Bangkit dari Luka ~ Bab 506

  

 Bab 506

 

"Hmm, masih tahap negosiasi. Kita harus selidiki dulu latar belakang mereka," jawab Darren.

 

"Kak Darren, aku boleh ikut proyek ini nggak? Aku mau belajar supaya nantinya bisa bantu kamu juga," ucap Sania.

 

Darren tampak menghela napas lega. "Oke, kalau saja Nindi bisa punya setengah sifat pengertian dan penurut sepertimu, pasti bisa lebih bagus."

 

Ekspresi Sania seketika membeku. Ia menundukkan pandangannya, menyembunyikan ekspresi kelamnya.

 

Kelak, ia akan memastikan Nindi hancur di bawah kakinya, memaksanya berlutut dan menjilat sepatunya.

 

Usai Darren dan Sania meninggalkan ruangan, suasana di ruang tamu menjadi lebih sunyi.

 

Brando menggenggam kontrak pengalihan saham itu, lalu menatap Nindi dengan ragu. "Kamu masih ingat perjanjian kita, 'kan?"

 

Nindi lantas menatap Brando. "Tenang saja, begitu aku dapat warisan dari Ayah dan Ibu, aku bakal kasih saham yang Kak Darren lepas buat kamu."

 

Lagi pula, ia juga butuh adanya kepastian.

 

"Bukannya aku nggak percaya sama kamu, aku cuma tanya. Kontrak ini biar aku pegang dulu, ya," ucap Brando.

 

Brando menghela napas lega, tetapi ia tidak langsung menyerahkan kontrak itu kepada Nindi. Ia juga membutuhkan jaminan.

 

Nando mengernyitkan dahinya dan berkata, "

 

Brando, kamu masih curiga sama Nindi? Sekarang kita semua sudah tahu sifat aslinya Sania, kita nggak akan tertipu lagi seperti dulu."

 

"Kak Nando, bukannya aku curiga sama Nindi. Tapi, kalau kontrak ini ada padaku, aku bisa melawan kalau Kak Darren mau bikin masalah," jelas Brando.

 

Nindi mampu memahami isi pikiran Brando, hanya saja ia memilih untuk tetap diam.

 

Ia berdiri dari duduknya dan pergi ke lantai atas.

 

Nando menatap Brando dengan perasaan sedikit kecewa. "Kamu curiga banget ya sama Nindi?"

 

"Kak Nando, aku ini nggak sebaik kamu. Bahkan di antara saudara kandung, yang namanya uang itu harus jelas. Aku lebih suka semuanya transparan Daripada buang waktu mengintrogasiku, mending cari cara buat nasihati Kak Darren. Kudengar, Sania bawa investor proyek AI itu, dan jujur saja, aku curiga," ucap Brando. 1

 

Bagaimana mungkin Sania mengenal investor sehebat itu?

 

Nando menghela napas. "Kamu pikir aku nggak berusaha nasihati dia? Kalau Kak Darren mau dengerin, dia nggak bakal bertengkar sama Nindi sampai separah itu, 'kan."

 

"Nggak usah dicegah, biarin saja. Begitu proyek Al ini habis dikendalikan Sania sampai bangkrut, Kak Darren pasti bakal tahu sendiri sifat aslinya. Kayak perkataan Nindi, orang baru ngerti rasa sakit kalau sudah kena karmanya," ucap Brando.

 

Brando membawa kontraknya dan pergi dari sana.

 

Tak lama berselang, Nindi selesai berganti pakaian dan turun ke lantai bawah. Baru saja, Tim TG Grup menginformasikan bahwa mereka telah menemukan beberapa petunjuk.

 

Nindi ingin melihat sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

 

Nando masih berada di ruang tamu. "Nindi, kamu mau ke mana?"

 

"Mau keluar sebentar."

 

"Aku anterin."

 

"Nggak usah, ngerepotin."

 

Nindi menolak dengan tegas. Ia tidak ingin keluarga Lesmana mengetahui rencananya, agar tujuan kepulangannya kali ini tidak terungkap.

 

Usai keluar dari vila keluarga Lesmana, Nindi mendapati mobil Cakra terparkir di sisi jalan.

 

Pria itu menurunkan kaca jendelanya. "Masuk."

 

"Kok kamu ada di sini?" tanyanya.

 

Nindi merasa sedikit terkejut. Setelah masuk ke dalam mobil, ia menoleh ke arah pria itu. "Jangan bilang kamu begadang semalaman di sini?"

 

Cakra berdeham sebelum akhirnya menjawab. " Nggak tuh."

 

"Tapi, bajumu masih sama kayak semalam, dasinya juga, terus matamu kelihatan ngantuk banget. Kayaknya tidurmu semalam nggak nyenyak," jelas Nindi.

 

Nindi mengingat dengan jelas pakaian yang dikenakan Cakra saat mereka melakukan panggilan video semalam.

 

Pria ini sangat mengutamakan kebersihan, mustahil ia tidak mengganti pakaian dalam cuaca sepanas ini.

 

Cakra menghela napas pasrah. "Ketahuan, ya. Tadi malam kamu bilang kalau habis dijebak, aku jadi kepikiran dan nggak tenang. Makanya aku datang buat jagain kamu. Kalau nanti ada apa-apa, aku nggak telat buat datang."

 

Nindi merasakan sesuatu tiba-tiba membuncah di dalam hatinya, matanya memerah, dan hampir meneteskan air mata.

 

Ia tiba-tiba mendekat dan mengecup pipi pria di sampingnya.

 

Cakra menahan kedua bahunya, menundukkan kepalanya, dan memperdalam ciuman mereka.

 

Tiba-tiba, seseorang mengetuk jendela mobil dengan kuat. "Hei! Kalian lagi ngapain?! Berhenti!"

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 506 Bangkit dari Luka ~ Bab 506 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 22, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.