Bab 84
Untuk sementara, seisi
kolom komentar di ruang siaran langsung dipenuhi caci maki.
Melihat jumlah orang di
ruang siarannya meningkat, Sania merasa sangat senang. Dia sudah tahu ini akan
menambah pengikut!
Leo merasa agak malu,
tidak menyangka bahwa si penyiar langsung membocorkan obrolannya.
Sekarang, dia percaya
bahwa "Lemon Manis" bukanlah Nindi Lesmana.
Jika benar Nindi, pasti
tidak akan begini karena bisa saja berdampak buruk bagi keluarga Lesmana.
Karena sang lawan keras
kepala, jangan salahkan dia dan sikap kasarnya.
Leo langsung masuk
permainan dan membuka kompetisi promosi PK.
Kebetulan, saat ini, dia
berada di peringkat ke-90.
Dia menyapa 90 orang
lainnya dan meminta mereka untuk tidak memainkan gim itu. Jadi, PK akan
ditunggu oleh dirinya sendiri.
Jika "Lemon
Manis" ingin naik level, harus mengalahkan dirinya sendiri!
Sebenarnya, Leo
berencana agar Nindi setuju untuk tanda tangan kontrak dengan dirinya, lalu
mengatur pemasaran PK hari ini. Akan tetapi, itu tidak diperlukan lagi
sekarang.
Sekretarisnya tampak
ragu saat berkata, "Bos, dia seorang pemula. Apakah Anda ingin turun
tangan sendiri?"
"Ya, aku sendiri
yang akan mengajarinya langsung!"
Leo sangat percaya diri.
Bagaimanapun juga, dia adalah Sang Master yang kuat. Mana mungkin dia tidak
bisa mengalahkan pendatang baru?
Meskipun penyiar itu
memiliki sedikit bakat, itu tidak cukup untuk dilirik para profesional.
Pertandingan PK segera
dimulai.
Ketika Nindi melihat
lawan PK yang berdiri di depannya, sorot matanya menjadi lebih dingin.
Dengan tenang, dia
berkata, "Kebetulan sekali."
Dia tahu posisi Kak Leo,
tetapi ada lebih dari satu orang di peringkat 90. Artinya, PK akan dilakukan
secara acak.
Jadi, situasi ini memang
disengaja oleh Kak Leo.
Pada saat ini, banyak
orang menonton siaran langsung.
"Nona Lemon, jangan
takut. Kamu punya kemampuan."
"Keunggulan apa
yang ingin dipamerkan lawan profesional di sini? Bukankah ini
pelanggaran?"
"Kapten LeSky
Gaming jelas-jelas sengaja membalas!"
Nindi tampak tenang saat
berujar, "Kalian nggak usah khawatir, pertandingan belum berakhir. Siapa
yang kalah atau yang menang pun masih belum tahu."
Ada haters yang
meninggalkan komentar. "Jangan terlalu percaya diri, nanti malu kalau
kalah."
Nindi tidak menghiraukan
haters.
Dia melihat karakter di
layar komputer, mendapati Kak Leo mengenakan perlengkapan khusus yang dia
siapkan.
Namun, hari ini, dia
akan menghancurkan perlengkapan ini dengan tangannya sendiri.
Di dunia ini, tidak ada
yang lebih memahami cara bermain Kak Leo daripada dia!
Nindi mengangkat senjata
di tangannya. "Ayo, mulai."
Jemari leritiknya
berayun cepat di atas papan ketik. Semua gerakan Leo nyaris berhasil dia
prediksi.
Sebaliknya, Leo tidak
bisa memprediksi gerakannya.
Lima menit kemudian, Leo
sudah kekurangan darah hingga bersembunyi dalam bangunan.
Nindi tidak mengejarnya,
hanya berdiri di tempat terbuka tanpa bergerak.
Leo agak marah.
"Bagaimana mungkin? Dia tahu semua jurus dan cara bertarungku?"
"Bos, wanita ini
pasti sudah mengenalmu sebelumnya. Jadi, dia begitu mengenal gerakanmu!"
Leo menggeleng.
"Nggak mungkin, gerakan terakhir tadi, jelas-jelas aku simpan buat final.
Aku nggak pernah pakai sebelumnya!"
Sampai di sini, Leo
tiba-tiba menyadari sesuatu." Nggak, ada satu orang yang tahu."
Nindi tahu!
Karena semua trik
rahasia ini diusulkan olehnya. Napas Leo tercekat. Apakah dia benar-benar
Nindi?
No comments: