Bab 494
Brando berkata, "Sania, Nindi
baru pulang ke rumah ini, kamu harusnya mengalah padanya."
Nando menimpali, "Kursi mana pun
sama saja, Sania, ayo duduk di sini."
Sania pun menangis karena marah.
Biasanya, dia yang mengambil tempat Nindi dan saudara-saudaranya selalu
membelanya.
Namun, Sania tidak pernah menyangka
bahwa suatu saat dia sendiri yang akan mengalaminya.
Darren tetap diam dan tidak
memberikan tanggapan. Jadi, Sania tidak punya pilihan selain mengalah dan duduk
di tempat lain, meskipun hatinya terasa sesak.
Nindi memperhatikan ekspresi kesal
Sania dan merasa puas. 'Harusnya memang begini, pikirnya.
Segera setelahnya, pengurus rumah
datang beserta para pelayan untuk menyajikan hidangan.
Saat itu, sendok di tangan Nindi jatuh
ke tanah. Dia langsung menatap pengurus rumah dan berkata, " Ganti sendok
yang baru."
Pengurus rumah itu langsung menuruti
perintahnya dan membawakan sendok baru.
Setelah mencicipi satu suapan, Nindi
langsung meludahkannya ke piring. "Pelayan, gimana kamu mengurus dapur?
Masakan sekacau ini kok bisa dihidangkan? Apa kamu nggak menyambut
kepulanganku?"
Pengurus rumah itu mulai kehilangan
kesabaran." Nona Besar, semua hidangan ini dibuat oleh koki profesional.
Nggak mungkin rasanya nggak enak," jawabnya.
"Tapi menurutku nggak
enak."
Nindi menatapnya dengan sinis, lalu
berkata, " Sepertinya kamu nggak cukup kompeten. Kita cari pengurus rumah
yang baru saja."
Sania buru-buru menyela, "Tapi
pengurus rumah ini sudah bekerja di keluarga kita lebih dari sepuluh tahun.
Semua orang sudah terbiasa dengannya. Mana bisa menggantinya begitu saja?"
"Tapi dia mengganti kode pintu
tanpa izin dan mengutak-atik barang peninggalan ayah dan ibu. Menurutku, dia
nggak layak lagi bekerja di sini."
Dengan tegas, Nindi berkata lagi,
"Aku nggak mau melihatnya lagi."
Darren terdiam, tidak tahu harus
berkata apa. Lalu, dia menoleh ke Nando.
Nando berkata, "Kalau Nindi
nggak suka, kita ganti pengurus rumah itu saja. Tapi dia sudah kerja di
keluarga kita lebih dari sepuluh tahun. Kita suruh dia pulang ke rumah lama di
Kota Antaram saja. Kita sudah nggak memerlukannya di sini. Kak Darren, gimana
menurutmu?"
Darren awalnya mengira ini hanya
masalah kecil. Kalau ini terjadi di masa lalu, dia pasti akan meminta Nindi
mengalah.
Namun, sekarang, dengan temperamen
Nindi yang seperti ini... kalau dia sampai marah, mungkin dia tidak akan mau
berdamai lagi.
Setelah berpikir sejenak, Darren
merasa lebih baik jika pengurus rumah itu pergi.
Darren akhirnya mengangguk. "Ya
sudah, begitu saja."
"Kak Darren, kita nggak boleh
membiarkan pengurus rumah itu kembali ke rumah lama."
Sania langsung panik begitu melihat
Darren juga menyetujuinya.
Darren mulai kehilangan kesabaran.
"Sania, kenapa kamu nggak paham-paham sih? Pengurus rumah ini asalnya dari
rumah lama, jadi paling cocok kalau dia kembali ke sana," kata Darren.
"Tapi bagiku, pengurus rumah itu
sudah seperti keluarga sendiri. Aku nggak mau dia pergi ... "
Sania menggandeng lengan Darren
dengan manja, berharap bisa meluluhkan hati Darren seperti dulu.
Namun, kali ini, Darren menepis
tangan Sania dan berkata, "Ikuti saja keputusan Kak Nando."
Ini hanyalah soal memberhentikan
pengurus rumah, bukan sesuatu yang perlu diributkan.
Nando menatap Sania dan berkata,
"Kalau kamu benar-benar nggak bisa pisah sama pengurus rumah itu, ikut
saja pulang ke rumah lama."
Sania langsung terdiam. Dia tidak mau
pulang ke rumah lama itu.
Namun, tanpa pengurus rumah ini, dia
tidak bisa berbuat seenaknya lagi.
Semua pelayan di rumah ini baru.
Sekarang, mereka malah sibuk menjilat Nindi, tidak ada yang peduli padanya.
Sania pun cemberut dan kehilangan
selera makannya.
Sementara itu, Nindi makan dengan
puas.
Kesenangannya bertambah saat melihat
si wanita licik itu menderita.
Selesai makan, Darren menatap Nindi,
lalu berkata, " Kalau kamu memang sudah baikan dengan kami, sebaiknya
segera cabut laporan dan klarifikasi masalah ini."
"Santai saja, pelan-pelan."
Nindi tidak sebodoh itu untuk
langsung menuruti mereka. Darren pasti akan berubah sikap begitu semuanya
selesai.
Setelah mengatakan hal itu, Nindi
langsung meninggalkan ruang makan.
Darren meletakkan sendoknya dan
berkata, "Huh, emosi Nindi makin sulit dikendalikan. Sania, jangan cari
gara-gara dengannya dulu."
Sania merasa sangat marah hingga dadanya
terasa sesak. Sambil menatap punggung Nindi, dia bertekad akan menyingkirkan
wanita itu malam ini.
Kalau tidak, bagaimana dirinya bisa
tetap tinggal di kediaman keluarga Lesmana?
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Novel Membakar Langit Menaklukkan Dunia Bab 2100 - 2205 sudah tersedia di lynk id, yang masih sabar, tunggu di sabtu ya
No comments: