Bab 66
Kali ini, Nando benar-benar merasa
bahwa Nindi pasti tidak akan memaafkannya.
Saat ini, Leo pun sudah tiba.
"Kak Nando, ujian sudah selesai, 'kan? Aku sengaja memesan restoran, ayo
makan bersama."
Sania mengangguk. "Oke, ayo
pergi."
Leo mengamati sekitarnya. "Nindi
belum keluar?"
Sania menahan ketidaksabarannya, lalu
tersenyum saat berkata, "Kak Nindi baru saja pergi dengan dokter sekolah
itu. Entah dari mana dokter itu bisa menyewa begitu banyak mobil sport dan
terlihat cukup megah."
Ekspresi Leo langsung berubah.
"Kak Nando, kenapa kamu nggak menghentikannya? Ujian sudah selesai, jangan
biarkan Nindi bertindak semaunya!"
Nando terlihat agak canggung seraya
membalas, Ya, ujian memang sudah selesai."
Tadi, Nindi bilang, orang perlu
melihat ke masa depan.
Apa dia tidak berniat kembali ke
keluarga Lesmana?
Sebenarnya, Leo ragu untuk datang,
tetapi dia memilih untuk datang juga. Akan tetapi, dia malah tidak bertemu
Nindi.
Nando agak sulit menerima kenyataan
ini. Lantas, dia berbalik dan berkata, "Ada urusan di perusahaan, aku
pergi dulu. Kalian pergi makan saja.
"Kak Nando, bunga ini bukan
untuk Sania?"
Nando melirik bunganya, lalu dia
berikan pada Sania. "Hari ini, Kakak membuat kesalahan. Selamat atas
keberhasilan ujianmu."
Kini, hatinya sangat kacau.
Hari ini, dia sengaja hanya membeli
satu ikat bunga untuk Nindi supaya terlihat tidak memihak Sania.
Sania terpaksa menerima bunga
tersebut, berlagak manis sambil berkata, "Kak Nando, terima kasih, ya.
Sebenarnya, bisa tumbuh besar di keluarga Lesmana adalah hal yang nggak pernah
berani aku impikan."
"Setelah lulus ujian dan masuk
universitas, aku pindah keluar dan tinggal sendiri supaya Kak Nindi nggak terus
marah pada kalian."
"Aku cukup tahu diri,"
pungkas Sania.
Leo segera berkata, "Sania, kamu
bicara apa, sih? Kamu sudah diadopsi keluarga Lesmana sebagai adik kami, kita
adalah satu keluarga! Soal Nindi, biar kami yang bereskan, nggak ada
hubungannya sama kamu!"
Sania menundukkan kepalanya,
memperlihatkan sisi lemah dari sosoknya.
"Leo benar. Kamu tinggal saja
dengan tenang di keluarga Lesmana, nggak usah berpikir macam-macam," ujar
Nando.
Nando pun melangkah pergi dengan
canggung. Dia baru saja berpikir, saran yang diberikan Sania memang masuk akal.
Namun, ini sangat tidak adil bagi
Sania karena dirinya tidak melakukan kesalahan apa pun.
Pasti ada cara yang lain guna
memperbaiki hubungan dengan Nindi!
Bagaimanapun juga, mereka adalah
keluarga, bahkan darahnya lebih kental daripada air!
Sementara itu.
Nindi duduk di kursi penumpang mobil
sport merah.
Dia mengulurkan tangannya dan
merasakan angin dari luar, suasana hatinya menjadi sangat baik.
Mobil Cakra pun berhenti di lampu
merah. "Kirim aku pesan setelah reuni selesai."
"Rencananya, aku mau pulang ke
kediaman keluarga Lesmana, langsung dari acara itu."
Pandangan Nindi tampak tenang.
"Sudah waktunya buat mengakhiri semuanya."
Pada awalnya, Nindi punya rencana
meninggalkan keluarga Lesmana setelah ujian selesai.
Dia tidak ingin tinggal lebih lama
lagi di keluarga Lesmana.
"Apa rencanamu?"
Nindi tersenyum saat berkata,
"Bertindak gila sebelum pergi, biar mereka nggak akan datang mengganggu
lagi nanti."
Tangan panjang Cakra menggenggam
setir. Nindi memang tidak selemah yang dibayangkan.
Toleransi Nindi terhadap keluarga
Lesmana selama ini semata-mata agar ujiannya tidak terpengaruh
Dia sangat pintar.
Sayangnya, anggota keluarga Lesmana
tidak mengerti dan menganggap Nindi sedang marah!
Cakra mengantarnya ke restoran. Nindi
menghadiri pertemuan teman sekelas seorang diri, merasakan suasana hangat
setelah lulus, dan memilih untuk menutup penyesalan dari kehidupan sebelumnya.
Setelah makan, Nindi kembali ke
kediaman keluarga Lesmana dengan taksi.
Pengurus rumah terkejut ketika
melihatnya kembali. "Nona Besar, kenapa Anda kembali?"
2
"Ini adalah kediaman keluarga
Lesmana, apakah ada yang salah kalau aku kembali?"
Biasanya, Nindi bersikap tenang. Kali
ini, dia memberi balasan tajam seraya langsung pergi ke kamarnya.
Namun, dia mendapati barang-barang
milik Sania di kamarnya!
Pengurus rumah buru-buru menjelaskan,
"Dua malam yang lalu, kamar Nona Sania bocor. Jadi, Nona pindah sementara
ke kamar Anda beberapa hari ke depan. Tuan Nando bilang, kalian berdua adalah
wanita, makanya pasti nggak akan ada masalah."
Nindi perlahan menoleh, tatapannya
terlihat dingin.
Dia langsung membuang seprai yang
pernah dipakai Sania sekaligus barang-barang pribadinya ke koridor.
Pengurus rumah terkejut, begitu marah
saat berseru, "Nona Besar, bagaimana Anda bisa melakukan ini!"
No comments: