Bangkit dari Luka ~ Bab 89

 

Bab 89

 

Mendengar perkataan pamer Sania, dia tidak memberi respons apa pun.

 

Bagaimanapun juga, kini, dia sudah bisa menghasilkan uang sendiri.

 

Nindi melihat ke arah staf wanita di toko itu dengan tenang. "Ukurannya pas, bungkus saja."

 

"Nindi, kamu cuma beli dua ini? Kenapa? Dokter sekolah itu nggak rela mengeluarkan uang buatmu?"

 

Si Dua mengejek, "Nindi, kamu pura-pura kaya, ' kan? Hari itu, dokter sekolah menyewa begitu banyak mobil mewah untuk menjemputmu. Sangat megah, tapi semua mobil itu sewaan!"

 

Sania tidak bisa menahan senyum. Akhirnya, perasaannya bisa sedikit lebih lega.

 

Nindi memegang kantong belanjaannya. "Paling nggak, aku pakai uang hasil jerih payahku, tanpa minta siapa pun."

 

"Nindi, bergantung pada keluarga juga bentuk kebahagiaan. Kenapa kamu harus bertengkar sama keluarga? Bukankah lebih baik menundukkan kepala dan kembali? Kamu nggak tahu betapa irinya diriku denganmu yang memiliki begitu banyak saudara."

 

Luna sungguh muak mendengarnya. "Sania, nggak usalı pura-pura baik. Kalau bukan karena kamu yang merusak hubungan mereka, apa Nindi berniat kabur dari rumah? Semua ini gara-gara kamu!"

 

Sania tersenyum bahagia. "Tapi, kakak-kakak lebih sayang aku. Mereka rasa, aku paling cocok sebagai adik. Aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Bukan salahku, kan?"

 

Nindi sudah malas menanggapi Sania.

 

Kalau terjadi di kehidupan sebelumnya, dia pasti merasa marah dan sedih, bahkan bisa berdebat dengan Sania tentang ini.

 

Namun, sekarang, dia sungguh tidak memedulikan fakta bahwa kakak-kakaknya lebih memihak Sania.

 

Nindi meninggalkan toko, sementara Luna melirik marah ke arah Sania. "Kamu bisa bangga, tapi kamu bukan Nona Besar dari keluarga Lesmana yang asli. Kamu, tuh, palsu."

 

Mendengar ucapan ini, Sania marah dan menggertakkan giginya.

 

Suatu hari nanti, dia benar-benar akan mengusir Nindi dari keluarga Lesmana. Saat itu tiba, dia akan menjadi Nona Besar keluarga Lesmana.

 

Setelah Nindi pergi, Luna masih tidak puas di sampingnya. "Kak Nindi, kenapa kamu biarkan Sinta mengganggumu?"

 

"Aku nggak marah, lho. Kenapa kamu marah?"

 

"Tapi, kamu adalah adik perempuan kandung. Aku betulan nggak paham. Dulu, aku kira kamu nggak disukai karena sifatmu jelek. Sekarang, aku merasa nggak ada yang salah sama kamu. Pasti kamu dijebak Sania."

 

"Ini bukan sepenuhnya masalah Sanía, semua saudaraku lebih suka adik yang patuh. Sania lebih pandai membuat hati mereka bahagia!" jawab Nindi dengan sabar.

 

Di kehidupan sebelumnya, dia sungguh baik kepada para kakaknya hingga banyak berkorban diam-diam, tetapi semua itu diabaikan.

 

Sania hanya bisa melakukan hal-hal yang terlihat baik dari luar.

 

Karena kakak-kakaknya menyukai ini, kini, dia tidak peduli lagi.

 

Luna agak murung. "Sekarang, aku tahu alasanmu untuk melakukan siaran langsung. Biar bisa menghasilkan uang, 'kan?"

 

"Sekarang, aku terkenal karena siaran langsung. Nggak akan kekurangan uang, tenang saja!"

 

Luna berpikir soal seberapa populer Nindi belakangan ini hingga merasa tidak begitu khawatir lagi. "Omong-omong, apakah kakakmu tahu kalau kamulah penyiar itu?"

 

"Dulu, dia nggak tahu. Sekarang, sih... entahlah."

 

Usai bertengkar dengan Kak Leo semalam, dia merasa Kak Leo mestinya tahu siapa dirinya.

 

Nindi pun menyembunyikan identitas tanpa sengaja. Dia sudah tanda tangan kontrak dengan Siaran Langsung Drego sekarang. Bisa dibilang, dia sudah terkenal.

 

Kini, jika keluarganya tahu dia sedang siaran langsung, fakta itu tidak akan pernah bisa menghentikannya.

 

Malam itu, pratinjau siaran langsung Nindi terpampang di halaman utama aplikasi Drego.

 

Suasana hati Nindi pun tengah baik, sehingga dia memberi penjelasan sambil melakukan PK di siaran langsung.

 

PK profesionalnya telah menarik banyak penggemar.

 

Nando melihat ruang siaran Nindi, mendengar suara Nindi yang santai dan ceria. Kini, terlihat jelas bahwa dia sangat bahagia.

 

Ada perasaan kehilangan mendalam di hatinya.

 

Nindi telah berhari-hari meninggalkan rumah, benar-benar tidak pernah menoleh ke belakang, bahkan tidak memakai sepeser pun uang dari keluarganya.

 

Sekarang, siaran langsungnya begitu populer. Dia pasti tidak akan memerlukan uang keluarga lagi.

 

Leo tampak membuka pintu dan masuk dalam kondisi mabuk. "Kakak Kedua, kamu juga sedang lihat siarannya! Dia jelas tahu aku, tapi dia mempermainkanku dari awal hingga akhir! Apa dia memang meremehkan kakaknya?"

 

Nando tersenyum pahit. "Kamu bisa salahkan dirimu. Coba ingat-ingat caramu memperlakukannya dulu? Nindi sudah terluka parah oleh kita, jelas dia nggak mau kembali."

 

PROMO!!! Semua Novel Setengah Harga
Cek https://lynk.id/novelterjemahan
Sudah ada Novel Baru yaa

Bab Lengkap

Bangkit dari Luka ~ Bab 89 Bangkit dari Luka ~ Bab 89 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on March 16, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.