Tuan Simon, apa kita masih perlu membunuh Arjun dan bocah bernama
Nathan itu?"
Simon melambaikan tangannya dan
berkata, "Arjun pasti sangat waspada. Percuma saja kita mengutus orang
untuk membunuhnya. Nyawa kalian akan terbuang sia-sia."
"Lantaran aku masih belum tahu
seberapa hebat bocah bernama Nathan itu, jadi untuk saat ini, kita nggak perlu
bertindak dulu agar nggak membuatnya waspada."
Anak buah berkata dengan nada
meremehkan, "Aku rasa, dia itu hanya seorang pecundang. Selain jago
berbicara, kelebihan apa lagi yang bisa dimiliki bocah berbadan kurus dan lemah
seperti itu?"
"Tuan Simon, tolong utus
beberapa petarung hebat untuk saya. Saya pasti akan membereskannya untuk
Anda."
Simon mencibir dan berkata,
"Dasar bodoh. Walau aku nggak begitu jelas dengan kekuatan bocah
itu."
"Tapi kalau kamu membawa
orang-orang bersamamu, kalian hanya akan mati sia-sia saja."
"Prioritas kita saat ini adalah
menghancurkan Gluton dan Analin. Setelah aku berhasil menyatukan dunia bawah
tanah Beluno, bocah itu juga nggak bisa kabur ke mana-mana lagi."
Anak buah tersipu dan berkata dengan
ragu, "Tuan Simon bijaksana. Kalau begitu, saya pamit dulu."
Simon berteriak, ""Tunggu
sebentar. Di mana Tuan Julian?
"Hari ini Nyonya Nayana dari
Analin mengadakan pesta dansa dan mengundangnya ke sana," jawab si anak
buah.
"Dia sudah berpakaian rapi dan
keluar bersama pelayan pagi-pagi tadi."
Simon mendengus tidak senang.
"Julian ini benar-benar terobsesi dengan hawa nafsu. Cepat atau lambat,
dia akan mati di tangan wanita."
"Tapi ada bagusnya juga
membiarkan dia pergi ke Analin. Sekalian biarkan dia menguji sikap Nayana. Aku
harap janda cantik ini tahu diri dan nggak cari mati dengan bergabung dengan
Arjun!"
Setelah anak buahnya pamit, ponsel
Simon berdering.
Saat melihat nama si penelepon, Simon
tak kuasa menyembunyikan senyum penuh kasih di wajahnya.
"Ada apa, Sayang? Apa kamu rindu
denganku?"
Begitu panggilan tersambung, Simon,
si pria yang biasanya penuh wibawa itu, justru mengucapkan rayuan gombal.
Di ujung telepon sana, kekasihnya,
sang selebriti, berkata dengan nada kesal dan genit, "Simon, kamu nggak
menemaniku akhir-akhir ini. Apa kamu sudah menemukan kekasih baru?"
Simon tertawa dan berkata,
"Sayang, hanya kamu yang paling kucintai. Patuhlah. Setelah menyelesaikan
urusan penting, aku pasti akan menyiksamu habis-habisan."
Penelepon di ujung sana berkata
dengan malu-malu, Menyebalkan. Aku nggak ingin bicara denganmu lagi."
Simon tertawa keras. Inilah alasan
mengapa dia begitu memanjakan wanita simpanannya ini.
Wanita ini pintar mengobrol.
Kekasihnya ini selalu bisa menemukan hal yang membuatnya bersemangat
"Aku bersiap untuk menghadiri
pesta dansa hari ini.
Kudengar, semua tamunya berasal dari
orang kaya dan bangsawan. Pakaianku jelek, jadi aku mungkin akan dipandang
rendah oleh semua orang. Memikirkannya saja sudah membuatku stres."
Melihat Simon gembira, wanita itu
segera mengungkapkan niatnya yang sesungguhnya dan mulai berpura-pura tampak
menyedihkan.
Simon melambaikan tangannya dan
berkata dengan murah hati, "Sayangku, kamu adalah wanitaku. Siapa yang
begitu nggak tahu diri dan berani meremehkanmu?"
"Berbelanjalah dan beli beberapa
gaun baru. Aku akan segera transfer uang padamu."
No comments: