Bab 101
Nindi
mendengar suara Sania. Tanpa perlu menoleh pun, dia sudah mampu menebak apa
yang ingin perempuan licik itu lakukan.
Selama
bertahun-tahun ini, dia telah mengalami banyak penderitaan akibat Sarnia.
Bahkan,
dengan mata terpejam pun trik Sania sangatlah mudah ditebak.
Nindi tidak
menoleh, hanya meraih ujung roknya.
Nindi
langsung menghindar ke samping sambil menarik ujung rok dengan sekuat tenaga.
Sania yang
menginjak gaun Nindi pun seketika kehilangan keseimbangan. Dia pun terjatuh
diiringi dengan anggur merah yang tumpah dari gelasnya.
Di tengah
aula terdapat sebuah piramida sampanye.
Sania
terjatuh ke arah piramida sampanye hingga susunan gelas sampanye tersebut
menghantam tubuhnya.
Kejadian ini
terjadi begitu cepat, sehingga tidak ada yang mengantisipasinya.
Nindi berdiri
di tempat. Dengan ekspresi yang dingin dia melihat Sania yang terjatuh ke arah
piramida sampanye dengan teriakan yang sangat canggung.
Tatapan penuh
sindiran terpancar dari sorot matanya.
Selama
bertahun-tahun, cara Sania tetap tidak berubah.
Namun,
sayangnya Nindi tidak akan membiarkan trik perempuan licik ini berjalan sesuai
keinginannya lagi.
Setelah
piramida sampanye hancur, hampir semua orang di ruang pesta menoleh ke arah
itu.
"Sania,
kamu nggak apa-apa?"
Leo dan Nando
segera berlari mendekat setelah melihat.
Leo langsung
menginjak pecahan kaca dan membantu Sania bangkit, "Kenapa kamu bisa
terjatuh?"
Sania basah
kuyup. Lengan dan kakinya berdarah sehingga terasa sakit seperti terbakar.
Sania
menyimpan kemarahan di dalam hatinya, padahal orang yang seharusnya celaka
adalah Nindi!
Sania
mendongak ke arah Nindi, matanya merah. Dia pun berbicara dengan terbata -bata,
"Kak Leo, aku, aku jatuh sendiri, bukan karena didorong orang lain."
Mendengar
ucapan perempuan licik ini, senyum kecil pun terulas di bibir merah Nindi.
Dia memang
sudah menebak trik perempuan licik.
Nando
memperhatikan Sania yang melihat ke arah Nindi sambil berpikir dalam hati,
'Apakah Nindi yang melakukannya?'
Nando
mengerutkan kening dan berkata, "Sania, karena ini adalah kesalahanmu
sendiri, maka lain kali kamu harus lebih berhati-hati. Biar Leo yang
mengantarmu ke rumah sakit."
Sania
terkejut melihat respons Nando. Bukan respons seperti ini yang dia inginkan.
Sania tadi
sengaja melihat ke arah Nindi, untuk mengisyaratkan bahwa kejadian ini ada
hubungannya dengan Nindi!
Sementara
itu, dia mengatakan bahwa dirinya tidak sengaja terjatuh, tentu saja hanya
untuk membentuk citra dirinya yang penuh pengertian dan merasa tertekan.
Dulu mereka
selalu mencurigai Nindi, mengapa kali ini Kak Nando tidak mengikuti skenario
itu?
Leo dengan
tatapan yang dingin berkata, "Sania, katakan yang sebenarnya, apakah Nindi
yang membuatmu jatuh?"
Sania
menunduk dan dengan lemah berkata, "Kak Leo, jangan tanya lagi, ini nggak
ada hubungannya sama Kak Nindi. Aku terjatuh sendiri karena nggak
hati-hati."
Sikap ini
menunjukkan bahwa Sania memiliki maksud tertentu dalam ucapannya.
Leo mendengus
pelan dan melihat ke arah Nindi, " Kenapa kamu harus menyakiti Sania
seperti ini? Cuma karena hari ini aku nggak ajak kamu dan justru membawanya ke
pesta?"
Selain itu,
tampaknya Leo tidak terpikirkan alasan Nindi melakukan hal ini.
Nindi
mengangkat alisnya sedikit, "Kak Leo, aku dapat undangan. Jadi, aku nggak
butuh diajak sama siapa pun untuk datang ke pesta ini."
Kalimat ini
sangat masuk akal.
Leo merasa
tidak nyaman. Dia pun menjawab, " Memangnya kamu pikir aku nggak kenal
kamu?
Kamu selalu
nggak suka Sania merebut perhatianmu, jadi kamu membiarkannya terluka dan
membuatnya malu!"
Nindi tertawa
sinis, "Memangnya apa yang dia punya sampai-sampai aku harus
merebutnya?"
Wajah Sania
merah padam.
Leo bahkan
tidak bisa membantah kalimat itu.
Luna mengejek
dan berkata, "Bahkan orang buta pun tahu bahwa hari ini yang menjadi
sorotan adalah Nindi, dia diundang untuk menghadiri pesta hari ini sebagai
streamer yang baru-baru ini viral di internet. Sania bahkan nggak dapat
undangan. Dia memangnya punya prestise apa? Benar-benar nggak paham!"
Guntur
membuka mulutnya, "Apakah orang-orang Keluarga Lesmana memiliki cara
berpikir yang berbeda dari orang biasa? Bukankah tokoh penting hari ini adalah
Nindi? Ini sebenarnya siapa yang cari sensasi, sih?"
Setiap kata
dan kalimat yang terucap membuat Leo seperti tertampar berkali-kali.
Sania sangat
tertekan. Dia mengangkat kepala dan menangis melihat Leo, "Kak Leo, jangan
bilang begitu, ini adalah kesalahanku sendiri. Aku terjatuh saat berjalan,
nggak ada hubungannya dengan Kak Nindi."
Sania
menyentuh gelang di tangannya, "Tapi, sayang sekali, gelang giok ini telah
rusak. Seingatku ini sangat mahal, 'kan?"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: