Bab 81
Setelah itu, Yudha lanjut berteriak,
"Buka matamu dan lihat baik-baik! Inilah kekuatan mahaguru sejati."
Yudha pun meloncat ke depan dengan
lincahnya.
"Hei, wanita gila, mati
kamu!" pekik Yudha.
Si wanita berambut ungu melirik Yudha
sejenak. Sembari tersenyum genit, dia mengelus dadanya yang lebih besar
daripada milik Ana.
"Kenapa kamu teriak-teriak
begitu? Bikin kaget saja."
Wanita berambut ungu itu melempar
jantung polisi yang dipegangnya ke samping. Dengan tangan yang berlumur darah,
dia bertanya, "Apa kamu Adriel Lavali? Kenapa kamu sudah tua? Padahal, aku
diberi tahu kalau kamu masih muda dan tampan. Aku ingin bersenang-senang
denganmu."
"Ternyata dia mencariku,"
ujar Adriel ketika mendengar perkataan wanita itu.
"Pak Adriel, lebih baik biarkan
Mahaguru Yudha saja yang bertarung. Wanita itu terlalu sadis dan
berbahaya."
Yunna berniat menahan Adriel. Setelah
tadi sempat muntah karena melihat kekejaman lawan, wajahnya tampak pucat dan
perutnya masih terasa mual.
"Wanita gila! Dengar baik-baik,
namaku Yudha Karim, seorang mahaguru. Hari ini, aku akan membunuhmu dan
laki-laki itu untuk mengakhiri kejahatan kalian."
Seusai berbicara, Yudha bergerak
cepat dan langsung menyerang wanita berambut ungu itu.
"Cih, dasar tua bangka, kamu
sudah bosan hidup, ya?"
Si wanita berambut ungu langsung
bereaksi. Pertarungan antara dua mahaguru itu berlangsung sengit. James tidak
bisa menahan diri untuk tidak mengintip dan menyaksikan jalannya pertarungan
itu.
Setelah bertukar jurus beberapa saat,
Yudha terlempar ke belakang karena tendangan wanita berambut ungu itu. Cakar
wanita itu juga sempat menggores dada Yudha dan meninggalkan lima luka gores
yang sangat dalam.
Terlambat menghindar sedikit saja,
nasib Yudha akan sama seperti polisi tadi. Jantungnya pasti akan direnggut.
Si wanita berambut ungu sepertinya
agak jijik melihat darah Yudha yang melekat di tangannya. Dia langsung mengeluarkan
sapu tangan untuk menyekanya.
"Kak, masih lama? Kakek ini
lemah sekali. Tolong hadapi dia. Aku nggak mau mengotori tanganku lagi. Nanti,
serahkan saja orang yang bernama Adriel itu padaku."
Setelah berhasil melukai Yudha, si
wanita berambut ungu sepertinya tidak berniat untuk bertarung lagi.
Tubuh Yudha terempas menghantam mobil
dan langsung membuat badan mobil itu penyok. Keadaan Yudha sangat menyedihkan,
wajahnya pucat dan darah terus mengalir dari dadanya yang terluka.
"Kamu ... kamu mahaguru tingkat
ketiga? 11
Hanya dalam sepuluh jurus, Yudha
sudah kalah dan hampir mati. Dia pun akhirnya menyadari kekuatan wanita
berambut ungu itu dan mulai merasa takut.
Namun, si wanita berambut ungu sama
sekali tidak memedulikan Yudha. Dia tidak tertarik pada pria yang sudah tua.
Dia hanya menyukai pria yang masih muda yang tampan.
Pria buruk rupa yang berada di dalam
mobil menendang pintu hingga terbuka dan turun sambil memasang kembali ikat
pinggangnya. Seringai puas menghiasi wajahnya.
Sementara itu, kekasih pengemudi yang
terbunuh tadi sudah tergeletak dengan leher yang patah. Matanya terbelalak dan
tubuhnya bersimbah darah.
"Ternyata kekuatan keluarga
Millano hanya begini saja. Apa gunanya menyuruh kakek tua tingkat kedua datang
ke sini? Nggak seru!"
Pria buruk rupa itu berbicara dengan
angkuh.
Kedua ahli bela diri ini begitu ganas
dan kejam. Mereka jelas bukan orang baik- baik.
"Gawat, Mahaguru Yudha nggak
mampu mengalahkan mereka. Apa kedua orang itu benar-benar mahaguru tingkat
ketiga? Kita harus bagaimana?"
Saat ini, Yunna sudah sangat gelisah.
Dia telah menyaksikan sendiri
kekejaman kedua orang itu. Jika dirinya sampai jatuh ke tangan pria buruk rupa
itu, entah bagaimana nasibnya.
"Aku sudah meremehkan Doni. Dia
ternyata tidak takut mengeluarkan uang untuk menyewa orang-orang ini. Dia
sangat licik dan kejam!"
"Pak Adriel, kamu adalah seorang
mahaguru bela diri. Tolong bawa Nona Yunna pergi dari sini. Aku akan mencoba
menghentikan mereka."
Sambil bertekad, James mengambil
keputusan. Dia menyadari betapa gawatnya situasi ini dan betapa kecilnya
kemungkinan mereka bisa selamat.
Dia hanya mampu mengulur waktu agar
Adriel dan Yunna bisa melarikan diri.
"Kamu nggak akan sanggup menahan
dua mahaguru tingkat ketiga sekaligus."
Adriel berbicara sembari
menggelengkan kepala.
No comments: