Bab 509
Setelah mendengarnya, sorot mata Nindi
seketika berubah menjadi dingin.
la tidak akan membiarkan orang lain
berbicara seperti itu tentang Cakra.
Ia lantas menatap Nando. "Aku
kasih tahu buat terakhir kalinya, Cakra itu orang yang kucintai."
"Kamu tuh masih muda, mana tahu
yang namanya cinta? Sekarang kamu sudah ada di kota Yunaria, ada keluarga
Lesmana yang mendukungmu. Nantinya, kamu pasti menikah sama pewaris dari
keluarga kaya, bukannya dokter sekolah miskin itu!" ujar Darren.
Darren merasa kesal, ia tidak
menyangka Nindi masih menjalin hubungan dengan pria itu!
Nindi pun mencibir. "Siapa yang
nantinya jadi suamiku itu, bukan urusan kalian."
"Siapa bilang bukan urusan kami?
Kamu tuh adik kandung Darren. Kalau nanti orang-orang tahu kamu menikah sama
dokter sekolah miskin itu, mau taruh di mana mukaku?" ucap Darren.
Darren telah lama mempersiapkan masa
depan untuk kedua adik perempuannya.
Jika ingin terus tinggal di kota
Yunaria, ia harus menikah dengan keluarga kaya dan menikmati kehidupan yang
mewah. Dengan begitu, keluarga Lesmana pun akan mendapat keuntungan.
"Kak Nindi, Kak Darren juga
mikirin masa depanmu. Apa untungnya sih menikah sama pria miskin itu?"
ucap Sania dengan lirih.
Sania sebenarnya berharap Nindi
menikah dengan pria miskin, tetapi semakin ia menegaskan hal itu, semakin Nindi
mengabaikannya.
Nindi berkata dengan nada tajam penuh
sindiran." Terus aku harus kayak kamu gitu? Menjilat Yanuar, tidur
sesukanya sama dia, tapi akhirnya malah dihina dan diusir sama Nyonya
Audy?"
Wajah Sania segera memerah karena
marah. " Jangan asal ngomong dong! Aku sama Yanuar itu nggak ada hubungan
apa-apa!"
"Cuma orang bodoh yang bakal
percaya ucapanmu ini. Dari dulu Yanuar selalu pamer ke orang-orang kalau dia
sudah tidurin kamu, bahkan dia bilang sudah ambil keperawanan mu," ucap
Nindi.
Begitu mendengar hal itu, Darren
langsung murka, tanpa pikir panjang ia menampar Sania. "Kamu beneran nggak
punya harga diri, ya?!"
Usai ditampar, wajah Sania terasa
panas dan pedih. Ia benar-benar tidak menyangka Darren berubah sikap secepat
itu.
Ekspresi Darren seketika berubah
muram, ia menatap tajam ke arah Sania. "Jawab, dong!"
Sania menjawab dengan terbata-bata.
"Kak Darren, a... aku juga ditipu sama Yanuar..."
"Aku 'kan sudah kasih tahu dari
dulu, boleh pacaran, tapi jangan asal tidur sama laki-laki! Kamu nggak pernah
dengerin nasihatku, ya?!" ucap Darren.
Nindi menimpali dengan nada
menyindir. "Siapa sih yang nggak tahu kalau kamu mati-matian ngejar
Yanuar, malah pasrah saja tuh ditiduri sama dia."
Sania menangis tersedu-sedu.
"Kak Darren, aku janji bakalan balikan sama Yanuar."
Nindi pun mengejek dengan nada
sarkas. "Nyonya Audy sampai suruh dua pengawal buat ngikutin Yanuar tiap
hari, jagain dia lebih ketat dari siapa pun, biar kamu nggak bisa deketin
anaknya. Masa kamu masih pura-pura nggak ngerti, sih?"
Darren menatap Sania dengan penuh
kecewa. " Gimana aku merencanakan masa depanmu nanti?"
Sania menatap Nindi dengan tajam.
"Kak Darren, seenggaknya 'kan aku sudah berusaha buat keluarga ini. Tapi,
Kak Nindi yang justru terlahir sebagai Nona di keluarga Lesmana malah memilih
bersama dokter sekolah miskin itu."
"Kalian berdua benar-benar nggak
bisa bikin hidupku tenang, ya!" ucap Darren.
Darren memijat pelipisnya dengan
kesal. "Sania, kalau kamu nggak bisa dapetin Yanuar, ya sudah. Toh,
keluarga Gunawan memang sulit dijangkau Nanti aku bakal carikan laki-laki lain
dari keluarga rekan bisnis kita, supaya kamu bisa hidup tenang dan
berkecukupan."
Sania merasa keberatan. Ia tidak
ingin menikah dengan pria dari kalangan biasa, hanya saja ia tidak berani untuk
membantah.
Usai berbicara, Darren menoleh ke
arah Nindi. " Kamu juga cepat putus sama pria miskin itu!"
"Cakra bukan pria miskin yang
haus status. Lagian, aku juga punya uang sendiri, jadi nggak butuh nikah cuma
demi meningkatkan statusku. Kak Darren, aku nggak kayak kamu, yang rela berbuat
apa pun!" ucap Nindi.
Nindi dengan sengaja mengungkit
masalah menantu laki-laki yang tinggal di keluarga Ciptadi.
Mendengar hal itu Darren langsung
naik pitam." Nindi, ulangi kalau berani!"
"Aku bilang, aku nggak akan
kayak kamu. Aku nggak bakal ngorbanin diri buat pernikahan politik. Jadi
menantu yang tinggal di keluarga istri pasti berat banget, ya? Pantas saja kamu
nggak berani cerita soal ini ke keluarga!" jelas Nindi.
Tatapannya sangat dingin, seolah-olah
bertanya, apakah Darren mengira ia tidak berani mengatakannya?
Darren marah sampai matanya memerah.
"Aku ngelakuin semua ini buat kalian, supaya nggak kekurangan! Aku salah,
ya?"
"Keluarga Lesmana dari dulu juga
nggak kekurangan apa pun kok, kamunya saja yang terlalu berambisi!" ucap
Nindi.
Nindi paham betul bahwa Darren telah
lama mengincar posisi sebagai menantu keluarga Ciptadi. Tujuannya tampak begitu
jelas.
Usai berbicara seperti itu, Nindi
segera naik ke lantai atas.
Darren marah besar dan melampiaskan
emosinya di ruang tamu. Perkataan Nindi barusan benar-benar membuatnya merasa
direndahkan.
PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Bab Lengkap
No comments: