Bab 41 Ini Dianggap
Sebagai Pertemuan Keluarga?
"Jangan terlalu
banyak bicara." Jason menurunkan suaranya, tetapi matanya masih terlihat
sangat menawan..
Nyonya Yaputra mendekat
dengan kursi rodanya dan berkata kepada mereka, "Ini pertama kalinya Elisa
membawa teman ke sini, pergilah bermain dan minumlah teh di halaman. Kalau
pencernaan kalian lambat, minumlah teh lebih banyak. Nenek mau pergi membeli
udang untuk kalian."
Nyonya Yaputra tahu
orang ini istimewa. Dia mungkin bukan teman Elisa yang sebenarnya, tetapi dia
senang karena cucunya membawa teman ke rumah.
Sebelumnya Elisa tidak
terlalu menyukai toko obat ini. Dia pernah bilang kalau dia tinggal di sini
terlalu lama, dia akan berbau obat-obatan tradisional dan akan diejek oleh
teman-temannya, jadi dia tidak mau makan di sini.
Setiap kali dia datang
untuk menengok neneknya, dia selalu datang diam-diam tanpa sepengetahuan orang
rumah karena takut diomeli oleh Wanda setelah pulang.
Nyonya Yaputra juga
mengerti meski anak ini dibesarkan olehnya, dia juga akan dekat dengan ibunya.
Wanda tidak akan
mengatakan hal-hal baik tentangnya di depan Elisa.
Nyonya Yaputra
mengetahui semua ini dengan jelas di dalam hatinya.
Setelah Elisa makin
besar, dia makin jarang datang ke sini.
Kadang-kadang hanya
datang sekali setengah tahun dan selalu bilang sibuk.
Sampai tiga bulan yang
lalu, anak ini berubah setelah jatuh. Tidak hanya kepribadiannya saja yang
berubah, tetapi juga membantunya memperbaiki klinik medis ini.
Nyonya Yaputra sudah
cukup puas dengan anak ini, dia tidak pernah berharap Elisa bisa mewarisi
ilmunya.
Bagaimanapun juga, dia
sendirilah yang membesarkan anak ini. Nyonya Yaputra tahu kalau cucunya ini
memang tidak berbakat dalam hal ini.
Dia hanya berharap Elisa
bisa punya banyak teman. Orang-orang di lingkungannya sebelumnya sangat
berkuasa. Begitu Elisa diusir, mereka seperti hilang begitu saja dan tidak
pernah muncul lagi.
Anak-anak ini tidak
buruk, setidaknya mereka masih mau berteman dengan Elisa.
Nenek Elisa sangat ramah
sampai Dante pun tidak bisa marah dan hanya bisa menatap tuannya.
Tuannya ini tidak boleh
makan di luar. Kalau ada masalah, nyawanya sebagai pengawal ini juga akan
hilang.
Siapa sangka dokter
ajaib juga ikut tertawa. "Nenek, mereka semua ingin makan, belilah lebih
banyak dan beliin aku labu juga. Aku mau masak bubur."
Dante ingin menolak.
"Dokter Ajaib, tidak..."
"Kalau begitu,
terima kasih, Nek." Namun, Jason memotong kata-katanya. Dia tersenyum
kepada nenek dan bersikap dengan sangat baik. "Biar saya menemani Nenek
pergi, saya bisa membantu membawakan barang belanjaan Nenek."
Nyonya Yaputra berkata
dengan murah hati, "Nggak usah, kalian mengobrol di sini saja. Kebetulan
Nenek juga ingin berolahraga."
Dante tercengang.
Elisa tertawa.
"Nenek dan Bibi Dina suka pergi bersama ke pasar setiap hari, jadi kamu
nggak perlu ikut."
"Ya, ada
persahabatan di antara orang tua seperti kami." Nyonya Yaputra membuka
kantong plastik ramah lingkungan sambil menggerutu, "Sayangnya Amir lagi
nggak ada, jadi nggak ada yang masak air. Amir sudah menghilang sejak kemarin,
entah ke mana lagi dia pergi mencari jamur di puncak gunung..."
Ini adalah musim terbaik
untuk mencari jamur di Kota Sulga. Kalau terlambat sedikit saja, mereka tidak
akan mendapatkan jamur yang bagus.
Banyak anak-anak sebesar
Amir yang suka pergi ke gunung, jadi Nyonya Yaputra tidak terlalu memikirkan
Amir saat dia tidak ada.
Dokter Roel mendekati
Elisa dan berkata, "Dokter Ajaib, kenapa aku merasa nenekmu terlihat
akrab, ya?"
"Kamu salah
mengenali orang." Elisa tidak ingin membahas masalah ini lebih lanjut.
Dokter Roel berdiri di
tempat sambil mengelap kacamatanya. Apa dia salah mengenali orang?
Mungkin iya. Lagi pula,
mana mungkin penipu pengobatan tradisional yang membunuh pasiennya itu adalah
nenek dokter ajaib ...
No comments: