Bab 504
Sania mengangguk dengan
patuh.
Nindi hanya melirik
sekilas dan berkata, "Aku akan bicara jujur. Kenapa aku harus diam
saja?"
Usai berbicara, ia
mendapati bahwa ekspresi wajah Sania berubah. Terlihat jelas, 'perempuan licik'
itu tidak ingin masalah itu meluas.
Nindi menatap Sania dan
berkata, "Toh, menurutku pengurus rumah bukan mati bunuh diri, tapi
dibunuh orang lain."
"Nggak
mungkin!"
Sania segera membantah.
"Pengurus rumah bunuh diri karena khawatir dan merasa bersalah. Toh, nggak
ada yang berniat membunuhnya. Semalam kita semua ada di dalam kamar, jadi siapa
yang bisa melakukannya?"
Darren menatap Nindi
dengan ekspresi tidak setuju dan berkata, "Kalau masalah ini menyebar,
reputasi kalian berdua juga bakal hancur."
"Aku sih nggak
peduli, toh yang tidur sama pengurus rumah 'kan bukan aku," ucap Nindi.
Tatapan Nindi sarat akan
kebencian dan cemoohan, yang dengan segera memicu amarah Sania. Seandainya
harta keluarga Lesmana telah habis, tadi malam ia pasti telah membunuh Nindi!
Sania teringat akan
perkataan ayahnya, kemudian kembali menangis tersedu-sedu dan berkata,
"Kak Darren, nggak masalah kok kalau aku sedikit menderita. Tapi, semalam
aku dan Kak Nindi sama-sama ada di dalam kamar. Kalau ini sampai tersebar,
siapa yang bakal percaya kalau Kak Nindi nggak terlibat?"
Brando membentaknya.
"Sania, tutup mulutmu!"
Nindi mengeluarkan
ponselnya dan berkata, "Toh, aku punya video sebagai bukti. Yang tidur
sama pengurus rumah itu 'kan cuma kamu."
Sania menggertakkan
giginya dengan kesal. "Tapi, orang-orang di luar justru nggak akan percaya
dengan bukti ini."
Darren merasa sedikit
pusing dan berkata, "Nindi, sebenarnya kamu maunya apa biar mau kerja sama?"
"Gampang sih,
serahin warisan Ayah dan Ibu yang harusnya milikku, dan alihkan seluruh sahammu
di perusahaan hiburan itu padaku," ucap Nindi.
Hanya dengan cara ini,
Darren dapat kehilangan hak untuk mengelola perusahaan hiburan.
Darren menggertakkan giginya
dan berkata, "Nindi, kamu ini mengambil kesempatan dalam kesempitan.
"Ya ampun,
ketahuan, ya. Aku cuma punya dua syarat ini sih. Kalau kamu setuju, aku bakal
bantu polisi buat selidiki kasus ini," ucapnya.
"Nindi, jangan
mimpi! Aku nggak bakal nurutin maumu," ucap Darren.
Nindi langsung tertawa
terbahak-bahak, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Sania. "Lihat,' kan?
Bagi Kak Darren, nggak ada yang lebih penting dari keuntungan."
Darren terdian sesaat.
Sania sontak merasa
panik. Dalam kondisi seperti itu, ia meraih pisau buah dan mengarahkannya ke
tubuhnya sendiri. "Kak Darren, kalau semua orang sampai tahu soal ini,
gimana hidupku nantinya di Yunaria? Dari dulu saja aku sudah sering diejek
karena latar belakangku. Lebih baik aku mati!"
Darren segera menyambar
pisah buah itu dan berkata, "Sania, tenang dulu."
"Kak Darren, biarin
aku mati. Dengan begitu, aku nggak akan menyusahkan keluarga Lesmana dan
merepotkanmu lagi," ucap Sania.
Sania menangis
tersedu-sedu dengan pilu, tetapi di dalam hatinya ia diliputi ketakutan yang
mendalam. Jika polisi benar-benar melakukan penyelidikan dan menemukan bukti,
maka ia dan ayahnya akan tamat riwayatnya.
Meskipun ia berpura-pura
hendak bunuh diri, tindakan itu tetap harus dicegah.
Akhirnya Darren
menggertakkan giginya, lalu berkata, "Oke, Nindi, aku terima syaratmu.
Tapi, soal warisan orang tua kita, baru bisa kuberikan setelah masalah Leo dan
Brando sampai beneran beres."
"Oke, berarti kamu
sekarang bisa langsung alihkan saham perusahaan hiburan padaku, dong?"
ucap Nindi.
Dengan tanpa ekspresi,
Darren berkata, "Nanti aku suruh sekretarisku buat menyiapkan
kontraknya."
"Nggak usah
khawatir, Kak Darren. Tinggal tanda tangan saja," ucap Brando.
Brando mengeluarkan
sebuah dokumen pengalihan saham dan meletakkannya di hadapan Darren,
Ekspresi muka Darren
kelam, ia lantas menatap Brando dan berkata, "Kamu yakin mau memutuskan
hubungan denganku? Kalau bukan karena aku, perusahaanmu nggak akan sukses
seperti sekarang."
"Mulai sekarang,
aku akan jalani hidupku sendiri, Kak," ucap Brando.
Saat ini, Brando hanya
berniat untuk memegang kendali penuh atas perusahaan itu.
Darren tidak memiliki
pilihan lain, selain membubuhkan tanda tangan pada dokumen itu. " Bagus!
Mulai hari ini, jangan pernah minta uang sepeser pun dariku untuk
perusahaanınu!"
Dengan wajah penuh
bersalah, Sania berkata, "Kak Darren, maaf, ini semua salahku. Kalau bukan
karena mau menjaga nama baikku, kamu pasti jadi rugi besar."
"Sania, sebagai
Kakak, sudah semestinya aku melindungimu. Toh, kamu juga korban di sini, nggak
seperti orang lain yang malah mengambil kesempatan dalam kesempitan,"
sindir Darren.
Darren menatap tajam ke
arah Nindi. "Lihat tuh Sania, dia pengertian banget! Demi jaga nama baik
keluarga Lesmana, dia bahkan rela nggak lapor ke polisi! Justru makin menekan
keluarga!"
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Novel Membakar Langit Menaklukkan Dunia Bab 2100 - 2205 sudah tersedia di lynk id, yang masih sabar, tunggu di sabtu ya
No comments: