Bab 501
Saat Nindi mengeluarkan
ponselnya, seisi ruangan seketika menjadi senyap.
Sania gemetar hebat
karena ketakutan, lalu ia memalingkan wajah ke arah Darren dan berkata, "
Kak Darren, aku mau istirahat dulu. Aku nggak mau ada di sini dan melihat
pengurus rumah yang menjijikkan itu."
"Tunggu dulu, nggak
usah buru-buru pergi," ucap Brando.
Brando sengaja
menghadang jalan Sania. "Barusan kamu percaya diri banget gitu, kenapa
sekarang tiba -tiba takut dan malah mau kabur?"
Baru saja ia bersikap
percaya diri untuk menjebak Nindi, setelah ada bukti video, ia justru hendak
melarikan diri.
Tatapan Sania tampak
begitu gelisah. "Bukannya kebenarannya sudah jelas, ya? Aku yang jadi
korbannya. Toh, Nindi juga baik-baik saja, 'kan?"
Kenapa terus
mempersoalkan dia?
Nindi segera memutar
rekaman video itu. Meskipun pencahayaannya redup, tetap terlihat jelas '
pengurus rumah tengah menindih tubuh Sania'.
Darren tampak
mengalihkan wajahnya. "Kerasin saja suaranya," perintahnya.
Bagaimanapun, sebagai
kakak tertua, hal ini turut membuatnya merasa sangat buruk.
Tak lama berselang,
terdengar suara pengurus rumah tengah melontarkan makian. "Terus kenapa
kalau kamu Nona Besar? Tetap bisa kuperkosa, 'kan. Salah sendiri kamu bikin
Nona Sania marah. Dia nggak bakal biarin kamu hidup tenang..."
Tanpa berpikir panjang,
Nando segera melayangkan tamparan kepada Sania. "Masih mau mengelak? Kok
kamu bisa sejahat itu sih?"
Nando benar-benar tidak
menyangka, Sania ternyata sampai memerintahkan pengurus rumah melakukan
tindakan semacam ini.
Sania cuma anak angkat,
berani banget dia melakukan itu?!
Brando menatap Darren
dengan penuh tuntutan." Kak, sekarang semuanya sudah terbukti! Kamu dengar
sendiri, 'kan? Sania itu dalangnya! Dia orangnya memang begitu!"
Darren tampak seperti
seseorang yang baru saja menerima hantaman yang begitu dahsyat.
Ia mendongakkan kepala
dan menatap Nindi, sorot matanya sarat akan rasa bersalah, hanya saja ia tidak
tahu bagaimana memulai pembicaraan.
Dengan suara lantang,
pengurus rumah berkata, "S ... saya waktu itu mabuk berat dan asal bicara!
Semua ini kemauan saya sendiri, tidak ada yang menyuruh saya. Nona Nindi mau
mengusir saya, karena saya nggak terima, akhirnya saya melakukan ini."
Pengurus rumah
menanggung semua kesalahan yang terjadi ini.
Usal mendengar perkataan
pengurus rumah, Sania akhirnya menghela napas lega. Kini, ia telah terbebas
dari masalah itu.
Sania segera menangis
tersedu sedu, dan dengan ekspresi penuh keluhan ia berkata, "Kak Darren,
aku tahu kalau Kak Nindi benci padaku, tapi aku nggak pernah ada niatan buat
jahat sama dia! Mana mungkin aku berbuat hal sekejam itu. Toh, yang menjadi
korban di sini 'kan aku!"
Dengan rasa iba, Darren
membantu Sania untuk berdiri. "Aku tahu kamu bukan orang yang seperti itu,"
ucapnya.
"Sania, ini namanya
senjata makan tuan. Rasain!" ujar Brando dengan kesal.
"Cukup! Kamu nggak
lihat Sania juga menderita begini?" ucap Darren.
Tanpa ragu, Darren
menendang pengurus rumah. " Kurung dia di ruang bawah tanah! Lalu bawa ke
kantor polisi besok pagi!"
"Kenapa nggak lapor
polisi sekarang saja? Sania bilang dia minum susu dariku dan ada sesuatu di
dalamnya, 'kan? Kalau begitu, langsung tes lab saja sekarang, biar ketahuan dia
beneran minum atau nggak," ucap Nindi dengan nada penuh sindiran.
Rasa takut mulai
menghantui Sania, sebab ia tidak pernah meminum susu yang diklaim bermasalah
itu.
Dengan panik, ia segera
berkata kepada Darren." Kak Darren, jangan lapor polisi dulu, ya. Aku
takut kalau berita ini menyebar, reputasi keluarga Lesmana bakal rusak. Aku
nggak mau ada yang tahu soal masalah ini," pintanya.
Begitu polisi menemukan
sesuatu, tamat sudah riwayatnya.
Darren mengangguk dan
berkata, "Sania, kamu memang bijak. Pergi dulu ke kamarmu, mandi, lalu
istirahat. Besok kita bahas lagi soal masalah ini."
"Berhenti ! Aku
bilang kamu boleh pergi, ya? Soal lapor polisi, itu juga kalian nggak berhak
melakukannya!" ucapnya.
Nindi merasa heran,
dengan bukti yang sedemikian jelas, Darren tetap saja membela Sania.
Darren menghampirinya
dan berbicara dengan nada tegas. "Cukup! Kamu harusnya bisa menghentikan
semua itu, tapi kenapa malah diam saja melihat Sania diperkosa pengurus rumah!
Kamu kira tindakanmu itu benar?"
Nindi mengangkat
kepalanya dan berkata, "Ini yang namanya karma. Dia menanggung akibat dari
perbuatannya sendiri, dan dia pantas menerimanya.
Sebenarnya, semua orang
sudah mengetahui kebenarannya.
Darren dengan geram
mengangkat tangannya hendak untuk memukul, tetapi Nindi dengan sigap menahannya
dengan kuat. "Kenapa? Ucapanku salah, ya? Kamu mau bilang kalau kamu nggak
tahu apa pun, gitu? Tapi masih terus membela Sania!" ucap Nindi dengan
nada dingin.
Ekspresi Darren sedikit
berubah. Bagaimanapun, masalah ini tidak boleh sampai meluas.
"Sania juga
menderita, 'kan? Sudahlah, jangan diperpanjang lagi. Nindi, cepat hapus
videonya dari ponselmu." ucap Darren.
"Aku nggak mau tuh.
Baru sehari pulang, eh sudah dapat kejutan semeriah ini. Sudah pasti harus
diselidiki sampai tuntas dong." balas Nindi.
"Terus, kamu maunya
apa? Kamu 'kan juga dengar, masalah ini nggak ada sangkut pautnya sama Sania.
pengurus rumah sudah mengaku itu semua kemauannya sendiri. Mau lapor polisi pun
percuma! " ucap Darren sekali lagi.
Nada bicara Darren
seolah penuh dengan sindiran.
Tatapan Nindi sarat akan
sindiran, membuat Darren merasa sedikit gelisah. Akhirnya, ia berbalik dan
membawa Sania pergi dari ruangan itu.
Nando segera menghampiri
Nindi, dan berkata, " Nindi, malam ini kamu tidur di kamar tamu dulu, ya.
Besok aku akan minta orang buat membersihkan kamarmu."
Brando juga menatap
Nindi. "Nindi, dari awal kamu sudah tahu rencana Sania, ya?"
Mana mungkin Sania bisa
muncul dari kamar Nindi tanpa alasan yang jelas, 'kan?
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Novel Membakar Langit Menaklukkan Dunia Bab 2100 - 2205 sudah tersedia di lynk id, yang masih sabar, tunggu di sabtu ya
No comments: