Bangkit dari Luka ~ Bab 104

 

 Bab 104

 

"Nindi, aku tahu kamu marah, perilaku Leo hari ini juga sangat berlebihan. Aku akan membalasnya untukmu. Memangnya kamu benar-benar ingin menjauh dari seluruh keluarga kita hanya karena masalah Leo?"

 

Nindi hanya merasa lucu.

 

Bukankah seluruh keluarganya lebih berpihak pada Sania?

 

Nindi dengan nada dingin berkata, "Bagiku, nggak ada bedanya."

 

Nindi melangkah ke tepi jalan untuk memanggil taksi ketika dia melihat sebuah mobil yang tidak asing mendekat dan berhenti di depannya.

 

Nindi tahu siapa yang datang.

 

Jendela mobil diturunkan, Cakra memandangnya, " Masuklah ke dalam mobil."

 

Nindi membuka pintu penumpang depan dan duduk di dalam. Baru saja menutup pintu, Nando mendekat, "Nindi, aku tahu kamu cukup lelah hari ini, bisa nggak kita cari waktu lain untuk ngobrol?"

 

Nindi mengerutkan bibirnya, "Tergantung situasinya."

 

Cakra langsung menginjak pedal gas dan pergi.

 

Nando berdiri canggung di tempatnya, dia melihat pelatih Tim E-Sports dan berkata, "Kak Guntur, Nindi nggak mungkin menandatangani kontrak dengan timmu, sebaiknya kamu menyerah saja."

 

"Keluarga Lesmana yang begitu percaya diri, kenapa harus takut kalah saing? Aku belum pernah melihat orang yang begitu berpihak berat sebelah seperti ini, aku benar-benar baru tahu ada orang begini."

 

Guntur hanya melihat ke arah perginya Nindi.

 

'Kalau nggak salah lihat, orang yang mengemudikan mobil itu adalah bocah itu, 'kan?' pikir Guntur.

 

Tidak heran Nindi bisa melakukan kombinasi dua belas serangan!

 

Tapi bagaimana orang itu bisa muncul di tempat ini, bahkan datang seorang diri untuk menjemput seorang gadis? Semua tanda menunjukkan bahwa ini bukanlah hal yang sederhana.

 

Nindi duduk di dalam mobil, dia mencuri pandang ke arah pria di sampingnya, "Bagaimana kamu bisa datang?"

 

"Kebetulan sejalan.'

 

Cakra yang tinggi menjulang meletakkan tangannya di atas kemudi, dengan ekspresi yang sedikit tidak wajar, "Apakah kamu bersenang-senang di pesta hari ini?"

 

"Lumayan."

 

Nindi teringat bagaimana Kak Leo dan perempuan licik itu kehilangan kendali, suasana hatinya menjadi jauh lebih baik.

 

Cakra meliriknya sejenak, dia tahu apa yang terjadi di pesta, itulah sebabnya dia datang untuk menjemputnya pergi.

 

Dia pikir Nindi akan terpengaruh, tetapi ternyata Nindi jauh lebih kuat daripada yang dia bayangkan.

 

Ponsel Nindi berbunyi. Itu adalah pesan dari kakaknya.

 

Dia bahkan tidak melihat isi pesannya. Toh, pasti hanya kata-kata manipulatif yang mengatasnamakan moral.

 

Mereka tidak bosan mengucapkannya, tetapi Nindi sudah muak mendengarnya.

 

Nindi meletakkan ponselnya, "Ayo, kita pergi makan barbeku."

 

"Hmm, kamu mau pergi ke mana?"

 

"Di belakang gerbang sekolah kami ada sebuah warung barbeku yang lumayan enak. Dulu aku sering diam-diam ke sana, setiap kali melakukan itu, rasanya seperti jadi maling. Habis makan, aku masih khawatir baunya nempel di baju."

 

Cakra mengikuti ucapannya, "Kenapa harus makan diam-diam?"

 

"Karena Kak Nando nggak memperbolehkan aku makan makanan sampah ini, dia bilang makan ini nggak baik untuk kesehatan."

 

Setelah Nindi mengatakan ini, dia tidak melanjutkan pembicaraannya.

 

Cakra memperhatikan perubahan emosinya, "Kamu nggak menyesal memutuskan untuk meninggalkan Keluarga Lesmana?"

 

"Nggak."

 

Nindi menundukkan kelopak matanya, "Untuk hal-hal kecil sehari-hari, mereka memang cukup baik padaku. Tapi setiap kali menghadapi hal penting, seperti memilih universitas setelah ujian masuk perguruan tinggi, atau hal lainnya, apalagi itu ada hubungannya dengan Sania, mereka selalu memintaku untuk mengalah dan mundur."

 

Dia tidak menghargai kebaikan kecil seperti itu.

 

Juga tidak ingin terikat oleh moral karena hal-hal ini.

 

Cakra menyunggingkan sedikit senyum di bibir tipisnya. Tampaknya kekhawatirannya tadi tidak beralasan.

 

Cakra memarkir mobil di gerbang belakang sekolah.

 

Cakra mengernyitkan dahi begitu melihat lingkungan yang agak kotor di sekitarnya, tetapi dia tetap duduk dengan tenang.

 

Nindi memesan banyak makanan yang dia suka,  "Sudah lama banget nggak makan ini. Tambah dua kaleng bir lagi."

 

Pemilik warung melihat sekilas kepada Cakra dan berkata kepada Nindi, "Pacarmu mau makan apa?" Nindi terkejut. 'Pacar?'

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 104 Bangkit dari Luka ~ Bab 104 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 22, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.