Bangkit dari Luka ~ Bab 484

 

Bab 484

 

Galuh tersenyum. "Kapten, kamu mau kencan, ya? Hari ini pakai rok segala."

 

"Menurutmu rok ini gimana?"

 

"Cantik banget! Kakimu jenjang dan ramping, aku iri deh."

 

Setelah berkata begitu, Galuh tiba-tiba menyadari sesuatu dan segera mengalihkan topik pembicaraan.

 

Sementara itu, Nindi turun dengan membawa tasnya. Saat menuruni tangga, dia melihat ada makanan yang tumpah, hingga membuat lantainya licin.

 

Dia berpikir sejenak, lalu mengirim pesan ke Galuh. "Tangga di sini bermasalah, ingatkan teman sekamar kita biar nggak lewat sini."

 

Setelah Galuh melihat foto itu, dia menoleh ke teman sekamar barunya yang sedang duduk di depan komputer, "Kalau nanti kamu keluar, jangan lewat tangga sebelah sini. Nindi bilang ada orang yang menumpahkan makanan dan nggak membersihkannya."

 

Teman sekamar barunya tertegun sebentar, lalu menjawab pelan, "Terima kasih sudah mengingatkan."

 

Setelah itu, Galuh tidak berkata apa-apa lagi. Teman sekamarnya memang pendiam, tapi mereka semua bisa hidup berdampingan dengan damai.

 

Di sisi lain, Nindi langsung pergi ke gym. Tanpa mengganti pakaian, dia berjalan menuju area latihan tinju.

 

Dia melihat Cakra bersandar di ring tinju, memegang ponsel seolah sedang mengirim pesan.

 

Dia diam-diam menyelinap di belakang Cakra dan mencoba menyerang pria itu secara mendadak.

 

Namun, saat tangan Nindi baru menyentuh mata Cakra, pria itu langsung membantingnya. Cakra bereaksi dengan sangat cepat.

 

Nindi terpaku dan menatapnya. "Ini aku."

 

Cakra tersenyum, mengangkat Nindi dan mendudukkannya di tepi ring tinju. Kemudian Cakra menopang tubuh gadis itu dari kedua sisi menggunakan kedua tangannya. Kini dia menatap Nindi sambil membungkuk. "Seranganmu terlalu lambat."

 

"Lambat apanya! Kamu saja yang reaksinya terlalu cepat, kewaspadaanmu tinggi banget!"

 

Nindi benar-benar terkejut. Pria ini memang selalu menyembunyikan kemampuannya dengan baik.

 

Dia mendongak, sementara Cakra menunduk.

 

Tatapan mereka bertemu. Jantung Nindi tiba-tiba berdegup lebih kencang saat menatap wajah tampan pria itu.

 

Tatapan Cakra makin dalam dan gelap, lalu dengan hati-hati dia mengecup bibir Nindi.

 

Nindi merasa sangat gugup, tetapi tetap membalas kecupannya dengan ringan.

 

Tubuh pria itu menegang sejenak, lalu sesaat kemudian, tangannya meraih tengkuk Nindi untuk memperdalam ciumannya.

 

Tangan Nindi terkepal gugup, tetapi akhirnya dia memeluk pinggang Cakra dengan penuh kebahagiaan.

 

Inilah pria yang dia sukai.

 

Cahaya matahari senja masuk melalui jendela. Bayangan mereka berdua menyatu, seakan tak terpisahkan.

 

Napas Nindi mulai tidak beraturan, telinganya berdengung, dan pikirannya kosong, sehingga dia tidak bisa mendengar suara apa pun dari luar.

 

Setelah waktu yang terasa lama, Cakra akhirnya melepaskannya. Napasnya agak berat.

 

Tatapannya penuh misteri. Dia mengulurkan tangan untuk menghapus jejak air di bibir merah muda Nindi, kemudian berkata dengan suara serak, "Ganti bajumu."

 

Wajah Nindi merona. Dia menunduk dan menggumam, "Hmm."

 

Tatapan Cakra tiba-tiba tertuju pada kakinya. Karena tadi bergerak, roknya tersingkap sedikit, memperlihatkan bekas luka dari kecelakaan mobil.

 

Pandangan matanya seketika menjadi lebih tajam dan pikirannya lebih jernih.

 

Cakra dengan hati-hati mernurunkan rok Nindi. " Lain kali jangan pakai rok sependek ini."

 

"Memangnya ini pendek?"

 

"Ya, menurutku agak pendek. Aku nggak mau orang lain melihatnya."

 

Cakra membantu Nindi berdiri dan Nindi pun merapikan roknya. "Ya sudah, nggak akan kupakai lagi."

 

"Kamu ini bodoh atau bagaimana?"

 

Cakra menyentil dahi Nindi pelan. "Kalau mau pakai ya pakai saja. Aku memang cemburu, tapi aku bisa bertanggung jawab untuk membutakan mata jahat itu."

 

Nindi bisa hidup dengan bebas dan dia akan bertanggung jawab menyelesaikan masalah.

 

Nindi tersipu dan buru-buru berlari ke ruang ganti, tetapi dia bertemu seseorang yang dikenalnya di jalan, kakak perempuan Serena.

 

Nindi berhenti, "Kebetulan banget. Nona Sofia juga olahraga di sini?"

 

Rasanya agak aneh. Mengapa gadis terkenal keluarga Morris datang ke pusat kebugaran kecil di seberang kampus?

 

Sofia menyunggingkan senyum terpaksa. "Aku ke sini bukan untuk berolahraga, tapi mencari seseorang."

 

Nindi sedikit penasaran. Siapa orang yang membuat Sofia datang langsung untuk menemuinya?

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 484 Bangkit dari Luka ~ Bab 484 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 14, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.