Bab 485
Meskipun Nindi merasa
penasaran, dia tidak bertanya lebih lanjut.
Bagaimanapun juga, dia
tidak terlalu mengenal putri keluarga Morris ini.
Namun, Sofia
memperhatikan rona merah di wajah Nindi serta kilauan merah muda di bibirnya.
Dengan hati yang sedikit getir, dia bertanya, "Nona Nindi, kamu datang ke
pusát kebugaran sendirian?"
"Nggak."
Nindi tidak memberikan
penjelasan lebih lanjut dan langsung berjalan menuju ruang ganti.
Sofia menatap punggung
Nindi, hatinya dipenuhi kepahitan.
Dia kemudian menuju area
tinju dan akhirnya menemukan Cakra.
Sofia tak bisa menahan
diri untuk mendekatinya, " Cakra, kenapa kamu terus menghindar dariku
beberapa hari ini?"
Saat Cakra melihat
Sofia, ekspresinya menjadi lebih datar.
Dengan tatapan dingin,
dia menjawab, "Kenapa aku harus menghindarimu?"
"Terus kenapa kamu
nggak jawab semua teleponku?
"Kalau ada urusan
pekerjaan, langsung hubungi penanggung jawab di perusahaan saja. Nggak ada
alasan buat telepon kamu."
Perkataan Cakra sangat
dingin dan jelas.
Mata Sofia langsung
memerah. "Cuma karena gadis itu, kamu ingin memutus hubungan
denganku?"
"Kamu harus sadar,
di antara kita memang nggak pernah ada apa-apa. Kali ini, aku cuma meminta
adikku untuk menjelaskan. Kalau keluarga Morris masih bersikeras, lain kali aku
sendiri yang akan meluruskannya."
Ekspresi Cakra tetap
dingin. "Aku menghormati hubungan antara keluarga kita, jadi pilihannya
ada padamu. Kamu yang jelaskan atau aku yang turun tangan sendiri. Pikirkan
baik-baik."
Wajah Sofia seketika
menjadi pucat.
Dia tidak menyangka
Cakra akan begitu tegas, tetapi dia juga tahu bahwa pria ini tidak main-main.
Cakra benar-benar mampu
melakukan hal seperti itu.
Cakra menatapnya dengan
sedikit rasa tidak sabar. " Kamu boleh pergi sekarang, sebelum pacarku
melihat dan salah paham."
"Apa kamu tahu
kalau dia sudah pacaran dengan pria dewasa waktu dia masih SMA dulu?"
Sofia langsung
melontarkan kata-kata itu, teringat pada apa yang dikatakan Serena.
Ekspresi Cakra berubah
seketika. Dia menatap Sofia tajam. "Aku nggak mau dengar fitnah semacam
ini lagi."
"Jadi kamu nggak
peduli?"
"Pria itu adalah
aku, tapi waktu itu kami cuma teman saja. Jangan seenaknya menyebarkan rumor
tentangnya."
Sofia hampir tidak bisa
percaya. Jadi, dokter sekolah itu ternyata Cakra?
Kepalanya langsung
kacau. Kenapa Cakra bisa menjadi dokter di sekolah? Apa dia sudah mengenal
Nindi sejak dulu?
Ekspresi Cakra menjadi
makin dingin, "Peringatkan adikmu. Kalau dia terus cari masalah dengan
Nindi tanpa alasan, keluarga Morris akan menyesalinya."
Sofia sangat ketakutan
sehingga dia mundur beberapa langkah dan akhirnya melarikan diri.
Cakra menyipitkan
matanya. keluarga Morris sudah terlalu kelewatan akhir-akhir ini.
Dia berpikir setelah membuat
Mario mengklarifikasi soal rumor perjodohan, keluarga Morris seharusnya sadar
diri.
Tak lama kemudian, Nindi
yang sudah berganti pakaian berjalan mendekat.
Saat melihat Cakra,
wajahnya terasa panas. "Oh iya, ada satu hal yang lupa kukatakan padamu.
Konferensi pers beberapa hari lalu gagal."
"Karena saat itu
aku nggak ada di sana, kita bisa jadwalkan ulang. Kali ini nggak akan ada
masalah lagi."
Cakra menatap Nindi
dengan serius. "Aku jamin."
Sekarang, dia menyesal
melakukan perjalanan bisnis ke luar kota beberapa hari lalu. Dia juga nggak
menyangka Darren ternyata adalah menantu keluarga Ciptadi.
Nindi tersenyum tipis.
"Nggak perlu."
"Lalu apa rencanamu
ke depan?"
"Aku berencana
pulang ke keluargaku."
Setelah mengatakan itu,
Nindi melihat ekspresi Cakra sedikit berubah. "Kenapa?"
No comments: