Bab 496
Nindi menunjuk banyak
kesalahan yang perlu direvisi, lalu melemparkan dokumen itu ke wajah Sania.
"Ambil dan perbaiki, harus selesai malam ini! " perintah Nindi.
"Oke Nindi, jangan
kunci pintunya, ya. Aku akan ke sini begitu revisinya selesai."
"Oke, cepat pergi
sana."
Nindi melihat kepergian
Sania dengan tatapan penuh pertimbangan.
Di sisi lain, Sania
masuk ke kamarnya dengan ekspresi dingin.
Pengurus rumah membawa
segelas susu, lalu diam-diam membuka pintu dan masuk. "Nona Sania, Nona
nggak bisa hanya duduk diam menunggu kehancuran. Nona harus bertindak, kalau
nggak hidup Nona akan semakin sulit," ujarnya.
"Kamu pikir aku nggak
tahu?"
Sania menatap dokumen di
tangannya, lalu mendongak ke arah pengurus rumah itu sambil berkata, "Aku
punya ide, tapi aku nggak tahu apa kamu cukup berani melakukannya."
"Katakan saja,
Nona."
"Besok kamu akan
dipulangkan, jadi kenapa nggak balas dendam malam ini sebelum kamu pergi? Nindi
sedang menunggu revisi ini dariku, dia nggak akan kunci pintu kamarnya malam
ini."
Sania berbicara dengan
nada kejam, "Kamu tinggal pura-pura mabuk, terus kamu tinggal masuk dan
lakukan sesukamu."
Sorot mata pengurus
rumah langsung berbinar, tetapi dia ragu sejenak. "Katanya, Nona Besar itu
lumayan jago bela diri."
"Aku tahu. Suruh
pelayan antar susu itu sekarang. Nanti aku ke sana bawa dokumen dan aku lihat
apa dia sudah minum atau belum. Setelah dia minum, memangnya dia masih bisa
melawan?"
Sania merasa puas hanya
dengan membayangkannya. Setelah ini, hidup Nindi akan hancur total!
Pengurus rumah tampak
ragu. "Kalau begini, saya bisa masuk penjara. Kalau kehilangan kerja,
terus saya makan apa nanti?"
"Tenang saja, aku
bakal bayar kamu. Bilang saja kamu mabuk. Kak Darren nggak bakalan sampai
masukin kamu ke penjara, paling cuma diusir."
Sania menatap pengurus
rumah itu dengan antusias. "Gimana? Kesepakatan yang bikin kamu untung
besar, 'kan? Lagian, kamu udah jomblo bertahun tahun dan dia Nona Besar yang
kaya. Nggak rugi, ' kan?"
"Itu masuk
akal," jawab pengurus rumah itu.
Dengan penuh semangat,
pengurus rumah itu menggosok-gosok jarinya, lalu menatap Sania dan berkata,
"Nona Sania, sebenarnya yang benar-benar saya sukai selama ini adalah
Nona."
"Tapi aku selama
ini menganggapmu sebagai senior yang kusukai," jawab Sania.
Ada kilatan jijik di
mata Sania, tapi senyum di wajahnya tetap terjaga. "Aku ingat kamu pernah
bilang kalau posisi kita di Keluarga Lesmana sama dan kamu akan selalu berdiri
di pihakku. Apa itu masih berlaku?"
"Tentu saja, aku
menepati janjiku. Aku nggak seperti orang-orang dari Keluarga Lesmana yang
gampang berubah. Aku akan selalu melindungimu."
Pengurus rumah itu tidak
bisa menahan dirinya dan menggenggam tangan Sania.
Sania langsung merasa
jijik saat melihat uban di kepala pengurus rumah itu.
Dulu saat Sania takut
diusir dari Keluarga Lesmana, dia terus berusaha menyenangkan dan membiarkan
pengurus rumah terobsesi padanya. Selama bertahun-tahun, pengurus rumah ini
telah banyak membantunya.
Sania menarik tangannya
dan berkata, "Kalau begitu, kamu minum-minum dulu saja dan bersiap-siap.
Nanti aku akan membunyikan bel untuk memanggilmu."
"Oke."
Pengurus rumah itu
mencium punggung tangan Sania, lalu pergi dengan enggan.
Setelah pengurus rumah
pergi, Sania segera berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangannya. Setelah
menghancurkan Nindi, dia tidak perlu lagi berurusan dengan pengurus rumah yang
menjijikkan itu.
Malam ini, Nindi akan mati
tanpa tempat untuk dikuburkan.
Sania mengirim dokumen
ke asisten yayasan dan memarahi orang itu tanpa henti, baru setelah itu dia
merasa lega.
Beberapa jam kemudian,
Sania membawa dokumen yang sudah direvisi dan mengetuk pintu kamar Nindi.
Benar saja, pintunya
tidak dikunci. Sania langsung mendorong pintunya dan masuk.
Nindi masih sibuk
bermain game. Saat melihat perempuan licik itu masuk, dia berkata dengan datar,
"Tunggu dulu, aku selesaikan game ini dulu."
Sania merasa tidak
nyaman. Dia pun melirik cangkir susu di atas meja dan mendapati bahwa gelasnya
sudah kosong.
Sania tersenyum tipis.
Semua berjalan sesuai rencana.
Tak lama kemudian, Nindi
menguap dan tampak sangat mengantuk. Dia berdiri dan berkata, "Nanti aku
cek, kamu pergi dulu sana."
"Oke, tapi pastikan
kamu periksa baik-baik."
Dengan wajah penuh
kemenangan, Sania segera keluar kamar, lalu membunyikan bel untuk memanggil
pengurus rumah.
Dengan penuh semangat,
dia berkata, "Nindi benar-benar tamat kali ini."
"Hah, kamu kok
yakin sekali?"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Novel Membakar Langit Menaklukkan Dunia Bab 2100 - 2205 sudah tersedia di lynk id, yang masih sabar, tunggu di sabtu ya
No comments: