Bab 503
Apa? Pengurus rumah
bunuh diri?
Nindi merasa tidak
percaya dan segera menuju ruang bawah tanah. Semua anggota keluarga Lesmana
berada di sana.
Darren berdiri di ambang
pintu, menyaksikan pengurus rumah yang menggantung diri. Dahinya berkerut
dalam, tetapi dalam hatinya ia justru merasa lega.
Aksi bunuh diri itu
dilakukan karena takut akan hukuman, sehingga semua tuduhan dapat dialihkan
kepada pengurus rumah.
Nando yang menyadari
kedatangan Nindi bergegas menghalangi pandangannya. "Jangan dilihat, nanti
bisa mimpi buruk," ucapnya.
Dengan ekspresi dingin,
Nindi berkata, "Nggak mungkin pengurus rumah bunuh diri."
Jika Sania mampu membuat
pengurus rumah melakukan ini, tentu karena ia telah menyuapnya. Orang yang
tamak seperti itu, mana mungkin mengakhiri hidupnya sendiri, 'kan?
Brando berkata,
"Maksudmu pengurus rumah dibunuh?"
"Nggak
mungkin," ucap Darren.
Darren segera menyela
ucapannya. "Kalau ini pembunuhan, menurutmu siapa pelakunya? Sania itu
cuma gadis biasa, mana mungkin dia bisa melakukannya ? Jangan fitnah dia
sembarangan!"
Nindi tampak
menyunggingkan senyum samar." Memangnya Sania nggak bisa minta tolong ke
orang lain.."
Sesuai dugaan, dalang di
balik Sania akhirnya bergerak.
Darren mendengus kesal.
"Dia 'kan cuma anak yatim piatu, mana mungkin bisa dapat orang sehebat itu
buat bantuin dia, sampai bisa suruh orang buat bunuh demi dia?"
Nando menganggukkan
kepala setelah mendengar ucapan Darren. "Ucapan Kak Darren masuk akal
juga, bisa jadi pengurus rumah memang bunuh diri karena takut dihukum."
"Kak Darren, kita
harus melaporkan masalah ini ke polisi, soalnya ada yang meninggal. Tapi, kita
pakai alasan apa?" tanyanya.
Setelah berpikir
sejenak, Darren pun berkata, " Bilang saja kalau pengurus rumah mencuri
banyak barang berharga di rumah ini, dulu di juga korupsi banyak uang. Semua
itu bisa dijadikan bukti. Tadi malam, dia coba menerobos masuk ke kamar Nindi
buat mencuri lagi, tapi ketahuan. Akhirnya, dia bunuh diri karena takut
dihukum."
Nando tampak mengangguk
pertanda setuju. "Boleh juga, toh dulu catatan keuangan pengurus rumah
memang bermasalah. Tapi aku tutup mata dan membiarkannya."
Nindi mendengar ucapan
itu dan merasa alasan itu sangat tidak masuk akal.
Bagaimana mungkin
seorang pengurus rumah dengan perilaku buruk begitu bisa bekerja di kediaman
keluarga Lesmana selama ini?
Brando membela Nindi.
"Kak Brando, kamu 'kan tahu sendiri kalau pengurus rumah itu bermasalah.
Kenapa nggak dari dulu sih dipecat?"
Nando sedikit gelisah
dan menjawab. "Aku cuma merasa nggak enak memecatnya, soalnya dia sudah
lama mengabdi di keluarga ini. Apalagi, Sania dulu dekat dengannya."
Siapa sangka pengurus
rumah ternyata orang seperti itu?
Saat itu, Sania
tiba-tiba berlari ke arah mereka. " Kak Darren, katanya pengurus rumah
bunuh diri. Beneran?"
Darren juga menghadang
Sania. "Iya, jangan masuk, soalnya kondisinya mengenaskan."
Sania menangis sampai
matanya memerah. "Aku beneran nggak nyangka dia bakal bunuh diri. Walaupun
aku rasa dia memang pantas mati, tapi ' kan, ini berhubungan sama nyawa
seseorang."
Beruntung, sang ayah
membereskan masalah ini.
Sayangnya, sampai
sekarang belum bisa menghabisi Nindi.
Nindi memutar matanya
dengan malas. "Aduh, mulai lagi dramanya."
Brando segera maju dan
mendorong Sania masuk ke dalam ruang bawah tanah. "Kalau kamu khawatir
banget, sekalian deh liat kondisi mayat pengurus rumah."
Sania tanpa sengaja
menatap wajah pengurus rumah, seketika itu juga ia menjerit ketakutan. Seluruh
tubuhnya lemas hingga tak mampu untuk bergerak.
Bagaimanapun juga, siapa
pun pasti akan ketakutan bila tiba-tiba melihat mayat.
Darren menggendong Sania
keluar, lalu memberikan tatapan tajam kepada Brando. "Kamu
keterlaluan."
"Dia 'kan pura-pura
peduli sama pengurus rumah, ya harusnya dia lihat lebih dekat dong. Itu lebih
meyakinkan, 'kan?" tuturnya.
Sania terkulai lemas
dalam pelukan Darren, wajahnya pucat pasi, bahkan tak mampu mengucapkan sepatah
kata pun.
Ini kali pertama baginya
melihat mayat, terlebih lagi orang yang dibunuh oleh ayahnya sendiri.
Nindi mengikuti menuju
aula, ia benar-benar tidak menyangka ayah Sania bertindak secepat itu.
Ia lantas mengeluarkan
ponselnya dan mengirim pesan kepada Tim Humas TG Grup, "Selidiki CCTV di
sekitar rumahku, pasti orang itu muncul lagi."
Ini adalah peluang emas
untuk melacak jejak dan keberadaan ayah Sania.
Darren menatap Nindi dan
berkata, "Nanti kalau polisi datang, kamu dan Sania harus kasih kesaksian
yang sama. Bilang saja pengurus rumah mencuri dan kalian memergokinya.
Paham?"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Novel Membakar Langit Menaklukkan Dunia Bab 2100 - 2205 sudah tersedia di lynk id, yang masih sabar, tunggu di sabtu ya
No comments: