Bab 492
Sania berdiri di pintu, matanya
memerah karena cemburu. 'Semua ini seharusnya milikku! Kenapa begitu Nindi
kembali, dia langsung merebut segalanya?' pikir Sania.
Orang-orang di Keluarga Lesmana
benar-benar nggak tahu terima kasih! Aku sudah begitu baik pada mereka selama
bertahun-tahun, tapi mereka lebih memilih Nindi, hanya karena dia saudara
kandung mereka?'
Sania berkata kepada pelayan itu
dengan arogan, Cepat kemari dan bantu aku! Apa kalian buta?"
Namun, para pelayan mengabaikannya
dan langsung bergegas masuk ke ruang tamu, tak satu pun peduli padanya.
Sania pun hanya bisa memasuki vila
sendirian dengan tertatih-tatih.
Sementara itu, Nindi berdiri di dalam
ruang tamu sambil memperhatikan dekorasi vila itu. "Dekorasi di sini mirip
sekali dengan yang ada di Kota Antaram. 11
"Betul, semua ini dulu ditata
sama orang tua kita. Kami sengaja nggak mengubahnya, biar tetap seperti
dulu."
Di mata Nindi, terselip secercah
kenangan.
Dari sudut matanya, dia melihat Sania
masuk. Lalu, Nindi pun sengaja bertanya, "Di mana kamarku?"
Nando buru-buru menjawab, "Di
lantai atas, sudah dibereskan."
"Oh ya? Berarti ada yang nggak
kebagian tempat tinggal, dong?"
Nindi memandang Sania dengan sengaja
dan pura-pura iba, "Yah, gimana lagi? Rumah ini dibeli sama orangtuaku,
kamar paling bagus itu memang disiapkan untukku."
Dengan marah, Sania membalas,
"Tapi Kak Darren sudah membelikan aku rumah lain sebagai gantinya.
Rupanya Darren memang sangat
perhatian pada Sania.
Nando bisa melihat bahwa Sania sedang
pamer, jadi dia langsung berkata, "Kalau Kak Darren sudah membelikanmu
rumah lain, mending kamu pindah saja."
Ekspresi wajah Sania langsung
berubah, dia juga terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.
Brando mengangguk dan ikut menimpali,
"Iya, kita juga bukan keluarga, nggak cocok tinggal bareng."
Sania sampai menangis karena kesal,
tetapi kali ini tidak ada yang menghiburnya.
Nando, Brando, dan Leo sibuk
mengelilingi Nindi, seakan-akan Sania sama sekali tidak ada.
Nindi menaiki tangga perlahan, sambil
melirik Sania yang ada di ruang tamu dengan tatapan mengejek.
Ini baru permulaan
Saat Nindi kembali ke kamarnya,
hatinya dipenuhi perasaan campur aduk.
Di kehidupan sebelumnya, dia bahkan
tidak pernah menginjakkan kaki di tempat ini, apalagi memiliki kamar ini.
Ruangan ini sudah dikuasai Sania, dirinya tidak punya bagian sama sekali.
Tak lama kemudian, waktu makan malam
sudah tiba.
Ketika Darren kembali, Sania adalah
orang pertama yang berlari keluar untuk menyambutnya. Lagi pula, di keluarga
ini hanya Kak Darren yang masih peduli padanya. Tiga kakaknya yang lain sudah
tidak mau memedulikan dirinya.
Begitu melihat luka di lengan Sania,
ekspresi wajah Darren langsung berubah. "Kenapa kamu terluka?"
Dengan nada ragu-ragu, Sania
menjawab, "Tadi waktu Kak Nindi pulang, aku nggak sengaja jalan duluan di
depannya, terus dia marah. Tapi, Kak Darren jangan salahkan Kak Nindi, ya. Dia
akhirnya bisa pulang, aku juga nggak mau ribut dengannya."
"Huh, ini sudah keterlaluan. Apa
Nindi mengira dia bisa berbuat seenaknya setelah kembali?"
Darren berjalan memasuki ruang tamu
dengan marah.
Dari arah samping, Sania
menyunggingkan senyum sinis. Selama Kak Darren masih di pihaknya, yang lain tak
akan bisa berbuat apa-apa padanya.
Saat itu, Nindi sedang duduk di sofa.
Nindi mendongak dan melihat wajah Darren yang penuh amarah. Dia bisa menebak
bahwa Sania pasti telah melaporkan sesuatu.
Darren langsung berkata, "Nindi,
kamu ini baru
pulang tapi sudah membuat rumah ini
jadi nggak
tenang. Kenapa Sania bisa
terluka?"
Nindi tidak berkata apa-apa. Dia
hanya melirik ke atas dengan tatapan mengejek.
Dengan marah, Brando berdiri,
menjambak rambut Sania, lalu mendorongnya hingga terjatuh.
Sania menjerit dan berteriak histeris
sambil menangis, "Kak Darren!"
Darren bahkan belum sempat bereaksi,
dia hanya bisa menatap Brando dengan kaget "Kamu ngapain? "tanya
Darren.
"Kak Darren, aku cuma mau
nunjukin gimana Sania bisa terluka. Sekarang kamu lihat sendiri 'kan? Ini
persis seperti kejadiannya tadi, Nindi nggak ada sangkut pautnya!"
Darren terdiam sesaat, sebelum
akhirnya berkata, " Tapi kamu tetap nggak boleh main tangan!"
Nindi tertawa terbahak-bahak, ini
benar-benar menarik.
Darren menatapnya dengan kesal, lalu
berkata, " Nindi, kamu masih bisa ketawa? Semua ini gara-gara kamu!"
Nindi menaruh cangkirnya dengan
keras, lalu tersenyum sinis, "Wah, kelihatannya aku memang nggak diterima
di sini. Kalau begitu, aku pergi saja. Jadi, kesepakatan untuk berdamai seperti
yang kita bicarakan kemarin itu nggak ada artinya, ya?"
Setelah mengatakan hal itu, dia
langsung keluar dari vila.
Brando berkata dengan putus asa,
"Kak Darren, kalau aku dan Leo sampai masuk penjara, itu semua salahmu
karena mengusir Nindi!"
Darren begitu marah hingga wajahnya
memucat, lalu dia segera berbalik untuk mengejar Nindi.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Novel Membakar Langit Menaklukkan Dunia Bab 2100 - 2205 sudah tersedia di lynk id, yang masih sabar, tunggu di sabtu ya
No comments: