Thomas Qin ~ Bab 1291

    



Silahkan di bantu di bantu..

1. Share ke MedSos

2. Baca dengan Tab Samaran ~ Incognito Tab

3. Donasi ke Dana/OVO ~ 089653864821



Bab 1291 – Menemui Jalan Buntu

Rasa meminjam uang membuatnya sangat tidak nyaman, dan wajahnya panas, biarpun saudara perempuannya sendiri, bagaimanapun, dia masih tidak bisa mengatasi rintangan di hatinya. Selama bertahun-tahun, meskipun Wanton Tang memiliki kehidupan yang lebih keras, dia tidak pernah meminta tolong siapa pun.

Jika tidak buntu, dia tidak akan kembali.

Wajah Kangsan Tang masam, dan hatinya sangat tidak bahagia.

Wajah Yingna Sun berubah tiba-tiba, dan wajah tersenyum menghilang dalam sekejap.

Bukankah ini jelas sekadar berbasa-basi? Barusan mengatakan bahwa berhutang kepada kami, dan dapat membantu dengan apa pun, mengapa berubah pikiran sekarang? Ini terlalu tidak tahu malu, kemarahan Yingna Sun di dalam hatinya segera melonjak.

“Ah, pada dasarnya kerabat yang miskin. Kalaupun orang punya uang, mereka tidak berani meminjamkannya pada kita. Hahaha, barusan mengatakan bahwa berhutang pada Wanton Tang kami. Sekarang meminjam uang langsung memalingkan wajah. Sekarang dunia ini, siapa yang akan melihatmu jika kamu tidak punya uang? Kebaikan, siapa yang akan mengingat hal ini, kata-kata di mulut begitu baik, dan ketika sampai pada saat kritis, bukankah pelit sampai tidak sudi mengeluarkan satu sen pun. Jika tidak ada uang ya sudah tidak ada uang, tidak pinjam ya jangan pinjam, jika tidak ingin pinjamkan, maka kamu jangan bicara besar, bukankah memberi kami harapan dan menghancurkan harapan kami dengan tanganmu sendiri? Bahkan jika kami miskin, tidak dapat menindas orang seperti ini.”

Yingna Sun bergumam, ekspresi wajahnya sangat masam, wajahnya tertarik panjang dengan kelopak mata terkurai, membuat Hartanto Lin segera melirik Ernie Tang.

“Kakak Ipar Kedua, apa yang kamu bicarakan? Kami tidak bermaksud apa-apa. Jangan terlalu banyak berpikir. Kangsan akan menikah, ini hal yang baik, dan itu hal yang baik untuk keluarga Tang tua kita. Mana mungkin aku tidak dukung? Tapi mengapa pernikahan ini menghabiskan begitu banyak uang?”

Ernie Tang berkata dengan cepat.

“Kalau tidak pinjam, jangan pinjam. Kami bukannya tidak mampu untuk hidup. Ini seperti menganggap kami sebagai pengemis. Kami di sini untuk mengenali kerabat kami, bukan untuk melihat kalian pamer. Jika kalian punya uang ya kalian punya uang, punya uang pun tidak membantu kerabat miskin, orang kaya macam apa? Apakah memang orang kaya tidak berhati baik? Bertahun-tahun ini, kamu juga tahu bagaimana kami melewati hari. Kakak Kedua kamu bekerja sebagai buruh di lokasi konstruksi untuk mendapatkan uang. Sebagian besar dihabiskan untuk Kangsan. Hanya ada sedikit subsidi untuk keperluan rumah tangga. Aku tidak tega untuk membeli sebatang jarum atau pun seutas benang. Aku menjalani hidup dengan makan sayur dan sekam. Demi keluarga Tang kamu, apakah mudah bagi aku? Aku hanya datang meminjam uang?”

“Tidak apa-apa jika kamu merendahkanku. Apa kamu juga meremehkanmu Kakak Kedua? Aku perempuan pedesaan dan aku tidak punya budaya, tapi aku juga tahu bahwa kita harus melakukan apa yang kita katakan, ucapan yang dilontarkan tidak dapat ditarik kembali. Bukankah kami memang miskin? Tapi kita berprinsip, kami tidak mengambil sepeser pun dari orang lain, kami juga tidak meminta uang, kami meminjamnya, tetapi kamu lihat, kalian terus mengatakan bahwa berhutang pada Wanton Tang kami, sekarang bahkan tidak meminjamkan uang, aku mengerti tentang pepatah lama, yang orang miskin di jalan besar dan tidak ada yang bertanya ; orang kaya yang tinggal di pegunungan pun akan didatangi kerabat. Ini karena takut kami tidak mampu bayar.”

Kata-kata Yingna Sun membuat wajah Ernie Tang sangat masam, dan hatinya juga sangat tidak nyaman. Melihat sikap Kakak Kedua, dia juga tampak malu, hanya tersenyum masam di hatinya.

“Kakak Ipar Kedua jangan salah sangka, maksudku tidak ada maksud lain. Kakak, kalian ingin membeli rumah untuk Kangsan di kota, kan?”

Ernie Tang bertanya.

“Tidak, awalnya ada sedikit simpanan di keluarga, aku meminjam beberapa dalam dua tahun terakhir dan membeli rumah seluas 60 m2 untuk Kangsan, tapi gadis itu minta 500.000 yuan baru bersedia menikah. Ini uang mas kawin. Kami yang sudah tua ini benar-benar tidak punya uang, jadi aku hanya bisa mencarimu.”

Wanton Tang mencengkeram ujung-ujung bajunya, wajahnya yang tua terlihat murung, dan hatinya sangat risih. Saat pinjam uang, semua tergantung wajah orang lain.

Ernie Tang kaget, ternyata uang mas kawin, tapi mas kawin ini terlalu mahal, kan? Lima ratus ribu yuan mas kawin? Bukankah ini membunuh pasangan tua ini? Bagaimana mungkin mendapatkan begitu banyak uang dari keluarga pedesaan? Selain itu, mereka sudah membeli rumah untuk anak mereka. Bahkan jika pasangan ini menjual semua harta, tidak mungkin bagi mereka untuk mendapatkan uang sebanyak itu.

Dan sekarang negara menggalakkan dan menganjurkan agar tidak pernah ada mas kawin setinggi langit. Bukankah ini sudah jelas meminta uang? Ini bukan pernikahan, ini mati demi uang.

“Kangsan, apa pernyataan dari pihak cewek? Tidak bisa bekerja? Dengan uang sebanyak itu, sama persis menjual anak perempuan, apalagi kita juga punya rumah. Kalau anak menikah, cukup kasih puluhan ribu rupiah untuk mas kawin. Yang terpenting adalah keduanya saling mencintai. Bukankah ini lelucon dengan menginginkan begitu banyak uang.”

Hartanto Lin berkata dengan suara rendah, dia bukan tidak mau mengeluarkan uang, tetapi dia pikir tidak apa-apa untuk menafkahi akhir hidup pasangan lanjut usia ini. Mereka masih muda, punya tangan dan kaki, dan menikah harus menghabiskan sebanyak ini, sama sekali tidak mempertimbangkan orang tua yang hidup di pedesaan, apa yang dipikirkan Kangsan Tang dalam benaknya.

“Jika tidak ingin pinjamkan, jangan pinjamkan. Apa gunanya puluhan ribu yuan sekarang? Itu tidak cukup. Kalian bicara seenak hati karena bukan masalah kalian. Kalian punya uang, tentu saja beranggapan tidak perlu untuk meminta banyak uang untuk menikah. Kami orang pedesaan, menikah adalah menghabiskan tabungan seumur hidup, biarpun harus banting tulang. Tentu saja bukan putra kalian, kalian tentu tidak peduli. Putra kami tidak dapat menikahi istri, bukankah akan menyalahkan kami selamanya? Puluhan ribu yuan bukankah hanya untuk mengusir pengemis? Jika itu aku, aku juga tidak mau. Kalian berkata begitu banyak, bukankah hanya tidak ingin meminjamkannya? Aku tahu, aku tahu, bukankah orang kaya hanya merendahkan kami yang tidak punya uang? Khawatir setelah kami meminjam uang darimu, dan takut suamiku tidak bisa menghasilkan begitu banyak uang, tidak sanggup membayarmu, kan?”

“Apakah ini masih kerabat, kerabat kentut, dalam masyarakat ini, yang paling tidak berharga adalah kasih sayang keluarga. Kaya itu kerabat, dan jika tidak ada uang, tidak berani bertetangga. Aku akhirnya dapat melihat dengan jelas, bukankah kami tidak mampu? Bukankah kami tidak punya uang? Bukan salah kami jika tidak punya uang. Tidak ada setengah juta yuan, putraku tidak akan bisa menikahi istri, dan aku bahkan tidak akan bisa menggendong cucu. Wanton Tang, kamu si pecundang yang tidak berguna, keluarga Tang kamu tunggu saja putus keturunan.”

Yingna Sun memelototi Wanton Tang dan berkata, melampiaskan semua amarah pada Wanton Tang. Terus terang, itu berarti menyumpah, dan kata-katanya sangat jelek.

“Apa? Kakak Ipar Kedua, maksudmu gadis itu hamil?”

Ernie Tang dan Hartanto Lin sama-sama terpana. Mereka tidak menyangka Kangsan Tang naik bus dulu baru membeli tiketnya. Gadis itu sedang hamil dan mengandung anak keluarga Tang. Pantas saja mereka harus menikah saat ini, dan mereka membutuhkan begitu banyak mas kawin, ini adalah ancaman terang-terangan dengan menggunakan seorang anak.

“Lolita bilang, jika tidak memiliki setengah juta yuan, tidak akan pernah menikah dengan aku. Dengan demikian, dia pasti tidak akan bahagia untuk memiliki anak, dan tanpa jaminan finansial, dia tidak berani memiliki anak. Setelah melahirkan anak, tidak punya uang untuk membesarkan, tidak ada susu bubuk, bagaimana bisa hidup. Aku pikir Lolita benar, pernikahan harus memiliki dasar materi, jika tidak, jika aku seorang perempuan, maka aku tidak akan berani punya anak. Begitu melahirkan, akan bernasib seperti ibuku yang hanya makan sayur dan sekam. Aku tidak ingin hidup seperti itu setelah anakku lahir.”

Kangsan Tang berkata dengan bangga.

Thomas Qin mencibir, orang ini benar-benar menganggap dirinya sebagai anak orang kaya? Apakah kamu begitu sombong saat ingin meminjam uang? Dia sendiri tidak memiliki keterampilan, dan berani bicara bagaikan sangat logis. Memang putra mirip persis dengan ibunya. Tampaknya Kangsan Tang telah sepenuhnya mewarisi sifat buruk Yingna Sun, dan telah mengembangkan sifat tebal muka yang ekstrim.

 

Bab Lengkap 

Thomas Qin ~ Bab 1291 Thomas Qin ~ Bab 1291 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on May 08, 2023 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.