Bab 481
Nindi mendongak menatap
Darren. "Dulu, kamu bilang dasi yang kupilihkan untukmu itu yang paling
bagus. Setiap kali kamu pergi untuk negosiasi kontrak penting, kamu selalu
minta dibelikan dasi baru dan memintaku memasangkannya untukmu."
Ekspresi Darren tampak
sedikit canggung. "Jadi?"
Apa Nindi ingin
memainkan empatinya? Kalau dia bisa patuh, bukan tidak mungkin untuk
memaafkannya kali ini.
Sesaat kemudian, Nindi
menarik dasi Darren. "Ini dasi yang dulu aku belikan untukmu, 'kan?"
Dia melemparkan dasi itu
ke tempat sampah.
Darren langsung marah.
"Apa yang kamu lakukan?"
Nindi mengangkat tangan
dan menamparnya sekuat tenaga. Darren seketika tertegun di tempat.
"Sekarang kita
impas. Aku juga nggak akan mempermasalahkan bagaimana kamu sengaja menyerahkan
kamarku dan warisanku untuk Sania."
Dia berkata dengan
santai, "Soal dasi, aku akan belikan yang baru untukmu. Yang ini sudah
usang."
Darren masih belum bisa
bereaksi, sementara Nindi kembali berbicara. "Karena semuanya sudah jelas,
ayo kita keluar. Jangan sampai orang-orang mengira keluarga Lesmana sedang
berantem."
Nindi langsung
menggandeng lengan Darren. "Ayo pergi."
Sania di sampingnya
sedikit panik. "Kak Darren."
Darren melirik Sania,
sedikit merasa bersalah. "Aku tahu apa yang ingin kamu katakan, tapi
bagaimanapun juga Nindi adalah anggota keluarga Lesmana, membuat keributan yang
terlalu buruk nggak baik untuk keluarga kita."
Nindi adalah gadis
pemarah. Berdamai dengannya hanya akan membawa keuntungan pada Darren, bukan
kerugian.
Jika hari ini dia bisa
bekerja sama dengan ketiga kakaknya untuk menggulingkan perusahaan hiburan,
besok dia bisa ikut campur dalam Grup Lesmana.
Sania langsung panik.
Kenapa Darren bisa dengan mudah memaafkan Nindi? Jika Nindi benar-benar kembali
ke keluarga Lesmana, bagaimana nasibnya nanti?
Dia buru-buru berkata,
"Kak Darren! Tadi mereka bekerja sama untuk menendangmu keluar dari
perusahaan."
Nindi tersenyum.
"Aku cuma bercanda. Lagi pula perusahaan ini punya Kak Brando, jadi aku
harus mendukungnya."
Sania merasa sangat
marah. Jelas-jelas gadis jalang ini sedang berbohong.
Sania juga menggandeng
lengan Darren. "Aku juga akan pergi bersamamu."
Dia tidak bisa
membiarkan Nindi merebut Darren darinya.
Nindi tersenyum kecil.
"Aku nggak keberatan. Aku sudah banyak memikirkan berbagai hal selama
ini."
Darren mengangguk lega.
"Bagus kalau kamu sudah bisa berpikir lebih jernih. Ingat, Nindi, kamu
adalah bagian dari keluarga Lesmana."
Ada sedikit sarkasme
dalam senyum Nindi.
Dia tidak lupa.
Kali ini dia kembali ke keluarga
Lesmana untuk menyelidiki kebenaran kecelakaan mobil dan menangkap ayah Saņia
untuk membalaskan dendam orang tuanya.
Nindi mengikuti Darren
pergi.
Brando menatap Nando.
"Kak Nando, menurutmu kenapa Nindi tiba-tiba berubah sangat cepat? Apa dia
punya rencana lain?"
Perubahan sikap Nindi
terasa aneh dan terlalu mendadak.
Nando tetap tenang.
"Nggak peduli apa pun alasannya, yang penting dia mau kembali ke keluarga
Lesmana."
Brando melirik Leo lagi.
"Bagaimanapun juga, Nindi sudah setuju untuk nggak mempermasalahkan
kesalahan kita. Mulai sekarang, apa pun yang terjadi, kita harus mendukungnya.
Jangan sampai tertipu oleh Sania, mengerti?"
Leo mengangguk.
"Aku mengerti."
Belakangan ini, Sania
makin dingin dan menjauh darinya. Gadis itu tidak lagi memperlakukan dia
seperti dulu. Begitu Leo tidak berguna lagi, Sania menunjukkan sifat aslinya.
Leo akhirnya sadar bahwa
dia telah tertipu oleh Sania dan karena itu bersikap tidak adil pada Nindi.
Di luar, di area pesta.
Ketika Nindi dan Darren
muncul bergandengan tangan, banyak orang yang terkejut. Bagaimanapun juga, semua
orang melihat bagaimana keluarga Lesmana bertengkar tadi.
Darren berbicara lebih
dulu. "Maaf sudah membuat kalian melihat drama keluarga kami. Ada sedikit
perbedaan pendapat, tapi semuanya sudah diselesaikan."
Seseorang sengaja
bertanya, "Jadi, siapa yang sebenarnya menulis naskah itu?"
"Tentu saja aku.
Benar 'kan kakakku sayang?" ujar Nindi.
Darren tahu sifat buruk
Nindi. Jika dia kembali membela Sania sekarang, entah masalah apa lagi yang
akan dibuat oleh Nindi.
No comments: