Membakar Langit ~ Bab 84

 

Bab 84

 

Adriel tidak berani gegabah dan segera berhenti di jarak sepuluh meter dari Diana.

 

"Jangan sakiti anakku! Aku mohon, lepaskan dia."

 

Nenek dan wanita muda itu berlutut sambil memohon.

 

"Jangan menangis, berisik!"

 

Diana menampar kepala sang nenek dengan keras sehingga nenek itu tewas seketika. Sementara itu, wanita muda yang terkena percikan darah sang nenek menjerit histeris dan hampir pingsan.

 

Begitu melihat kejadian ini, orang-orang yang berada di sana berhamburan menyelamatkan diri. Kepanikan pun tercipta.

 

"Baiklah, aku akan membiarkanmu pergi. Jangan membunuh orang yang tidak bersalah lagi."

 

Ketegangan terlihat jelas di wajah Adriel. Meskipun hatinya terbakar amarah, dia terpaksa mengalah.

 

"Kamu benar-benar baik, ya. Nggak apa- apa kalau kamu memang baik, tapi jangan lembek saat menghadapi orang. Lain kali kita bertemu, aku akan membunuhmu dengan sangat menyakitkan," ujar Diana sembari tersenyum.

 

Namun, jangan terkecoh oleh senyum menggoda yang ditunjukkan oleh Diana. Wanita ini adalah seorang yang benar benar sadis.

 

Diana melemparkan anak kecil yang disanderanya ke Sungai Silas, lalu melarikan diri.

 

Adriel tidak punya pilihan selain menyelamatkan anak itu terlebih dahulu.

 

Tanpa ragu, Adriel langsung melompat ke Sungai Silas dan menyelamatkan anak kecil itu. Kemudian, dia menggendong dan membawa anak itu ke ibunya.

 

"Cepat, bawa anakmu pergi," ujar Adriel.

 

Namun, wanita muda itu masih syok. Adriel menepuknya beberapa kali sampai wanita muda itu tersadar dan segera melarikan diri menggendong anaknya, tanpa memedulikan sang nenek yang sudah meninggal.

 

Karena harus menyelamatkan anak kecil tadi, Adriel kehilangan jejak Diana yang sudah menghilang entah ke mana.

 

Namun, Diana sempat terkena pukulannya tadi. Luka Diana tidak ringan dan dia tidak mungkin lari jauh.

 

Adriel terus mengejar ke arah Diana berlari.

 

Pada saat itu, langit sudah gelap dan makin jauh ke hilir, makin sedikit orang yang lewat. Pengejaran Adriel membawanya ke sebuah persimpangan jalan.

 

Jalan di sebelah kanan menuju ke hutan, sedangkan jalan di kiri menyusuri tanggul sungai ke kuil tua yang mengubah hidup Adriel.

 

Jika dia menjadi Diana, dia pasti akan memilih jalan di sebelah kanan yang menuju hutan karena lebih mudah untuk bersembunyi di sana.

 

Namun, itu adalah pilihan yang paling mudah ditebak.

 

Adriel berjongkok dan memeriksa jejak di tanah dengan teliti. Tidak ada yang bisa lolos dari penglihatan mata ganda miliknya yang tajam.

 

"Benar saja. Dia nggak memilih untuk kabur ke hutan, tetapi menyusuri sungai."

 

Adriel segera mengambil jalan di sebelah kiri dan meneruskan pengejaran sejauh lebih dari satu kilometer.

 

Namun, setelah merasakan sesuatu yang ganjil, dia tiba-tiba berhenti dan berbalik menuju kuil tua.

 

"Kuil Dewi Sungai."

 

Tatapan Adriel tertuju ke papan nama yang sudah lapuk dan tergantung miring.

 

Kuil Dewi Sungai adalah tempat yang sangat penting baginya.

 

Kuil Dewi Sungai pernah menjadi tempat yang sangat populer di Kota Silas. Semua orang di kota tahu tentang Kuil Dewi Sungai ini dan legenda yang ada di balik kisahnya.

 

Konon, beribu tahun lalu, ada makhluk jahat di Sungai Silas yang membuat kekacauan. Makhluk itu menuntut pengorbanan anak-anak dan gadis muda yang tinggal di bantaran Sungai Silas. Jika tidak dilakukan pengorbanan, makhluk itu akan menggunakan sihirnya untuk mengundang banjir dan membuat penduduk di sana menderita.

 

Pada suatu ketika, seorang dewi turun dari langit dan membunuh makhluk jahat itu. Sejak saat itu, daerah di Tepi Sungai Silas menjadi makmur. Cuaca menjadi lebih bersahabat dan tanah yang subur memberikan hasil panen yang melimpah.

 

Untuk menghormati dewi itu, penduduk setempat membangun Kuil Dewi Sungai.

 

Legenda Dewi Sungai telah diceritakan selama berabad-abad dan masih membekas di ingatan penduduk Tepi Sungai Silas hingga sekarang.

 

Kemudian, mengikuti laju pembangunan kota, sebuah pembangkit listrik tenaga air dibangun di hilir dan menyebabkan kenaikan permukaan air yang mengancam keberadaan Kuil Dewi Sungai.

 

Kuil Dewi Sungai pun dipindahkan ke lokasi yang baru. Namun, kuil itu perlahan -lahan terlantar dan mungkin tak lama lagi akan roboh, terlupakan oleh waktu.

 

Adriel masih mengingat legenda itu dengan jelas.

 

Namun, dia tidak terlalu percaya pada mitos semacam ini. Baginya, legenda hanyalah bentuk kepercayaan masyarakat zaman dahulu.

 

Adriel perlahan memasuki Kuil Dewi Sungai sambil berkata, "Ayo, keluar! Aku tahu kamu bersembunyi di sini."

 

Bab Lengkap

Membakar Langit ~ Bab 84 Membakar Langit ~ Bab 84 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on November 23, 2024 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.