Bab 53 Undangan Elisa
Ternyata Palsu?
Para tamu masih
berdatangan, Elisa juga berada di antara mereka hanya saja penampilannya jelas
berbeda dengan para tamu lainnya.
Dia berpakaian begitu
sederhana. Kaos putih, celana jeans dan topi baseball berwarna merah anggur.
Elisa tampak seperti seorang mahasiswa yang belum lulus.
Penjaga pintu pun
menghalanginya dengan sopan dan berkata, "Maaf, Anda siapa?"
Sebelum Elisa sempat
menjawab, orang di belakangnya sudah menghinanya, "Dia itu dokter penipu,
berani sekali kamu datang ke Kediaman Apdi?"
Orang yang menghinanya
adalah Keneth, dia menggandeng Fenny dan di belakangnya ada Yabel dan ibunya.
Yabel memalingkan mata
dari Elisa, dia tidak ingin orang lain tahu tentang hubungan mereka.
Sementara itu, Wanda
memelototi Elisa dengan kesal. Gadis ini benar-benar seperti hantu, di mana-mana
selalu saja ada dia!
Elisa mengangkat alisnya
dan menyahut dengan santai, "Eh. Kenal nih."
"Siapa yang kenal
kamu?" Keneth berkata, "Kamu nggak lihat ini tempat apa? Orang miskin
kayak kamu mana boleh masuk?"
Sebenarnya Keneth sudah
lama ingin memberi Elisa pelajaran, hanya saja orang-orang di sekitarnya tidak
ada yang mengenal wanita ini.
Sekarang setelah bisa
bertemu, Keneth bertekad memberi Elisa pelajaran sampai wanita ini menyesal!
"Mana sih
satpamnya? Cepat usir wanita ini!" kata Keneth dengan sombong.
Fenny berpura-pura
menghalangi sambil menggeleng, "Keneth, kamu jangan kasar gitu lah."
"Bu Guru nggak tahu
ya tabiat gadis ini? Mulutnya itu manis tapi berbisa!" Keneth menyahut
dengan penuh kebencian, "Entah sihir apa yang dia pakai, dulu dia pernah
membuatku berlutut lama banget!"
Elisa pun tersenyum
dengan santai. "Sampai sekarang gurumu masih nggak tahu waktu itu aku
menusuk titik fatal akupunturmu?"
Titik fatal akupunktur?
Para penonton menarik
napas dalam-dalam.
Mereka saling bertatapan
satu sama lain, apa di dunia ini masih ada yang menguasai titik fatal
akupuntur?
"Cih!
Membual!" Keneth meremehkan, "Kamu pikir ini zaman kuno di mana orang
masih menguasai titik fatal akupuntur? Kalau memang masih ada, guruku pasti
juga bisa! Konyol."
Elisa mengulum sebokah
gula dan matanya yang hitam menatap dengan tajam. "Ternyata sangat jelas:
"Ternyata Bu Fenny tidak menguasai titik fatal akupuntur? Sepertinya
kemampuanmu nggak sehebat yang dikatakan orang-orang? Aku sampai salah paham."
"Apa kamu bilang?
Coba ulangi!" sahut Keneth dengan marah.
Fenny menahan amarahnya
dan menarik Keneth. " Keneth, diam!"
Apa pria ini mau
memberitahu semua orang di dunia kalau dirinya tidak menguasai titik fatal
akupuntur?
"Tapi guru ...
dia... " Keneth tidak terima.
Fenny mengambil napas
dalam-dalam menatap dingin ke arah Elisa dan berujar dengan angkuh, Aku nggak
akan mempermasalahkan hal ini karena kamu juga murid Yaputra, tapi aku sarankan
sebagai seorang dokter kamu harus jaga sikap dan etika. Nggak baik seorang
gadis sepertimu bersikap sombong begini."
Begitu nama Yaputra
diungkit.
Ekspresi orang-orang di
ruangan itu berbeda-beda.
"Yaputra? Dokter
sembrono yang asal-asalan memberi obat sampai membunuh orang itu?"
"Sejak kapan dia
punya murid?"
"Nggak tahu juga.
Tapi kenapa keluarga Apdi memberi undangan itu ke dia?"
Para tamu pun tidak jadi
masuk, mereka menatap Elisa dengan ekspresi penolakan.
Ini adalah hasil
diinginkan oleh Fenny. Dia sengaja meminta Melvern memberi Yaputra 'undangan
palsu hanya untuk melihat adegan ini. Sayang, Yaputra sendiri tidak datang.
Tapi tidak masalah, yang
penting dia bisa mempermalukan gadis bodoh ini.
Apalagi sekarang bukan
saat yang paling memalukan untuk Elisa. Dia akan lebih malu lagi waktu
mengeluarkan undangan palsu itu.
Fenny melirik Wanda dan
memberi isyarat. Wanda pun melangkah maju. "Coba cek, mungkin dia sengaja
membuat undangan palsu untuk masuk ke tempat ini."
Jelas tertebak. Kampung
gadis ini ada di Kabupaten • Anzar, mana mungkin gadis semiskin ini diundang
oleh keluarga Apdi?
No comments: