Bab 409
"Kali ini, giliran
kamu yang memohon padaku," ujar Darren sinis.
Kejadian di Perusahaan
Patera Akasia terakhir kali masih segar dalam ingatannya. Saat itu, Nindi benar
-benar memaksanya untuk memohon bantuan.
Darren sudah lama
menahan rasa kesal di hatinya. Akhirnya, sekarang dia bisa membalasnya.
Dia penasaran, berapa
lama Nindi mampu bertahan.
Namun, Nindi tetap
dengan sikap dinginnya, " Nggak akan, kali ini pun tetap kamu yang
membutuhkanku."
Darren mendengus,
"Nindi, awalnya aku masih menolerirmu karena orang tua kita. Tapi, kalau
kamu masih nggak tahu diri, lebih baik segera angkat kaki dari perusahaan ini!
Jangan sampai membuat Ayah dan Ibu kecewa."
Nindi melirik sekeliling
kantor.
Pandangan matanya
tertuju pada tulisan kaligrafi di dinding yang bertuliskan "Kerja keras
akan membuahkan hasil" yang dulu ditulis sendiri oleh ayahnya.
Nindi tetap berdiri di
tempatnya, "Tapi, kali ini, kamu yang mencariku."
"Aku yang
mencarimu? Jangan bercanda. Mana mungkin aku melakukannya! Sudahlah, pergi
saja. Aku masih punya banyak pekerjaan. Tanpa kode tembok pelindung darimu, aku
masih bisa cari orang lain buat menuliskan ulang."
Darren menyeringai penuh
ejekan, "Nggak ada yang nggak nggak mungkin."
"Memang benar,
nggak ada yang nggak mungkin. Tapi orang yang kamu cari di pasar gelap itu
adalah aku."
"Kamu? Nggak
mungkin."
Darren langsung menolak
mentah-mentah. Dia menatap Nindi dengan tidak percaya, "Orang yang kucari
itu terkenal dan punya reputasi di pasar gelap. Tapi kamu? Usiamu saja masih
muda begini, bagaimana mungkin kamu bisa terkenal di sana?"
Nindi menanggapinya
dengan santai, "Awalnya, aku cuma ambil pekerjaan sampingan buat dapat
uang tambahan. Menulis sistem tembok pelindung bukan hal baru buatku, ini bukan
pertama kalinya. Jadi, aku sudah terbiasa dengan prosesnya."
"Tapi kemarin,
begitu melihat alamat perusahaan ini, barulah aku sadar kalau ini milikmu.
Jadi, aku menolak tawaran itu."
Setelah mengatakannya,
Nindi menatap Darren dengan ekspresi datar.
Ekspresi Darren sendiri
mulai berubah kian suram. Itu karena sekarang dia sadar, bahwa orang itu
kemarin menolaknya setelah mengetahui alamat perusahaan ini.
Darren menunduk, menatap
dokumen di hadapannya. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa.
Nindi melanjutkan,
"Pertama kali aku mendaftar di pasar gelap, itu gara-gara perusahaan Kak
Nando mengalami masalah teknologi. Aku ingin belajar pemrograman sendiri dan
berpikir apakah aku bisa membantu. Tapi setelah Kak Nando tahu, dia melarangku
terlibat dengan pasar gelap lagi."
Darren akhirnya
bersuara, "Jadi, sekarang kamu merasa puas, ya, bisa ke sini cuma buat
menertawakanku?"
Nindi menatapnya tanpa
ekspresi, "Sejujurnya, aku nggak punya waktu untuk itu."
"Tapi faktanya,
kamu tetap datang ke sini. Itu tandanya kamu mau buktikan kalau tanpa kamu, aku
bahkan nggak bisa menemukan satu orang pun yang bisa kupercaya, begitu,
'kan?"
Darren melonggarkan dasi
dengan sedikit kesal. Suasana hatinya jelas memburuk.
"Pak Darren, ayo
kita buat kesepakatan. Sesuai perjanjian awal, aku akan menulis ulang kode
tembok pelindung. Sebagai gantinya, berikan informasi yang kucari."
Tatapan Nindi dingin dan
tegas, "Kesepakatan ini jelas menguntungkanmu, 'kan?"
Darren mendengus sinis,
"Memangnya apa yang membuatmu berpikir aku akan setuju? Aku bahkan nggak
bisa percaya orang-orang di luar sana. Apalagi mempercayai seseorang yang
tiba-tiba membobol sistemku? Kamu tahu betapa besar kekacauan yang kamu
timbulkan saat itu?"
Darren tidak ingin
mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya.
"Tapi faktanya,
kamu sudah sampai ke pasar gelap, ' kan? Itu berarti kamu memang nggak bisa
menemukan orang lain yang cukup kompeten."
Nindi berdiri dengan
tenang, "Aku nggak buru-buru, kok. Kalau kamu berubah pikiran, hubungi
saja nanti. Kalau kamu nggak mau ada yang tahu bahwa akulah yang menulis kode
pelindungnya, kita bisa menandatangani perjanjian kerahasiaan."
Dia tahu betul bahwa
Darren adalah orang yang sangat menjaga harga diri. Sudah pasti, dia tidak
ingin keluarga Lesmana tahu bahwa akhirnya dia datang mencari Nindi lagi.
Setelah mengucapkan itu,
Nindi berbalik hendak pergi. Akan tetapi, suara Darren terdengar dari
belakangnya.
"Nindi, kamu lebih
memilih berbisnis denganku dengan cara seperti ini, tapi tetap nggak mau
melepaskan Leo sekali saja?"
"Bukan aku yang
nggak melepaskannya. Justru kamu dan Sania yang nggak pernah kasih dia
kesempatan."
Nindi menghentikan
langkahnya, lalu menatap penuh ejekan, "Kamu selalu mencoba membebaniku
dengan moralitas. Apa itu nggak melelahkan?"
Darren tersulut amarah
saat melihat tatapan Nindi.
Dia langsung meledak,
menunjuk tulisan yang tergantung di dinding, dan berseru keras, "Nindi!
Bisakah kamu mengucapkan semua itu di depan kata -kata yang ditinggalkan
Ayah?"
"Lalu, apa kamu
sendiri bisa? Apa kamu bisa berdiri di depan mereka dan menceritakan semua yang
terjadi tanpa merasa bersalah sedikit pun?"
Nindi sama sekali tak
gentar, "Setidaknya, aku nggak akan menipu diriku sendiri. Aku juga nggak
akan memanipulasi orang lain dengan dalih moralitas sementara aku sendiri
pura-pura nggak terlibat."
Setelah mengatakan itu,
dia berbalik dan berjalan keluar tanpa ragu.
Dengan penuh amarah,
Darren menyapu seluruh isi meja hingga berjatuhan ke lantai. Suasana kantornya
langsung dipenuhi ketegangan.
Nindi masih bisa
mendengar suara Darren yang menggema dari ruangan, "Kembali ke sini!"
Senyum tipis terukir di
sudut bibir Nindi. Seperti dugaannya, kakaknya tidak akan bisa bertahan lama
dalam sikap keras kepala itu.
Orang lain mungkin akan
menjual informasi bisnis keluarga Lesmana demi keuntungan mereka.
Namun, dia tidak punya
alasan untuk melakukan itu. Bagaimanapun, perusahaan ini adalah cabang yang
dulu didirikan oleh kedua orang tua mereka. Nindi pun masuk kembali dengan
santai.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: