Bab 507
Nindi tersentak dan segera menoleh ke
belakang. Ia mendapati Nando berdiri di luar jendela mobil.
Ia merasa sedikit canggung. Kenapa
pria itu datang ke sini?
Ekspresi Cakra semakin muram setelah
gangguan itu. Ia benar-benar merasa muak melihat anggota keluarga Lesmana.
Nando berdiri di depan kaca mobil
dengan ekspresi kesal. "Kalian cepetan turun!"
Nindi menyeka sudut bibirnya. Awalnya
ia merasa sedikit gelisah, tetapi setelah melihat ekspresi Nando, ia langsung
menjadi tenang.
Ia menurunkan kaca jendela mobil dan
menatap Nando yang berdiri di luar. "Ada apa?"
Ekspresi Nindi tampak dingin,
seolah-olah orang yang berada di hadapannya hanyalah orang asing.
Nando terlihat sedikit marah. Ia
melirik Cakra yang berdiri di belakang Nindi. "Nindi, kamu masih pacaran
sama dia?"
Nindi balik bertanya kepadanya.
"Kenapa aku nggak boleh pacaran sama dia?"
"Dia nggak cocok sama kamu. Pria
itu asal usulnya nggak jelas, pekerjaannya juga biasa saja, dan dia mendekatimu
cuma karena statusmu," ucap Nando.
Sejak awal, Nando memang berprasangka
buruk terhadap pria ini. Sebelumnya, ia masih bekerja sebagai dokter sekolah di
kampung halamannya Namun, begitu Nindi datang ke kota Yunaria, pria itu ikut
menyusulnya.
Ia terang-terangan ingin bergantung
pada Nindi, ' kan?
Nindi tertawa kecil dengan nada
mengejek. "Nggak penting siapa dia, yang jelas aku suka dia."
"Nindi, kamu masih muda. Dulu
kami memang nggak bersikap baik padamu, pria itu akhirnya mendekat dan
berpura-pura peduli. Tapi aku yakin, dia bukan orang baik," ucap Nando.
"Cukup! Mau dia baik atau nggak,
itu bukan urusanmu!" balas Nindi.
Nando menatap Cakra dan memberinya
peringatan.
"Dengar baik-baik, jangan pernah
sentuh Nindi, bahkan sehelai rambut pun nggak boleh! Kalau sampai terjadi,
habis kamu sama keluarga Lesmana! 11
"Memangnya keluarga Lesmana
sebaik apa sih?" ucapnya.
Cakra berkata dengan nada yang begitu
dingin. "
Semalam dia hampir celaka, dan kalian
sebut ini yang namanya baik padanya? Tindakan ini juga bisa bikin orang
mendekam di penjara lama, loh! Sial, siapa juga yang sudi menerima kebaikan
dari keluarga Lesmana?!"
Nando seketika membisu, bingung harus
berkata apa.
la menggenggam pintu mobil dengan
kuat. " Kejadian semalam itu cuma kecelakaan."
"Kenapa ya kalau berurusan sama
keluarga Lesmana, selalu bermasalah? Aku harap suatu hari nanti, semua masalah
ini bakalan menimpa kalian semua. Selama Nindi bersamaku, hal seperti ini nggak
akan pernah terjadi!" ucap Cakra.
Setelah Cakra selesai berbicara, ia
segera menyalakan mesin mobil, menginjak pedal gas, dan meninggalkan tempat
itu.
Nando mengejar dari arah belakang.
"Nindi, turun dulu, kita perlu bicara."
Namun, Nindi segera menaikkan kaca
jendela mobil, mengabaikan sepenuhnya Nando yang berada di luar.
Suasana di dalam mobil menjadi lebih
tenang.
Nindi menoleh dan menatap Cakra.
"Mulutmu masih setajam biasanya."
"Biasanya aku nggak suka maki
orang, tapi begitu melihat mereka, rasanya sulit buat menahan diri," ucap
Cakra.
Nindi tersenyum tipis. Tak lama
kemudian, ponselnya berdering. Ia bahkan tidak perlu melihat layar untuk
mengetahui siapa yang menghubunginya.
Ia mengabaikannya.
Cakra mengemudi sebenar, lalu
bertanya, "Mau ke mana?"
"Ke TG Grup, mereka bilang
berhasil menemukan beberapa petunjuk," jawab Nindi.
Cakra berpikir sejenak. "Mending
ke tempat gym saja, kantor humas itu ramai banget dan banyak yang
mengawasi."
Masalahnya adalah, jika ia pergi ke
TG Grup, identitasnya pasti akan terbongkar.
Setelah mengatakannya, ia sendiri
juga merasa sedikit ragu
Namun, Nindi justru mengangguk
setuju. "Oke."
Bagaimanapun, penyelidikan mengenai
ayah Sania harus tetap dirahasiakan. Jika dalang di balik semua ini
mengetahuinya, sudah pasti mereka akan melarikan diri.
Jika terjadi, menangkap kesalahan
mereka akan menjadi sangat sulit.
Cakra baru merasa lega setelah ia
mendengar wanita itu menyetujuinya.
Nindi menghubungi orang-orang dari TG
Grup dan menyepakati pertemuan di tempat gym.
Setibanya di lokasi, mereka segera
menuju ke area tinju.
Nindi mengeluarkan sapu tangan merah
miliknya. " Aku suka banget hadiah ini!"
Ia mendongak dan melihat Cakra kian
mendekat. Tanpa sadar, tatapannya beralih pada bibir tipis pria itu, teringat
akan ciuman yang tadi terhenti akibat gangguan.
Pria itu berdiri di hadapannya, lalu
membungkukkan badan. "Kalau begitu, aku juga mau hadiah."
"Kamu mau apa..." ucap
Nindi.
Kalimat yang ingin diucapkan
tertahan, tidak keluar dari mulutnya.
Cakra berdiri tepat di hadapannya, membungkukkan
badan, merengkuh pinggangnya, lalu menempelkan bibir mereka dengan lembut.
Nindi melingkarkan kedua tangannya di
leher pria itu, membalas dengan penuh suka cita.
Cakra dengan sigap menariknya ke
dalam pelukan dan mencumbunya, tangannya menggenggam erat pinggangnya, telapak
tangannya terasa begitu hangat.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: