Bab 511
Saat mendengar ucapan itu, Nindi
mengambil dekorasi mahal dan mewah yang ada di atas meja, lalu melemparkannya
ke dekat kaki Sania.
Sania berdiri di samping Darren dan
mengadu, "Kak Darren, lihat! Kak Nindi selalu nggak puas dengan rencanaku,
bahkan sekarang dia melempar barang ke lantai."
"Nindi, acara ini akan dimulai
beberapa jam lagi. Kenapa kamu malah membuat keributan di sini?"
"Aku membuat keributan? Aku
justru sedang membereskan kekacauan yang ditinggalkan Sania!"
Nindi maju dan menarik dasi Darren.
"Apa otakmu terjepit pintu? Ini acara penggalangan dana amal, bukan jamuan
makan malam, apalagi pameran barang mewah. Kalau orang lain melihatnya, mereka
pasti bakal menertawakan keluarga kita!"
Setelah dia selesai berbicara, Darren
juga menyadari ada yang salah.
Sania buru-buru menjelaskan,
"Kak Darren, aku nggak menggunakan barang yang terlalu mahal. Lagi pula,
para tamu yang datang hari ini 'kan orang -orang dari kalangan atas. Aku cuma
berpikir makanan, minuman, dan dekorasi harus terlihat lebih berkelas, agar
mereka nggak memandang rendah keluarga Lesmana."
"Bodoh!"
Darren memijat pelipisnya dengan
kesal. Dia bahkan tidak bisa berkata-kata karena terlalu marah.
Sania tersenyum dan menatap Nindi,
"Lihat, Kak Darren mendukungku."
"Sania, apa isi otakmu? Kamu
benar-benar bodoh!"
1
Darren pun membentak Sania,
"Nindi benar, ini acara penggalangan dana amal. Nggak pantas kalau terlalu
mewah seperti ini. Ganti semuanya!"
Wajah Sania langsung berubah. Dia
membela diri dengan suara pelan, "Aku cuma ingin menjaga nama baik
keluarga Lesmana."
Nindi tertawa sinis. "Yang kamu
jaga itu harga dirimu sendiri! Kamu merancang acara ini dan menghamburkan uang
hingga miliaran. Aku saja nggak yakin penjualan amal kita bisa menghasilkan
uang sebanyak itu. Kamu benar-benar keterlaluan!"
"Miliaran?"
Darren makin terkejut. Dia menatap
Sania dengan tajam. "Apa itu benar?"
"Ng-nggak sebanyak itu. Cuma
sekitar 4 miliar saja. Semua ini memang perlu biaya, 'kan?" Sania mulai
merasa bersalah.
Darren begitu marah sampai ingin
memukul seseorang, tetapi mengingat banyak tamu yang hadir, dia akhirnya
menahan diri.
Sania ketakutan. Apa salahnya
menghabiskan sedikit uang?
Menurut Sania ini bukan masalah
besar. Darren jelas - jelas memihak Nindi, makanya dia sengaja mengatakan itu.
Saat itulah, Nando akhirnya angkat
bicara. "Kak Darren, inilah alasan kenapa aku ingin mengusir Sania. Ini
nggak ada hubungannya dengan Nindi. Jadi lain kali, jangan langsung memarahinya
sebelum kamu tahu kebenarannya."
Nando yang biasanya pendiam pun kini
mulai melawan.
Darren sadar kalau dia salah, tetapi
tetap saja dia berusaha membela diri. "Siapa suruh Nindi makin lama makin
sulit diatur?"
Nindi tidak ingin membuang-buang
waktu dengan orang-orang ini, kemudian berkata dengan dingin, " Semua
dekorasi harus diganti, kita nggak boleh buat orang lain menertawakan kita, dan
Sania nggak boleh ikut campur dalam urusan di sini."
"Kenapa?"
Sania langsung bertanya pada Nindi.
"Cukup, Sania, kamu memang nggak
melakukan pekerjaanmu dengan baik kali ini. Untungnya, Nindi menyadarinya lebih
awal. Kalau nggak keluarga Lesmana pasti akan malu. Pergi ganti pakaianmu,
serahkan urusan di sini pada Nindi."
Meskipun Sania tidak rela, dia tidak
punya pilihan selain menurut.
Nindi menatap Darren. "Kalau
yayasan ini bukan peninggalan orang tua kita, akan kubiarkan Sania mencemarkan
nama baik yayasan dan aku pasti nggak akan peduli."
Setelah Nindi selesai berbicara, dia
berbalik dan mulai mengurus semuanya.
Darren masih kesal, lalu melampiaskan
amarahnya pada Nando. "Lihat sendiri! Apa Nindi masih menganggapku sebagai
kakaknya?"
"Kak Darren, jujur saja. Kamu
sendiri juga nggak memperlakukannya sebagai adik. Jadi jangan salahkan dia
kalau bersikap seperti ini padamu."
Nando juga merasa bahwa Darren
terlalu memihak pada Sania dan akan menyesalinya di masa depan.
Namun, saat ini, sudah terlambat.
Nindi sibuk mengurus semuanya tanpa
henti.
Dengan kecepatan terbaiknya, dia
berhasil mengganti semua dekorasi sebelum acara dimulai.
Jika bukan demi menjaga nama baik
orang tuanya, dia tidak akan repot-repot mengurus kekacauan ini.
Saat semuanya beres, acara pun
dimulai. Para tamu yang diundang mulai berdatangan satu per satu.
Sania akhirnya muncul dengan gaun
putih, meskipun wajahnya terlihat enggan. Dia mendekati Nindi dan mengejek,
"Dekorasi sesederhana ini? Kalau orang lain melihatnya, mereka pasti
berpikir keluarga Lesmana itu miskin."
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: