Bab 474
Brando mengangguk,
setuju dengan pendapat Nindi, "Itu benar, aku juga ingat dengan jelas.
Naskah ini sudah mengalami banyak revisi dan dibahas berkali-kali."
Dengan Brando mendukung
Nindi, ucapan Sania barusan langsung terdengar semakin palsu dan tak berdasar.
Orang-orang di sekitar
mulai berbisik-bisik.
"Yang paling
menyebalkan di industri ini adalah ketika kita sudah bekerja keras menulis
naskah, tapi pada akhirnya harus mencantumkan nama orang lain."
"Benar sekali!
Kenapa hasil kerja keras kita harus dibagi dengan orang lain? Benar-benar nggak
tahu malu."
Mata Sania memerah
ketika mendengarnya. Dia menggigit bibirnya, tanpa tahu harus berkata apa. Pada
akhirnya, dia hanya bisa menatap Darren dengan tatapan memohon.
Darren menatap Brando
dengan serius, "Aku jelas melihat sendiri bagaimana Sania juga ikut serta
dalam proses penulisan naskah ini. Kalian nggak bisa begitu saja menghapus
namanya."
Brando menatap Darren
tanpa ragu, "Kak, aku tahu kamu ingin Sania mendapatkan sedikit pengakuan,
tapi naskah ini jelas jelas ditulis oleh Nindi. Sania sama sekali nggak ada
hubungannya. Memaksakan namanya ke dalam kredit cuma bakal membuat segalanya
tampak konyol."
Brando langsung
bertindak tanpa basa-basi, hingga Darren tampak tak bisa berkutik.
Darren terlihat malu
untuk turun dari panggung. Bagaimanapun, Brando jauh lebih berpengalaman di
industri hiburan dan ucapannya tentu lebih dipercaya.
Brando melangkah
mendekati Darren, "Kak, biarkan Sania berlatih lebih giat lagi. Masih
banyak kesempatan baginya di masa depan. Tapi kali ini, naskah ini adalah hasil
kerja keras Nindi sendirian. Sudah seharusnya kita merayakan
keberhasilannya."
Darren memang terlihat
kesal, tetapi ia tidak bisa berkata apa-apa.
Dengan ekspresi acuh tak
acuh, dia melangkah turun dari panggung. Saat melewati Nindi, dia bahkan
mendengus dingin.
Nindi hanya tersenyum
tipis, ada kilatan kemenangan di matanya.
Dia memperhatikan Darren
yang kini berdiri di samping Sania, seolah sedang menghibur si gadis yang
pura-pura polos itu.
Sayangnya, kali ini
Sania tidak akan bisa merebut sesuatu yang bukan miliknya.
Brando melangkah ke
depan dan berbicara kepada semua orang, "Seperti yang kalian tahu, aku
baru saja sukses dengan dua drama, tapi sempat ada konflik antara aku dan
adikku saat audisi. Hal itu menimbulkan dampak negatif setelah tersebar di
internet. Jadi, hari ini aku membawanya ke acara ini untuk membereskan
kesalahpahaman itu."
Nindi melirik Brando
yang sedang berbicara. Ekspresinya pun perlahan menjadi lebih netral.
Dia tahu bahwa semua ini
sudah diatur oleh Brando, bukan hanya untuk mendapatkan kembali kendali atas
perusahaan hiburan, tetapi juga untuk membersihkan namanya terkait kontroversi
di siaran langsung.
Nindi tak berniat
membantahnya.
Bagaimanapun, dia dan
Brando hanya bekerja sama untuk sementara waktu.
Saat ini, hal paling
penting bagi Nindi adalah menyelidiki fakta bahwa ayah Sania masih hidup, serta
mengungkap kebenaran di balik kecelakaan mobil bertahun-tahun lalu.
Dia ingin membuat Sania
tidak betah tinggal di keluarga Lesmana, sehingga memaksa orang-orang di
belakangnya untuk turun tangan. Dengan begitu, dia akan memiliki kesempatan
menemukan ayah Sania.
Seusai mengatakannya,
Brando melirik Nindi dengan hati-hati. Begitu melihat Nindi tidak membantah,
barulah dia merasa lega.
Saat keduanya turun dari
panggung, ada banyak orang yang langsung menghampiri untuk menyapa.
Melihat Nindi mendapat
pujian dari orang-orang, Sania pun merasa iri dan kesal. Dia berpaling
menghadap Darren dengan wajah memelas, "Kakak, hari ini Kak Brando pasti
sengaja membawa Nindi ke acara ini. Jelas sekali dia nggak setuju kalau
perusahaan hiburan diserahkan padaku. Dia kelihatannya mulai membencimu karena
ini."
Darren tentu bisa
melihat apa yang terjadi.
Dia berjalan mendekati
Brando dan Nindi dengan raut wajah kesal, "Kalian berdua, ikut aku
sebentar. Ada yang mau aku omongin."
Brando tetap berdiri di
tempatnya, "Kak, kalau ada yang perlu diomongin, sebaiknya setelah
acaranya selesai saja. Sekarang seharusnya kamu ikut senang buat Nindi. Kenapa
wajahmu malah kelihatan muram begitu?"
Nindi tidak menyangka
Brando bisa berbalik begitu cepat. Saat menyanggah seseorang, dia benar-benar
tidak memberi celah sedikit pun.
Sania pun ikut menimpali
dengan nada lembut penuh kepura-puraan, "Kak Brando, Kak Darren nggak
bermaksud jahat, kok. Dia cuma mau bantu menyelesaikan masalah yang kalian
timbulkan. Akhir-akhir ini, dia terus sibuk membereskan kekacauan yang kalian buat.
Kenapa kalian malah bersikap begini padanya?"
Nindi menatapnya dingin,
"Memangnya kami bersikap seperti apa? Apa gara-gara Kak Brando datang ke
sini untuk mengumumkan kalau akulah penulis asli naskah ini, lalu kami juga
menolak menambahkan namamu di dalamnya?"
Wajah Sania menegang
sesaat, tetapi dia tetap bertahan dengan sikapnya, "Tapi, aku juga sudah
berusaha keras..."
Darren menatap Nindi
tajam, "Mau kamu setuju atau nggak, nama Sanía tetap akan ditambahkan
dalam naskah."
Di dalam keluarga ini,
Nindi bukanlah sosok yang bisa menentukan segalanya.
No comments: