Bangkit dari Luka ~ Bab 488

Bab 488

 

Nindi berdiri dan melepas sarung tangannya. "Kalau ada yang menyulitkanmu karena aku, beri tahu aku."

 

Cakra untuk pertama kalinya merasakan bagaimana rasanya dilindungi oleh seseorang.

 

Dia menerima sarung tangan itu dan tersenyum." Baik, aku biarkan kamu membelaku kali ini."

 

Baru saat itulah Nindi pergi ke ruang ganti untuk berganti pakaian.

 

Cakra menatap sarung tangan merah Nindi, lalu menundukkan kepala dan dengan hati-hati mengecupnya. Ekspresinya tampak sangat rumit.

 

Dia takut mengatakannya.

 

Dia takut Nindi akan menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.

 

Dia mundur.

 

Setelah Nindi selesai berganti pakaian dan keluar, dia tidak melihat Cakra menunggunya di tempat biasa.

 

Dia mengeluarkan ponselnya untuk mencari pria itu dan melihat bahwa Cakra baru saja mengiriminya pesan. 'Ada sedikit urusan di kantor, jadi aku pergi dulu. Barang-barangnya ada di meja depan.'

 

Apa Cakra dia sudah pergi?

 

Nindi berjalan ke resepsionis dan melihat sebuah kantong di sana. Saat membukanya, dia menemukan satu kotak besar sushi.

 

Dia benar-benar tidak berselera makan sekarang, tetapi dia tidak bisa menolak sushi.

 

Nindi mengetik balasan untuk Cakra. 'Aku sudah ambil makanannya. Jangan terlalu capek karena lembur, ya.'

 

Dalam perjalanan kembali ke sekolah, Nindi bertanya-tanya, mungkinkah Cakra kembali bekerja lembur karena AI?

 

Ketika dia kembali ke asrama, dia mendengar suara cemas Galuh. "Eh, kamu kenapa? Mau aku antar ke rumah sakit nggak?"

 

Nindi melihat teman sekamar barunya hampir pingsan dan segera berlari untuk menangkapnya Bagaimanapun juga, Galuh yang bertubuh mungil pasti tidak akan sanggup menopangnya.

 

Wajah teman sekamarnya pucat pasi, tubuhnya gemetar karena kedinginan. "Nggak perlu ke rumah sakit, aku cuma belum makan."

 

Nindi menyerahkan sushi ke Galuh. "Tolong pegang ini, aku akan membawanya ke UKS."

 

"Aku akan pergi bersamamu."

 

Galuh juga berlari bersamanya ke UKS kampus.

 

Setelah sampai, Nindi menurunkan teman sekamarnya di ranjang pasien dan berkata kepada dokter, "Dok, dia mendadak pingsan. Katanya belum makan. Apa dia kena hipoglikemia?"

 

Dokter melakukan pemeriksaan dan akhirnya berkata, "Kalau dia nggak punya penyakit lain, kemungkinan besar memang hipoglikemia. Selain itu, dia juga sedikit kekurangan gizi."

 

Nindi menghela napas lega, baguslah kalau bukan penyakit serius.

 

Dia menoleh ke teman sekamar barunya yang masih terbaring di ranjang. "Mau makan apa? Aku bisa pesan makanan untukmu."

 

"Nggak, terima kasih."

 

Suara Yanisha agak pelan dan perutnya mulai keroncongan begitu dia selesai bicara.

 

Nindi mengambil sushi dari tangan Galuh. "Ayo kita makan sama-sama, toh ini juga banyak."

 

Sebenarnya dia tadi tidak begitu lapar, tetapi perutnya mulai terasa kosong setelah berlari ke sini.

 

Galuh ikut duduk. "Sushi ini terkenal dan mahal, lho. Pacarmu benar-benar baik, ya."'

 

"Benarkah? Aku bahkan nggak perhatikan mereknya."

 

Nindi mencoba sepotong sushi dan mendapati rasanya sangat enak.

 

Dia mengambil satu potong dan menyerahkannya kepada teman sekamar barunya. "Jangan sungkan, aku juga nggak bisa menghabiskannya sendiri. Tolong bantu aku makan."

 

Yanisha menerima sushi itu dan berkata dengan suara pelan setelah melihatnya sekilas. "Terima kasih."

 

Galuh tersenyum. "Ah, nggak perlu terima kasih. Kita 'kan satu asrama, harus saling menjaga."

 

Yanisha menunduk dan mulai makan dengan gigitan kecil.

 

Nindi dan Galuh saling bertukar pandang. Mereka tidak bertanya kepada Yanisha mengapa dia tidak makan, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

 

Mereka menemani Yanisha sampai selesai infus glukosa.

 

Galuh kemudian bertanya kepada Nindi, "Apa kamu berhasil mendapatkan kembali warisan orang tuamu?"

 

"Harus lewat jalur hukum. Agak susah, karena nggak ada surat wasiat."

 

"Kakak tertuamu benar-benar keterlaluan! Dia malah memberikan bagianmu ke Sania dan memaksamu untuk mengalah. Padahal yang dipukul itu kamu!"

 

Galuh membela Nindi.

 

Namun, Nindi hanya tersenyum santai. "Aku tahu, tapi aku sudah punya cara untuk mengambil kembali apa yang menjadi milikku. Sania nggak akan mendapatkannya dengan mudah."

 

"Kakak laki-lakimu itu punya hubungan khusus dengan Sania, ya? Kalau nggak, kenapa dia begitu memihak gadis itu?"

 

Setelah mendengar ini, mata Yanisha sedikit berubah, seolah-olah dia sedang memikirkan sesuatu.

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Sudah ada Novel Baru yaa

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 488 Bangkit dari Luka ~ Bab 488 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 16, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.