Bab 97
"Adriel, mau apa kamu?"
Sri bertanya dengan suara parau.
Saking takutnya, wajah nyalangnya seketika memucat.
Fanny bahkan lebih ketakutan lagi.
Dia tahu keterampilan bela diri
Adriel lumayan, tetapi tidak menyangka Adriel sekuat itu sampai bisa
mengalahkan Arkan dalam satu serangan.
"Jangan mendekat!"
Ekspresi panik tercetak di wajah
Fanny saat dia berteriak, "Ayah, tolong! Selamatkan kami!"
Cheky menggigit bibir kuat-kuat.
Kemudian, dia bergegas mendekati Adriel dan berusaha membujuk, "Adriel, Bu
Sri memang salah, tapi apa kamu bisa memaafkan mereka demi Paman?"
Seburuk apa pun perilaku mereka,
mereka tetaplah istri dan putrinya sendiri. Cheky tidak bisa mengabaikan mereka
begitu saja.
Satu-satunya yang bisa dia lakukan
adalah memohon kepada Adriel meskipun harus menahan malu.
"Paman Cheky, kenapa tegang
begitu? Aku cuma mau makan mi buatan Bu Sri, kok."
Adriel dengan santai melangkah mendekati
meja makan dan duduk sana. Tanpa berbasa- basi, dia langsung memakan mi yang
masih panas itu seolah tidak terjadi apa-apa.
Meskipun begitu, ketakutan Sri dan
Fanny sama sekali belum sirna.
"Mi buatan Bu Sri rasanya makin
enak saja. Selama hampir tiga tahun ini, aku selalu rindu makan masakan Bu
Sri."
Adriel dengan santainya memuji
keterampilan memasak Sri sambil terus menyantap mi buatannya dengan lahap.
Masalahnya, ketenangan Adriel di
waktu yang tidak tepat ini justru membuat ketakutan Sri kian menjadi-jadi.
"Kalau mau tambah, bilang saja.
Nanti Bu Sri buatkan lagi."
Sri menawarkan dengan takut-takut.
Adriel langsung melahap habis mi
buatan Sri sebelum mengelap mulutnya dengan tisu." Nggak usah. Tadi Bu Sri
bilang sendiri kalau lebih baik mi ini dilemparkan kepada anjing daripada
diberikan padaku. Makan semangkuk ini saja sudah cukup."
Kata-kata Adriel membuat Sri gemetar.
Keringat mulai bercucuran di dahinya dan wajahnya kian memucat.
"Itu... Bu Sri minta maaf,
Adriel. Seharusnya Bu Sri nggak bilang begitu."
Adriel tersenyum acuh tak acuh.
"Nggak perlu meminta maaf kalau nggak tulus seperti itu. Aku nggak berniat
menyakiti kalian, kok. Kalian sudah bersekongkol untuk menipuku, tapi aku nggak
akan melakukan apa-apa. Meskipun kalian memang orang yang nggak tahu berterima
kasih, aku juga nggak mau kurang ajar terhadap orang tua."
Anehnya, kata-kata ringan yang
meluncur dari mulut Adriel terasa seperti tamparan keras di wajah Sri.
"Paman Cheky, aku pamit dulu,
ya."
Adriel pun berpamitan kepada Cheky
sebelum pergi.
"Adriel ... Paman Cheky
benar-benar minta maaf atas semua ini."
Cheky berkata dengan sungguh-sungguh
sambil menahan rasa malu.
Adriel mengibaskan tangan dengan
santai." Omong-omong, aku tinggal di Mansion Nevada, tepatnya di vila
nomor delapan belas. Kalian beri tahu saja alamatku pada Thomas. Bilang padanya
kalau dia boleh datang kapan pun. Aku menunggu kedatangannya."
Setelah mengatakan itu, Adriel pergi
dari vila keluarga Lein tanpa menoleh ke belakang lagi.
Saat punggungnya sudah tak terlihat,
barulah Sri dan Fanny bisa bernapas lega.
Meskipun sekujur tubuh Sri masih
gemetar ketakutan, dia baru merasa benar-benar aman setelah Adriel pergi.
"Dia... dia tadi bilang tinggal
di Mansion Nevada vila nomor delapan belas? Bukannya itu rumah lamanya?"
tanya Sri.
"Rumah itu dijual oleh Ana dan
nggak ditinggali siapa-siapa. Entah siapa yang membelinya," sahut Cheky.
"Masih belum paham juga? Jelas -
jelas día dihidupi perempuan itu sebagai simpanan. Mana mungkin orang seperti
dia mampu membeli rumah di Mansion Nevada? Tapi, kalau dipikir-pikir, bagaimana
caranya orang nggak berguna seperti Adriel bisa jadi sekuat ini?"
Padahal tadi Fanny ketakutan setengah
mati saat menyaksikan kekuatan Adriel, tetapi sekarang wanita itu masih saja
meremehkannya.
"Dia bisa mengalahkan seorang
ahli tingkat lima dalam sekali serang. Kamu bilang dia orang yang nggak
berguna? Sana coba carikan Ayah dua orang yang nggak berguna seperti dia."
Cheky membalas dengan ketus dan
kalimat itu pun membuat Fanny terdiam.
Setelah mengatakan itu, Cheky tidak
lagi menggubris Sri dan Fanny. Pria itu bergegas menghampiri Arkan dan
memeriksa kondisinya.
Empat jarinya patah dan serangan
Adriel tadi membuatnya memuntahkan banyak darah.
Cheky bisa menebak organ dalam Arkan
sudah rusak parah hanya dengan sekali lihat, tetapi dia tetap meminta sopir
untuk segera membawanya ke rumah sakit.
Sri juga tidak tinggal diam. Dia
buru-buru meminta Fanny menelepon Thomas untuk memberi tahu alamat Adriel.
Thomas ternganga lebar tidak percaya
saat Fanny bilang Adriel benar-benar mengalahkan seorang ahli tingkat lima
hanya dalam satu serangan.
Namun, dia segera mengendalikan diri
dan berkata, "Memangnya kenapa kalau dia bisa mengalahkan ahli tingkat
lima? Ahli tingkat lima cuma tingkatan remeh di Kota Silas. Lihat saja, aku
akan mencari ahli tingkat delapan untuk menginjak-injak kesombongannya
itu."
Sementara itu, Adriel langsung mandi
setelah sampai di rumah. Setelah mengganti pakaian, dia dengan santai
menantikan utusan lain yang dikirim oleh Thomas untuk membalas dendam padanya.
No comments: