Bab 472
Nindi menarik napas
dalam-dalam. Saat dia tahu tentang acara pertukaran penulis skenario ini di
kehidupan sebelumnya, semuanya sudah terlambat. Sania sudah terkenal di media
sosial dan dijuluki sebagai penulis skenario paling berbakat.
Saat itu, barulah Nindi
menyadari bahwa namanya telah dihapus dari naskahnya sendiri.
Namun, apa yang bisa dia
lakukan?
Dia hanya bisa
menyaksikan Sania merebut segalanya, hingga akhirnya dirinya sendiri jatuh
dalam kehancuran.
Namun, kali ini, dia
tidak akan membiarkan Sania mendapatkan apa yang diinginkannya.
Di dalam pesta.
Sania mengenakan gaun
eksklusif buatan khusus dari merek terkenal. Dia berdiri di samping Darren
seraya memasang ekspresi manis dan sopan, berusaha memberikan kesan baik kepada
semua orang.
Karena mulai hari ini,
dia adalah M&M, seorang penulis di balik naskah yang sedang populer.
Bagi Sanía, Nindi yang
bodoh itu tak akan lebih dari sekadar batu loncatan selama hidupnya.
Langkah pertamanya
adalah menjadi penulis naskah terkenal. Setelah itu, dia akan mengambil alih
perusahaan milik Brando dan mengerahkan semua sumber daya hanya untuk mendukung
dirinya sendiri.
Dengan cara ini, dia
akan segera menjadi bintang besar.
Semakin Sania
memikirkannya, semakin bersemangat pula dia dibuatnya. Terlebih lagi, menjadi
selebriti ternama adalah impian yang telah dia genggam sejak kecil.
Seperti dugaannya, saran
sang ayah sangat berguna. Tidak hanya mendapat dukungan dana dari yayasan,
Sania juga diberi wewenang untuk mengelola perusahaan Brando. Dalam waktu yang
singkat, dia akan berada di puncak kekuasaan.
Saat para tamu sudah
hampir memenuhi ruangan, pembawa acara naik ke atas panggung dan berkata,
" Drama yang sedang populer belakangan ini pasti sudah tak asing lagi bagi
kalian semua. Sekarang, mari kita sambut perwakilan dari Triton Entertainment
untuk memberikan sambutan!"
Darren melangkah ke
panggung, mengucapkan beberapa kalimat pembuka, lalu menoleh ke arah Sania,
"Triton Entertainment memang sempat mengalami masa sulit, tapi
beruntungnya, aku punya seorang adik yang sangat berbakat."
Riuh tepuk tangan
memenuhi ruangan.
Sania menikmati sorotan
dan pujian yang tertuju padanya. Dengan langkah anggun, dia menaiki tangga
panggung satu per satu, tumit tingginya mengetuk lantai dengan ritme yang penuh
percaya diri.
Dia telah berjuang keras
selama bertahun-tahun. Akhirnya, hari ini dia bisa meraih puncaknya.
Saat pandangan Sania
bertemu dengan Nindi, senyumnya langsung membeku. Mengapa dia datang bersama
Brando?
Langsung saja, sebuah
firasat buruk menghantamnya.
Jika Nindi ada di sini,
bagaimana mungkin Darren masih bisa mengumumkan bahwa dirinyalah penulis naskah
yang sebenarnya?
Bukan hanya Sania yang
terkejut. Bahkan Darren pun tak menyangka Brando membawa Nindi ke acara ini.
Apa sebenarnya yang direncanakan adiknya?
Lalu, terdengar suara
lantang dari manajer Brando, " Brando baru saja keluar dari rumah sakit
hari ini. Dia datang secara khusus untuk menghadiri acara ini."
Kalimat itu langsung
menegaskan identitas Brando.
Meski mengenakan masker,
kini tak ada lagi yang bisa salah mengenalinya.
Brando melangkah ke atas
panggung tanpa ragu, lalu berdiri tepat di depan Darren, "Kak, apa kamu
keberatan kalau aku bicara sebentar? Bagaimanapun juga, aku sudah lama mengurus
proyek ini."
Darren menggenggam erat
mikrofon di tangannya, suaranya menekan emosi yang membuncah, " Ngapain
kamu bawa Nindi ke sini?"
"Kak, tadi kamu
bilang mau berterima kasih kepada adik kita yang berbakat, 'kan? Itu sebabnya
aku sengaja membawanya kemari. Kalau bukan Nindi yang naik ke atas panggung
setelah pidatomu nanti, lalu siapa lagi?"
Brando menoleh ke arah
Sania yang berdiri di atas tangga panggung, "Kamu mau adik tiri kita yang
naik ke panggung buat gantikan adik kandung kita? Itu jelas nggak pantas,
'kan?"
Brando sengaja
mengeraskan suaranya, memastikan semua tamu mendengar dengan jelas.
Sania mematung di
tempat. Wajahnya memucat karena malu dan panik. Dia tak menyangka Brando berani
membawa Nindi ke sini untuk merusak rencananya!
Selama ini, Sania selalu
menganggap Brando tidak akan pernah melawan perintah Darren. Karena itulah, dia
merasa bebas bersikap seenaknya di depan Brando, bahkan dengan sengaja
mengejeknya.
Andai saja dia tetap
berpura-pura baik seperti biasanya, mungkin Brando tidak akan membawa Nindi
kemari untuk menghancurkan segalanya.
Darren menatap tajam ke
arah Brando dan berkata sengit, "Cukup! Hentikan ucapanmu! Kamu Cuma bakal
mengacaukan rencanaku!"
"Kak, bukankah kamu
cuma berencana mengumumkan kalau adik kita yang berbakat adalah penulis naskah
yang sesungguhnya ? Atau aku salah, ya?"
Tanpa ragu, Brando
berbalik dan menatap Nindi dengan penuh keyakinan, "Kemarilah, biar
kuperkenalkan kepada semua orang. Inilah adikku yang paling berbakat,
Nindi!"
Nindi mengangkat sedikit
gaunnya dan melangkah naik ke atas tangga.
Tepat ketika sejajar
dengan Sania, dia berhenti sejenak. Dia mengulurkan tangan ke arah Sania yang
masih membeku, "Mau naik bersama?"
No comments: