Bab 478
Nada bicara Darren tetap
tinggi dan begitu arogan, " Kontraknya sudah ditandatangani dan sah.
Sekalipun kalian mau batalin sekarang, kalian tetap harus bayar ganti rugi yang
besar buat Sania."
Nindi langsung tertawa.
Dalam hal menjengkelkan orang lain, Kakaknya ini memang berbakat luar biasa.
Betapa cepatnya dia
mengatur segalanya untuk Sania! Benar-benar secepat ini, ya!
Brando mendengus dingin,
"Lalu kenapa?
Perusahaan punya
kebijakan sendiri. Dengan akting Sania yang buruk itu, dia malah bikin malu
kalau sampai tampil di luar."
Selama perusahaan tidak
sepenuhnya ada di bawah kendali Darren, maka Sania tidak akan mendapat sumber
daya sebagai pendukung yang bagus.
Nindi menatap Sania
dengan senyuman sinis, Sebagai penguasa perusahaan, aku harus memberimu sedikit
nasihat. Tingkatkan kemampuan aktingmu baik-baik, bekerja keraslah agar bisa
menghasilkan uang buat perusahaan. Oh, salah, deh. Aktingmu memang selalu
memukau. Kamu memang pantas jadi aktris."
Wajah wanita licik itu
seketika memerah ketika mendengar perkatannya.
Bagaimana juga, Sania
selalu berambisi menjadi pemilik perusahaan, agar bisa mengendalikan segalanya
sesuai kehendaknya.
Namun, tiba-tiba muncul
seseorang yang merebut ⚫posisinya di tengah jalan. Nindi dengan
entengnya telah merebut segalanya. Ini adalah hal yang paling tidak bisa Sania
terima.
Brando justru
mentertawakannya dengan sinis, " Aktingnya payah sekali, tahu! Selain
berpura-pura lemah di keluarga Lesmana, dia bukanlah siapa-siapa di luar
sana."
Mata Sania memerah
karena amarah, lalu tanpa berkata apa-apa, dia berbalik dan lari keluar dari
ruang istirahat. Dia benar-benar merasa terhina.
Darren menatap Nindi,
"Kamu benar-benar hebat. Bisa-bisanya membuat mereka semua berdiri di
pihakmu!"
"Bukan karena aku
hebat," jawab Nindi santai, " Tapi karena aku memang nggak bersalah.
Mereka Cuma merasa bersalah, makanya berpihak padaku."
Hanya saja, Nindi tidak
yakin berapa lama rasa bersalah itu akan bertahan.
Namun, itu tidak
penting. Yang perlu dia lakukan hanyalah memojokkan Sania sampai orang di balik
layar itu muncul.
"Oke, oke! Nindi,
jangan pikir kamu sudah menang, ya!"
Nando pun berkata,
"Kak, bukankah selama ini kamu berharap keluarga kita kembali seperti dulu?
Sekarang Nindi sudah setuju buat nggak mempermasalahkan kesalahan Brando dan
Leo, seharusnya kamů juga menepati janjimu dan membiarkan Nindi pulang."
Darren sedikit
melonggarkan dasinya, "Aku memang pernah bilang begitu, tapi apakah dia
benar -benar menyesali kesalahannya?"
Nindi tetap berbicara
dengan acuh tak acuh, "Aku nggak akan mengakui kesalahan, karena aku
memang nggak bersalah. Orang yang seharusnya mengaku salah bukan aku."
"Itu benar, yang
salah bukan Nindi, tapi kita."
Leo berjalan memasuki
ruangan. Tatapannya penuh rasa bersalah saat menatap Nindi, "Dulu, aku
terlalu bodoh, sampai teperdaya oleh Sania. Brando benar, aku juga nggak
sepenuhnya benar. Aku siap mengalihkan sahamku di keluarga Lesmana kepadamu
sebagai kompensasi."
Brando juga menimpali,
"Nindi, aku, Leo, dan Kak Nando mau minta maaf padamu. Selama ini, kamilah
yang salah, bukan kamu."
Nindi tidak langsung
menjawab.
Nando, yang duduk di
kursi roda, menatapnya penuh harap, "Nindi, kami semua sudah sadar akan
kesalahan kami. Apa kamu mau kembali ke keluarga ini?"
Dari sudut matanya,
Nindi melihat sosok Sania yang masih berdiri di ambang pintu. Ternyata, si
wanita bermuka dua itu belum pergi.
Sania selalu bermimpi
bisa mengusirnya dari keluarga Lesmana dan mengambil posisinya. Bahkan,
ambisinya tidak hanya itu. Dia juga ingin menguasai segalanya, begitu juga
dengan ayah Sania,
Nindi tidak akan
membiarkan dua orang itu mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Sudut bibirnya membentuk
senyuman dingin, " Baiklah, aku terima permintaan maaf kalian."
Selama dia berpura-pura
kembali ke keluarga Lesmana, Sania dan orang di balik layar pasti tidak akan
tinggal diam. 2
Begitu Nindi selesai
bicara, Sania yang bersembunyi di balik pintu akhirnya tidak tahan lagi dan
keluar. Wajahnya tampak pertuh kepiluan saat menatap Darren, "Kakak, apa
kamu benar-benar akan menerima dia untuk kembali ke dalam keluarga ini?"
'Si jalang Nindi ini
sudah pergi. Terus ngapain mau kembali lagi?' batin Sania.
No comments: