Bab 59
Setelah melihat kalimat ini, Nindi
agak terkejut.
"Apa kamu adiknya Leo?"
Mario tampak susah payah saat berdiri
dari lantai, tangannya bergetar. "Ya, aku ini adik manisnya, yang patuh
dan begitu hebat. Kapan dia menjadi Guru? Aku nggak tahu."
'Apa benar gadis dari keluarga
Lesmana itu murid kakakku?'
Mario perlahan bertanya, "Apa
kamu Nindi?"
"Ya, aku Nindi. Dia pernah
menyebutku?"
Nindi tidak menyangka, adik dari
Cakra mengetahui keberadaannya!
1
Tiga kali Mario dikejutkan hingga
berulang kali mengucap kata "Waduh!".
Mario gemetar saat menelepon Cakra.
Saat telepon dijawab, suara di seberang terdengar cepat dan cuek. "Ada
apa?"
Cakra duduk di depan komputer
kerjanya, mengusap pelipis sambil keluar dari layar program.
"Kak, kamu nggak adil! Diam-diam
menjadikan Nindi muridmu, bahkan dia melakukan Kombinasi Dua Belas Serangan,
padahal kamu belum pernah mengajarkanku! Apa aku masih adikmu? Aku anak angkat,
ya! Wuwuwu!"
Cakra menatapnya serius. "Kamu
tahu dari mana?"
"Tadi, aku masuk ke akunmu. Dia
sempat mencarimu, aku berhasil dapat informasi darinya."
Saat itu, Cakra baru menyadari pesan
yang dikirim Nindi sebelumnya.
Nada bicara Cakra tetap terdengar
cuek. "Cepatlah keluar dari akun itu!"
"Kenapa kamu mengajarkan Nindi
Kombinasi Dua Belas Serangan? Apa kamu tahu dia lawanku di pertandingan?"
"Dia belajar sendiri. Aku hitung
sampai tiga, keluar dari permainan!"
Suara Cakra menjadi lebih serius.
Mario mengingat nama ID Nindi,
bersikap enggan keluar dari permainan.
"Kak, buru-buru banget. Pacar
barumu, ya? Aku mendukungmu melawan pernikahan dengan keluarga kaya dan mencari
cinta!" 1
"Diam! Kamu bilang apa sama
dia?"
"Aku... nggak bicara apa-apa.
Hanya bilang kalau aku adikmu."
Cakra langsung memutuskan sambungan
telepon.
Cakra kembali masuk ke gim dan
mendapati Nindi tengah daring.
Untuk sesaat, Cakra agak panik.
Tadi, dalam sekejap, Cakra hampir
berpikir Nindi sudah tahu siapa dirinya.
Cakra hanya memandangi status daring
Nindi, tidak melakukan apa pun dalam waktu yang lama.
Nindi pun agak kebingungan. Status
akun beralih luring, lalu daring. Akan tetapi, tidak ada aktivitas sama sekali.
'Apa akunku dibajak?'
'Siapa yang begitu bosan sampai
membajak akun kecil?
Nindi mengirim WhatsApp pada Cakra,
"Pak, akun gim punyamu baru saja dimasuki seseorang. Apa itu
dibajak?"
Setelah melihat pesan Nindi, Cakra
mengundang Nindi bergabung dengan tim.
Cakra tenang saja saat berkata,
"Tadi ada orang lain yang masuk."
"Itu adikmu, dia yang bilang.
Aku kira akunmu dibajak."
Cakra dengan tenang berkata,
"Nggak ada pembajakan, jangan pedulikan dia."
Nindi tidak bertanya lebih lanjut.
Saat menjalankan misi, dia tiba-tiba berkata, "Kapten Tim E-Sports
mengundangku bergabung dengan timnya!"
Cakra langsung bertanya,
"Kapan?"
'Apa Mario itu perlu dihajar?'
"Barusan aku lihat kapten Tim
E-Sports bicara langsung sama Kak Leo. Mungkin untuk membuatnya marah, cukup
mengejutkan."
Cakra membuka berita dalam gim.
Ternyata, dia pun melihat informasi itu.
Cakra begitu santai waktu berkata,
"Jangan terlalu dianggap serius."
"Tentu aku nggak serius. Tim
E-Sports sangat hebat, suatu saat pasti bisa masuk ke tim nasional."
"Karnu juga nggak kalah
hebat!"
Cakra mengucapkannya tanpa sadar.
Nindi membuka matanya lebar-lebar,
sementara Cakra tampak canggung saat mengalihkan sorot matanya.
"Kehadiranku di sini bisa membuatmu sebagai yang terkuat
selanjutnya."
Suara Cakra terdengar agak sombong.
Nindi tersenyum tipis dan berkata,
"Kalau ada kesempatan di masa depan, aku juga ingin bergabung dengan tim
nasional, berjuang untuk negara."
Di kehidupan sebelumnya, Nindi tidak
berkesempatan karena posisinya diambil oleh Sania.
Dengan tenang, Cakra membalas,
"Mudah saja. Kita bicarakan setelah ujianmu selesai."
Setelah keduanya menyelesaikan misi,
Nindi pun keluar dari permainan.
Cakra segera menelepon Mario yang
lekas diangkat, "Kak, kamu telepon aku juga, ya. Sudah hampir mati
penasaran, ada hubungan apa antara kamu dengan murid kecil itu?"
"Pertama, ini nggak boleh
diceritakan ke orang lain, terutama keluarga."
Mario menegakkan tubuhnya seraya
membalas, " Aku paham. Sahabat sejati nggak akan pernah
mengkhianatimu."
"Kedua, Nindi belum tahu siapa
aku. Identitasku jangan sampai terbuka."
"Jelas. Lagi pula, banyak gadis
materialistis sekarang. Sembunyikan saja identitasmu agar bisa membangun
hubungan tulus! Tapi, apa Kakak Ipar sudah dewasa? Kak, kenapa bisa menyukai
yang belum dewasa, sih!"
No comments: