Bangkit dari Luka ~ Bab 62

 

Bab 62

 

Seolah-olah, Nindi menganggapnya orang asing!

 

Nindi berbalik dan berjalan ke sisi lain. Cakra sedang berdiri sambil memegang payung hitam, tengah menunggunya dengan tenang di sana.

 

Nindi mempercepat langkah dan berlari ke arahnya, lalu berkata, "Apa kamu yang meminta Kepala Sekolah mengirim alat tulis untukku?"

 

Cakra melihat senyuman di wajah Nindi. Kelihatannya, masalah ini tidak memengaruhinya.

 

Cakra menahan rasa tidak nyaman dan terlihat tenang saat menjawab, "Ya."

 

"Terima kasih, ya. Kamu sangat membantuku!"

 

Setelah mengucapkan terima kasih, Nindi mengusap perutnya. "Ayo, kita makan. Aku lapar, masih harus mempersiapkan ujian untuk sore nanti.

 

Setelah Nindi masuk ke mobil, terdengar suara panik milik Nando dari luar. "Nindi, kamu mau ke mana? Aku ingin bicara denganmu!"

 

Nando menahan pintu mobil sambil melihat Nindi yang ada di mobil dengan gelisah.

 

Ekspresi Nindi terlihat datar. "Nggak perlu."

 

"Nindi, aku benar-benar nggak sengaja terlambat."

 

Nindi menatapnya tajam. "Aku tahu. Bisa lepas aku sekarang, 'kan?" pintanya.

 

Namun, Nando tidak melepaskan genggamannya.

 

Bisa dibilang, Nando tidak berani melepaskannya

 

Nando punya firasat buruk. Begitu dia melepaskan genggaman, Nindi tidak akan kembali.

 

Tidak tahan lagi, Zovan langsung maju dan menarik kerah baju Nando. "Bro, jangan melakukan sesuatu yang nggak masuk akal!"

 

"Aku kakaknya. Memangnya yang kalian lakukan itu masuk akal?"

 

Nando mulai kehilangan kendali.

 

Zovan mengejek, "Aku belum pernah lihat seorang kakak yang mengacau. Alat tulisnya kalian yang siapkan, tiba-tiba rusak begitu saja. Kemudian, kamu bersikeras memintanya menunggu, tapi malah terlambat. Apa keluargamu memang sejahat itu?"

 

Kali ini, Zovan menyaksikan sendiri keseharian Nindi yang menyedihkan, membuatnya tidak kuasa lagi menahan diri.

 

Apakah ini masih bisa dianggap manusiawi?

 

Orang berakal sehat saja bisa melihat jelas bahwa alat tulis tersebut tidak mungkin rusak begitu saja tanpa alasan!

 

Nando tertegun. "Aku nggak tahu," jawabnya.

 

"Kalau nggak tahu, coba cari tahu! Buat apa ganggu si Lemon dan memaksanya untuk memaafkanmu ? Takutnya, kalau yang rusak kali ini cuma alat tulis, nggak ada yang tahu makanan di keluarga Lesmana juga bermasalah sampai dia terkena diare dan nggak bisa ujian!"

 

Zovan sama sekali tidak ragu untuk memarahinya.

 

Nando didorong pergi. Dia agak terhuyung sewaktu melihat Nindi pergi dengan mobil.

 

Selama 30 tahun hidupnya, baru kali ini dia ketakutan.

 

Sania berlari menghampiri Nando dan berlagak peduli. "Kak Nando, wajar saja kalau Kak Nindi marah karena Kakak memang telat. Tapi, ujian sangat penting. Ada baiknya biarkan Kak Nindi tinggal di rumah."

 

Andai Nindi pergi, bagaimana dia akan melanjutkan rencananya?

 

Nando mendadak sedikit putus asa, suaranya juga terdengar serak. "Di mana pengurus rumah? Dia yang siapkan alat tulisnya!"

 

Dia ingin tahu alasan alat tulis Nindi bisa bermasalah!

 

Sania sontak merasa cemas. "Kak, kenapa kamu justru meragukan pengurus rumah? Dia juga yang menyiapkan alat tulisku dan nggak ada masalah."

 

Nando berdiri dengan wajah serius dan pergi dengan langkah besar.

 

Sania mengepalkan tangannya, lalu segera mengirim pesan kepada pengurus rumah. "Hati-hati. Kak Nando akan pulang untuk menginterogasimu." 2

 

Meskipun Nindi sudah pergi, setidaknya, masalah ini berdampak pada Nindi. Kemungkinan besar, hasil ujian berikutnya tidak akan sebaik sebelumnya.

 

Melihat ekspresi Nindi, sepertinya dia enggan peduli lagi pada Nando.

 

'Bagus,' seru Sania dalam hatinya.

 

Sementara itu.

 

Nindi, yang duduk di mobil, mengamati hujan di luar jendela yang saat ini mulai mereda.

 

Suasana dalam mobil sangat tenang.

 

Cakra menoleh ke arah Nindi, begitu tenang saat berkata, "Jangan terpengaruh. Sebaiknya, kamu jangan kembali untuk beberapa hari ke depan."

 

Nindi mengangguk. "Aku juga berpikir begitu. Tinggal di apartemen lebih praktis."

 

Hujan sudah berhenti saat ujian di sore hari.

 

Nindi berhasil mengikuti ujian. Soal matematika kali ini agak sulit, tetapi dia merasa tidak ada masalah.

 

Saat meninggalkan ruang ujian, Nindi mendengar teriakan dan keluhan semua orang di luar yang membahas betapa sulitnya soal matematika.

 

Nindi melihat Nando saat dia berjalan keluar gerbang sekolah.

 

Langkahnya terhenti, Nindi menunduk dan berjalan ke arah lain.

 

"Nindi, aku membawa pengurus rumah untuk meminta maaf padamu."

 

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 62 Bangkit dari Luka ~ Bab 62 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 02, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.