Bangkit dari Luka ~ Bab 108

 

Bab 108

 

"Sania, kamu memang pengertian sekali. Gadis yang main game itu, biar aku yang memberinya pelajaran."

 

Nindi membaca itu dengan tenang, "Kamu juga mengenal Sania, dia memang suka memainkan taktik seperti ini."

 

"Kesal banget, aku sudah cerita ke teman-teman dekat tentang kejadian sebenarnya. Tapi mereka nggak nyangka Sania masih berani memutarbalikkan fakta. Aku sudah minta kakakku untuk mengambil rekaman CCTV hotel, supaya Sania kena batunya!"

 

Nindi menatap layar komputer, "Setelah rekaman CCTV ditemukan, aku yang akan mengunggahnya."

 

Dia tidak ingin melibatkan Luna.

 

Karena Sania masih ingin menggunakan taktik lamanya, maka jangan salahkan dia jika harus bertindak tegas.

 

Namun, dia merasa seharusnya Sania tidak sebodoh itu. Dengan barang bukti CCTV yang terpasang, dia masih berani memprovokasi secara terbuka di internet?

 

Tidak lama kemudian, Luna berkata, "Parah banget, tadi kakakku bilang kalau rekaman CCTV-nya sudah dihapus."

 

"Sepertinya Sania memang sudah mempersiapkan ini."

 

Sejak tadi, Nindi sudah merasa ada yang aneh, ternyata dugaannya benar.

 

"Jadi sekarang bagaimana? Kita semua tahu apa

 

yang sebenarnya terjadi di acara itu, tapi si ratu

 

drama malah memfitnah kamu di internet. Bagaimana kalau kamu minta Kak Nando untuk bicara? Kalau dia yang menjelaskan, pasti lebih dipercaya."

 

Nindi menunjukkan ekspresi mengejek, "Kak Nando nggak akan melakukan itu."

 

Bagaimanapun, jika melakukannya, pasti akan merugikan Sania.

 

Kak Nando yang sangat memihaknya, tentu tidak akan bertindak seperti itu.

 

"Jadi, kita hanya diam saja dan membiarkan Sania terus memfitnah kamu seperti ini?"

 

Sorot mata Nindi menjadi tajam, "Nggak akan."

 

Dia langsung keluar dari permainan, mengambil sebuah flashdisk, lalu jemarinya bergerak cepat di atas keyboard.

 

Dia meretas sistem monitor hotel dan menemukan rekaman CCTV yang telah dihapus.

 

Dia bertekad memulihkan rekaman yang hilang itu!

 

Biasanya, ketika hotel menghapus rekaman CCTV, sebenarnya masih ada cadangan tersembunyi. Namun, untuk menemukannya memerlukan sedikit waktu.

 

Setelah Nindi berhasil memulihkan data rekaman CCTV, dia langsung mengirimkan video tersebut ke Nando, sambil berkata, "Sania itu sakit jiwa, ya?"

 

Nando segera menelepon, "Aku baru tahu soal ini. Sania nggak bermaksud buruk, dia hanya ingin berdamai denganmu."

 

"Ini yang kamu sebut berdamai? Dia sedang menyesatkan orang lain! Kak Nando, apa kamu buta? Selalu bicara soal keluarga, tapi keluarga yang menusuk dari belakang seperti ini, aku nggak butuh!

 

Nindi langsung memutuskan panggilan.

 

Dia pikir, dengan menjauh dari keluarga Lesmana, dia bisa menjalani hidupnya sendiri.

 

Namun, ternyata mereka terus mengganggunya tanpa henti. Jika begitu, jangan salahkan dia jika harus mengambil tindakan.

 

Nando menghela napas, dia memegang perutnya yang tidak nyaman saat turun tangga.

 

Tadi malam dia juga minum cukup banyak alkohol, sekarang perutnya semakin tidak nyaman.

 

Nando berkata kepada pelayan, "Suruh Sania turun dan menemuiku."

 

Tidak lama kemudian, Sania berlari turun dengan cepat, "Kak Nando, ada apa mencariku?"

 

"Kata-katamu di ruang siaran bisa menyesatkan orang lain, mulai sekarang jangan katakan lagi."

 

Sania sedikit merasa tidak puas, "Kak Nando, aku hanya khawatir, ingin agar Kak Nindi cepat kembali, nggak ada niat buruk."

 

Nando, yang merasa perutnya sakit, tidak punya banyak kesabaran, "Ikuti saja apa yang aku katakan.."

 

Sania menundukkan kepala, "Baiklah, Kak Nando. Tapi siaranku belum selesai, aku akan kembali ke kamar dulu."

 

Nando Lesmana memegang perutnya, mengangguk dengan wajah pucat.

 

Sania memperhatikan Nando yang memegangi perutnya, tetapi dia tidak terlalu peduli dan langsung kembali ke kamar untuk melanjutkan siarannya.

 

Nando melihat punggung Sania yang semakin menjauh, seketika dia merasa hatinya terasa kosong.

 

Pikirannya beralih pada Nindi, kenangan masa lalu muncul begitu saja. Dulu, ketika perutnya sakit, Nindi akan meninggalkan apa pun yang sedang dilakukannya dan datang untuk merawatnya.

 

Dia tahu betul tentang penyakit perutnya dan akan merawatnya sampai sembuh.

 

Selama ini, tanpa bubur obat herbal yang dibuat Nindi, Nando mulai merindukannya.

 

Sejak Nindi meninggalkan rumah, suasana di rumah menjadi sangat sepi.

 

Makan pun tidak terasa nikmat.

 

Perutnya sering kali terasa tidak nyaman.

 

Dengan tangan yang menutupi wajahnya, Nando merasakan penyesalan yang mendalam.

 

Sekarang dia mulai sadar, bahwa bukan Nindi yang tidak bisa hidup tanpa keluarga, melainkan keluarganya yang tak bisa hidup tanpa Nindi.

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 108 Bangkit dari Luka ~ Bab 108 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 24, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.