Bab 297
Cakra memeriksa ponsel Zovan dan
menemukan bahwa pesan itu memang berasal dari Nindi.
Ia tiba-tiba merasa sedikit gelisah..
Tanpa sadar, ia meļirik ponsel
miliknya.
Percakapannya dengan Nindi terhenti
saat dirinya meninggalkan rumah sakit kala itu.
Ia menyadari bahwa Nindi berusaha
menjaga jarak dengannya.
Mengamati perkembangan Nindi yang
semakin kuat, ia memutuskan untuk menghormati pilihannya dan tidak lagi mengusiknya.
Keputusan itu memang tepat, tetapi
rasanya ada sesuatu yang telah berubah.
Cakra mengernyitkan dahinya, ia
tampak kelelahan, lalu bertanya, "Menurutmu gimana?"
"Tentu saja pergi dong! Lemon
kan temanku, nggak ada salahnya makan bersama!"
Cakra mengetuk meja dan berkata,
"Datang saja ke Restoran Pyrus, nanti tagihannya aku yang bayar."
Zovan memperpanjang nada bicaranya.
"Lemon mengajakku makan, kenapa malah kamu yang bayar tagihannya? Apa aku
ini kelihatan nggak mampu bayar, ya?"
"Sudah deh, pergi saja
sana!"
"Kamu nggak pergi?"
Dengan nada kesal, Cakra berkata,
"Nggak. Yang dia ajak 'kan kamu."
Zovan bangkit dari duduknya,
mengenakan jasnya, lalu berdiri di depan cermin untuk memeriksa penampilannya.
Cakra tampak mulai kesal. "Jadi
pergi nggak sih? Ngapain ngaca terus!"
Cakra menatap dokumen itu dengan
tatapan kosong, pikirannya tak mampu mencerna satu pun kata di sana.
Zovan berdehem kecil. "Beneran
nih nggak mau pergi? Kita semua kan teman, nggak ada salahnya kok kalau makan
bareng. Bilang aja kamu kebetulan lagi ada di sekitar sana!"
"Oke, begitu saja."
Cakra segera meletakkan dokumennya,
meraih jas dan berdiri di depan cermin.
Zovan didorongnya ke samping, lalu
melirik dengan kesal. "Jujur saja, waktu itu memang salah sopir, nggak ada
hubungannya sama kamu. Nanti kamu tinggal jelasin ke si Lemon, masalah beres
deh."
Zovan baru-baru ini mendengar Cakra
membicarakan mengenai kecelakaan mobil saat itu.
Hasilnya sama sekali tidak ada
kaitannya dengan Cakra.
Cakra segera merapikan pakaiannya,
dan berkata, " Kalian 'kan cuma lihat dari sisiku, terus kalian merasa
nggak ada hubungannya denganku. Tapi, gimana dengan Nindi? Dia sudah kehilangan
kedua orang tuanya!"
Zovan langsung bungkam. "Iya
juga sih!"
Korban yang paling menderita dalam
kecelakaan mobil kala itu adalah Nindi!
Restoran Pyrus.
Nindi turun dari mobil dan berjalan
menuju pintu utama. Ia terkejut inendapati bangungan itu adalah rumah
tradisional yang sangat sederhana, tidak terkesan seperti restoran yang
dibayangkannya sebelumnya.
Pelayan keluar untuk menyambutnya,
dan berkata, " Benar dengan Nona Nindi?"
"Ya, benar."
"Silakan ikut saya."
Nindi mengikut pelayan memasuki
ruangan dan terkesan dengan desain interior yang cukup unik, dipadukan dengan
nuansa klasik yang menarik.
Nindi tiba di ruang VIP lantai dua,
pelayan datang membawa potongan buah segar dan makanan ringan.
Awalnya, ia yang akan mentraktir
makan. Namun, karena kurang familiar dengan tempat itu, ia menyerahkan
keputusan kepada Zovan.
Pemandangan di sini cukup bagus.
Nindi lalu mengambil ponselnya dan
memotret di depan jendela.
"Lemon, kamu lagi foto
apa?"
Nindi menoleh dan mendapati Cakra
juga memasuki ruangan itu.
Ia terdiam sejenak, lalu berkata,
"Pemandangannya bagus, kalau ada acara tim E-Sport nanti, kami bisa makan
di sini juga."
"Acara tim? Bisa banget, kamu
tinggal daftar pakai namaku saja!"
Tanpa sadar, pandangan Zovan tertuju
pada Cakra, seolah ada yang menarik perhatiannya!
Tempat ini, Restoran Pyrus, tidak
mudah didatangi sembarang orang.
Namun, dengan Cakra di sini, bukankah
ini seperti jalur belakang untuk si Lemon?
Pandangan Nindi tertuju pada Cakra
yang mengenakan pakaian santai, menampilkan ekspresi wajah yang sedikit dingin.
Ia sengaja membuka percakapan, dan
menjelaskan, " Aku pikir kamu sudah pulang, makanya aku nggak
memanggilmu."
"Aman, Kak Cakra juga nggak masalah.
Kebetulan día lagi ada di sekitar sini, jadi aku ajak saja. Nggak masalah,
'kan?"
Nindi menggelengkan kepala.
"Kita semua 'kan teman, nggak masalah kok."
Saat itu, manajer Restoran Pyrus
mendekat dengan sopan dan bertanya, "Pak Cakra, apa Anda akan pesan menu
seperti biasanya?"
Cakra menoleh ke arah Nindi, lalu
bertanya padanya, "Kamu mau makan apa?"
No comments: