Bab 296
Nando sedikit panik, lalu berkata,
"Maksudku bukan begitu."
Ia sungguh ingin berbuat sesuatu
untuk wanita itu.
Nindi meraih mikrofon, menatap semua
orang yang hadir di sana dan berkata, "Dulu, aku memang pernah menjadi
bagian dari keluarga Lesmana, tapi sekarang sudah bukan. Sekali lagi aku
tegaskan, aku nggak ada hubungan apa pun dengan keluarga Lesmana!"
Mendengar ucapan Nindi, Nando
merasakan tekanan yang sangat besar. Namun, ia kesulitan untuk merespons dengan
perkataan yang sesuai.
Hanya saja, Sania memanfaatkan
kesempatan ini untuk berbicara, "Nindi, niat Kak Nando baik kok, kenapa
kamu malah mempermalukannya di depan semua orang begini? Kamu nggak tahu kan
seberapa irinya aku padamu."
Kakak senior yang berdiri di samping
Nindi mencibir. "Sania, kamu tuh cuma anak sopir, bisa-bisanya masuk di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan merebut posisi orang lain? Kamu sadar diri
nggak sih?"
"Iya tuh, kalau anak sopir saja
bisa kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sudah pasti biasanya keterlaluan
sih."
"Pantas saja Dewi Lemon sampai
putus hubungan sama keluarganya. Kalau aku jadi dia, aku juga bakalan melakukan
hal yang sama sih!"
Sania terdiam sejenak, pandangannya
tertuju pada Nando dengan penuh harap. "Kak Nando, maksudku nggak gitu.
Aku cuma mau membantumu menasehati Nindi!"
"Aku nggak butuh nasehatmu,
tutup mulutmu yang sukanya memprovokasi itu!"
Kali ini, Nando sama sekali tidak
terjebak oleh tipuan Sania. "Kalau Nindi nggak menghormatiku, ya itu
berarti salahku, bukan salah siapa pun."
Sania merasa sangat terkejut dan
tidak percaya dengan yang baru saja didengarnya dari Nando.
Aneh, biasanya setiap kali ia berkata
seperti itu, selalu berhasil.
Nindi barusan berkata tidak sopan,
masa Kak Nando malah diam saja?
Nando berbalik dan meninggalkan
panggung, diikuti oleh Sania yang mengekor di belakangnya dengan cemas.
Menyisakan Serena yang berdiri
sendiri di atas panggung.
Nindi mengangkat alisnya, melirik
sekilas ke arah Serena, membuat wanita itu berbalik dan melarikan diri karena
takut jika dirinya dihajar lagi oleh Nindi.
Senior perempuan yang berdiri di
dekat Nindi pun berkata, "Walaupun ada sedikit keributan, votingnya akan
tetap kita lanjutkan!"
Pada akhirnya, Nindi mendapatkan
kemenangan telak dalam voting dan resmi menjabat sebagai kapten!
Nindi dikelilingi oleh semua orang
yang sibuk merayakannya, dan popularitasnya kian meningkat!
Namun, orang-orang dari keluarga
Morris datang mencarinya.
Nindi datang ke ruang kantor kapten
dan mendapati seorang pengacara berkacamata di sana, bersama dengan Serena.
Serena dengan angkuh berkata,
"Nindi, ini pengacaraku. Sekarang, kamu beneran tamat, kali ini kamu yang
akan di penjara."
Pengacara itu sedikit mendorong kaca
matanya, lalu berkata, "Nona Nindi, akhirnya kita bisa bertemu. Kita sudah
pernah berbicara lewat telepon sebelumnya."
"Oh, itu kamu."
Nindi duduk di kursi, membuka
ponselnya, dan berkata, "Ini video dari kamar mandi waktu itu, Serena
belum pernah cerita, 'kan?"
Serena merasakan kecemasan yang mendalam.
Ia takut akan akibatnya jika ia berbicara.
Ibunya berpesan agar ia lebih
berhati-hati, dan tidak terlibat dalam masalah lagi.
Pengacara itu berubah ekspresi
setelah menyaksikan videonya. Ia kemudian berdiri dan menghubungi Nyonya
Belinda untuk melaporkan kejadian yang terjadi.
Segera setelahnya, telepon milik
Serena berdering, dan Ibunya langsung memarahinya tanpa henti.
Pengacara menatap Nindi dan bertanya,
"Kamu mau bagaimana dengan masalah ini?"
"Mudah kok. Kalau Serena mau
minta maaf, aku bakalan hapus videonya."
"Nggak akan, sampai mati pun aku
nggak akan minta maaf sama kamu!"
Serena segera bangkit dari duduknya,
dan berlari tanpa sekalipun menoleh.
Nindi menatap pengacara itu dengan
sedikit senyuman. "Aku kasih kalian waktu satu hari buat
mempertimbangkannya, aku ini orangnya masih bisa diajak bicara kok."
"Nona Nindi, saya harus kembali
dan melaporkan masalah ini. Tapi, kalau kamu bersikeras tetap mau melawan
keluarga Morris, kami nggak segan-segan menarik investasi untuk tim. Jadi,
pikirkan baik-baik."
Setelah pertemuan dengan pengacara,
Nindi menyadari bahwa permasalahan ini harus segera diselesaikan.
Saat ini, satu-satunya perusahaan
yang ia kenal dan bisa berinvestasi dan memberikan sponsor hanyalah Perusahaan
Patera Akasia.
Setelah merenungkan sejenak, Nindi
akhirnya mengirim pesan kepada Zovan "Zovan, ada waktu buat makan bareng
nggak?"
Zovan tampak terkejut dengan pesan
yang baru diterimanya itu.
la menatap Cakra dan berkata,
"Belakangan ini kamu masih sering berhubungan sama si Lemon nggak?"
Cakra yang sebelumnya sibuk menatap
tumpukan berkas, ekspresinya berubah lebih serius. "Nggak."
"Tapi, barusan dia mengirim
pesan padaku, katanya mengajakku makan!"
No comments: