The Strongest Healer ~ Thomas Qin ~ Bab 321 - Bab 330

                               

Bab 321

Morgan Wu keluar dari mobil dengan ekspresi gelap. Itu adalah barang yang akan dia berikan kepada Dokter Qin, berani-beraninya ada orang yang berani mencurinya?

Dia ingin melihat siapa orang yang sudah bosan hidup itu!

Nyonya Besar Ouyang berdiri di depan pintu dengan berwibawa. Hari ini jelas-jelas dia sedang berulang tahun akan tetapi dia juga tidak berani bersikap kurang ajar di depan orang penting.

“Direktur Wu…”

Hanya saja belum sempat Nyonya Besar Ouyang selesai berbicara, Morgan Wu sudah melewati sisi dia dan berjalan masuk ke dalam aula rumah keluarga Zhu.

“Siapa!”

Begitu masuk ke dalam aula, Morgan Wu pun langsung berteriak.

Seketika semua orang pun terdiam. Tamatlah sudah karena Tuan Besar Wu sudah marah.

Pada awalnya mereka ingin meminta maaf dan mengakui kesalahan terlebih dahulu, agar Direktu Wu tidak begitu murka, akan tetapi sekarang semuanya sudah menjadi berantakan. Melihat aura Tuan Besar Wu yang begitu kuat itu, sepertinya dia memiliki niatan yang tidak baik.

Nyonya besar itu menggertakkan giginya. Pemuda bermarga Qin itu benar-benar pembawa sial! Jika bukan dia, bagaimana mungkin pesta ulang tahun akan berubah menjadi seperti ini!

“Aku.” Thomas Qin berkata.

Tuan Besar Wu menolehkan kepalanya dan tertegun begitu mendengar ucapannya.

Nyonya besar itu bergegas maju dan menjelaskan, “maaf Direktur Wu, dialah yang mencuri barang Anda. Aku akan mengizinkannya jika Anda ingin memberinya hukuman!”

Morgan Wu semakin tertegun.

“Dokter Qin apa yang sedang terjadi?”

Thomas Qin mendengus, “mereka mengira akulah yang mencuri barang kamu.”

Morgan Wu mengerutkan keningnya, “siapa yang mengatakan itu? Patung bambu Hua Tuo ini merupakan barang yang ingin aku berikan kepada Dokter Qin!”

Seketika semua orang pun tertegun.

Keluarga Zhu beserta tamu-tamu penting lain yang hadir pun tertegun.

Tuan Besar Wu ingin memberikannya?

Bos Tian dengan aneh berkata, “Direktur Wu, barang itu merupakan barang kesayangan Anda, bagaimana mungkin barang tersebut diberikan kepada seorang pemuda biasa?”

Morgan Wu mengerutkan keningnya, “pemuda biasa? Dokter Qin ini merupakan orang yang hebat. Jika bukan karena Dokter Qin, sejak awal nyawaku dan nyawa cucuku

sudah akan menghilang. Apakah dia adalah seorang pemuda biasa? Bos Tian aku rasa penilaianmu terhadap seseorang sangat buruk. Hentikan kerjasama kedua perusahaan kita pada tahun depan.”

Seketika wajah Bos Tian pun memucat, “Direktur Wu! Direktur Wu ini semua merupakan kesalahanku. Aku mohon kepada Anda untuk tidak menghentikan kerjasama kita! Aku masih memiliki keluarga yang perlu kunafkahi…..”

Tanpa menunggu Bos Tian menyelesaikan perkataannya, kedua pengawal milik Morgan Wu pun sudah melempar dia keluar.

Di industri barang antik, Morgan Wu masih sangat bergengsi, bos biasa seperti Bos Tian pada dasarnya hanya mengandalkan orang lain untuk mendapatkan penghasilan.

“Dokter Qin, mengapa Anda…..”

Thomas Qin melirik sekilas ke arah Melissa Zhu dan berkata, “ini adalah temanku Melissa Zhu.”

Morgan Wu pun langsung mengerti, “oh rupanya wanita ini adalah Nyonya Qin, kalian memang sangat serasi.”

Seketika wajah Melissa Zhu pun bersemu merah. Tadi ketika berada di Kota Antik, sebenarnya dia dan Lydia Wang sudah bertemu dengan Morgan Wu. Hanya saja tidak menyangka dia adalah seseorang yang memiliki latar belakang begitu hebat. Yang lebih tidak terduga adalah Thomas Qin memiliki hubungan sebegitu dekatnya dengan dia.

Karena kesalahpahaman sudah terselesaikan, Morgan Wu pun melihat ke arah patung bambu Hua Tuo yang ada di tangannya dan bertanya.

“Dokter Qin, menurutmu apa yang harus dilakukan terhadap barang ini?”

Thomas Qin menjawab, “kamu tidak perlu memberikannya lagi kepadaku karena ada orang lain yang menginginkannya. Kamu bantu aku menyumbangkannya kepada Proyek Harapan saja.”

Morgan Wu melirik sekilas ke arah Nyonya Besar Ouyang dan menyunggingkan senyuman dingin.

“Baik.”

 

Bab 322

Seketika ekspresi sang nyonya besar pun menjadi sangat buruk. Tentu saja dia sangat menyukai patung bambu Hua Tuo tersebut dan dia juga tahu bahwa harga patung bambu tersebut sangat tinggi, tentu saja dia sangat ingin memilikinya. tetapi tadi dia mencurigai Thomas Qin yang mencurinya, akan tetapi akhirnya menjadi seperti ini.

Pada saat itu patung bambu Hua Tuo tersebut berada di genggaman Morgan Wu, tidak mungkin dia memintanya kepada Direktur Wu. Akhirnya dia pun hanya dapat melihat benda kesayangannya digenggam oleh orang lain dan dibawa pergi kembali.

Pada saat nyonya besar merasa sangat menyesal.

Meskipun Morgan Wu datang, akan tetapi dia datang bukan untuk memberinya sebuah ucapan selamat ulang tahun kepadanya. Bahkan dia tidak memiliki niatan untuk tinggal lebih lama di tempat ini, dia hanya ingin berbicara beberapa patah kalimat kepada Thomas Qin dan pergi.

Seketika pesta ini pun terasa sangat dingin.

Lydia Wang dan Robin Zhu pun berdiri. Dulu dia juga tidak percaya terhadap Thomas Qin, akan tetapi tidak menyangka pemuda ini bisa menyembuhkan penyakit orang sehebat itu. Dia benar-benar sangat beruntung.

Sebuah pesta pun diakhiri dengan keadaan tidak terlalu baik. Setelah pulang ke rumah, Lydia Wang bertanya.

“Thomas, kamu tadi pasti tidak makan dengan benar bukan? Ayo masuk ke dalam, aku akan membuatkan beberapa makanan untukmu.”

Thomas Qin dan Melissa Zhu pun tertegun. Apakah Lydia Wang salah minum obat?

Sejak kapan dia mulai memperlakukan Thomas Qin dengan begitu baik?

Setelah memasak beberapa macam lauk, tiba-tiba Lydia Wang bertanya, “Thomas kapan ulang tahun kamu?”

Thomas Qin menjawab asal dan Lydia Wang pun menganggukkan kepalanya seolah-olah dia sudah mengingatnya.

Melissa Zhu pun semakin kebingungan. Ibunya ini pasti benar-benar salah minum obat yang bisa-bisanya menanyakan tanggal ulang tahun Kak Thomas. Apakah dia ingin merayakannya?

“Aku sudah kenyang, kalian lanjutkan saja. Thomas pakaianmu pasti sudah kotor, aku akan mencucinya untukmu, kalian makanlah pelan-pelan.”

Lydia Wang membawa jaket Thomas Qin dan masuk ke dalam toilet.

Begitu masuk ke dalam toilet, Lydia Wang pun mulai mencari. Dalam waktu singkat dia pun menemukan dompet Thomas Qin, di dalamnya hanya terdapat beberapa lembar uang kertas, KTP dan kartu debit. Lydia Wang mengambil kartu debit tersebut dan mengerucutkan bibirnya.

“Tidak ada banyak uang di dalamnya, akan tetapi kartunya bagus juga.”

Dia pun memasukkan kartu debit tersebut ke dalam kantongnya dan barang yang lain pun dikembalikan ke tempat semula.

Tentu saja Lydia Wang bukan ingin merayakan ulang tahun Thomas Qin. Dia menanyakan hal seperti itu karena untuk mengetahui pin dari kartu debit Thomas Qin karena biasanya kebanyakan orang menggunakan tanggal ulang tahunnya sebagai pin dan hal ini juga sangat wajar.

Di dalam kartu debit Thomas Qin ini terdapat 20 miliar rupiah. 20 miliar rupiah ini cepat atau lambat pasti akan dihabiskan oleh dia. Daripada seperti itu, lebih baik ditaruh di tangannya, dengan begitu akan jauh lebih aman.

Lydia Wang membawa kartu debit tersebut dan pergi keluar dengan diam-diam.

Begitu tiba di bank, dia pun mencobanya dengan menggunakan mesin ATM, rupanya benar pin yang digunakan adalah ulang tahunnya. Lydia Wang pun merasa sangat senang dan langsung menghampiri meja resepsionis lalu menyodorkan kartu debit tersebut.

“Permisi, aku ingin mentransfer 20 miliar rupiah ke rekening ini.”

Bagaimana pun juga di dalamnya terdapat 20 miliar rupiah. Tidak mungkin dia mengambilnya sedikit demi sedikit dari mesin ATM.

Kartu bank sudah diserahterimakan dan nomor rekeningnya telah diisi. Petugas bank mengangguk dan merespon dengan sopan.

Kemudian dia pun terkejut begitu melihat kartu tersebut.

“Nyonya, harap tunggu sebentar.”

Kartu bank ini merupakan kartu hitam universal yang dapat digunakan di mana saja dan memiliki tingkatan yang sangat tinggi. Berdasarkan kualifikasi dia, seharusnya dia tidak mampu memliki kartu seperti ini.

Biasanya jika Thomas Qin yang datang mengurusnya, dia akan pergi ke ruangan VIP. Namun, karena pelanggan datang ke resepsionis biasa, tentu saja mereka tidak akan menolak.

Petugas tersebut meminta manajer bank untuk melakukannya sendiri. Setelah manajer duduk, dia pun menggesek informasi kartu bank.

Melihat informasi di atas, manajer itu mengerutkan kening.

“Nyonya, Anda ingin mentransfer 20 miliar rupiah bukan? Apakah Anda tahu kata sandinya?”

“Tentu saja aku tahu.”

Setelah itu, Lydia Wang pun memasukkan kata sandinya.

Ketika manajer melihat bahwa kata sandi dimasukkan dengan benar, wajahnya tiba-tiba menggelap.

Berani mencuri kartu hitam universal benar-benar orang yang sudah bosan hidup

 

Bab 323

Begitu kartu ini digesekan akan langsung terlihat. Meskipun mereka tidak dapat tahu informasi dengan sangat rinci, akan tetapi hanya dari jenis kelamin sang pengguna saja sudah dapat terlihat.

Jika ini adalah kartu debit biasa, tentu saja hanya dengan mengandalkan pin sudah pasti dia dapat mengeluarkan uangnya.

Akan tetapi karena jumlah uang yang besar seperti ini tentu saja harus benar-benar dipastikan yang mengambilnya adalah sang pemilik. Jika bukan pemilik yang mengambilnya, pihak bank pasti akan menolaknya.

Akan tetapi kali ini itu berbeda, ini adalah kartu hitam universal. Pemilik kartu ini sudah pasti merupakan orang-orang penting. Jika berani kartu orang penting dan datang kemari untuk mentransfernya, dia benar-benar cari mati.

Sang manager mengulas sebuah senyuman, “mohon tunggu sebentar nyonya, ini mungkin akan membutuhkan sedikit waktu.”

Setelah selesai berbicara, sang manager membalikkan badannya dan berjalan keluar, lalu mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi polisi.

Lydia Wang juga tidak berpikir jauh, dia pun hanya duduk di sana untuk menunggu. Sebenarnya dia juga hanya ingin mencoba-coba saja.

Ada beberapa kartu yang membutuhkan sang pemilik untuk tanda tangan dan juga ada beberapa kartu debit yang memiliki level lebih tinggi tidak membutuhkan tanda tangan sang pemilik.

Kartu debit Thomas Qin terlihat tidak seperti biasanya. Bagaimana pun juga dulu dia adalah seorang tuan muda dari Keluarga Qin, tentu saja hal yang wajar jika dia memiliki kartu sebagus ini.

Jika benar dapat mentransfernya, maka 20 miliar rupiah ini akan menjadi milik dia.

Seteleh menunggu beberapa menit, sang manager belum juga keluar dan dia pun mendengar suara sirene mobil polisi yang semakin mendekat.

Lydia Wang tidak menghiraukannya karena hal ini tidak memiliki hubungan dengannya.

Lalu suara sirene mobil polisi ini semakin mendekat, dua buah mobil polisi berhenti di depan gerbang. Beberapa petugas polisi khusus keluar dari mobil dengan senjata di tangan mereka dan bergegas masuk ke dalam bank lalu mengarahkannya ke arah Lydia Wang.

Lydia Wang terkejut. Dia ini hanya seorang wanita bagaimana mungkin dia pernah melihat keadaan seperti ini. Kedua kakinya pun melemas dan langsung terjatuh di atas lantai dan dia hampir saja kencing di celana.

“Apa, apa yang sedang kalian lakukan? Aku tidak melakukan tindakan kriminal!”

Sang manager berjalan keluar, “kamu tidak melakukan tindakan kriminal? Kamu mencuri kartu orang lain dan ingin mentransfer 20 miliar rupiah ke rekeningmu sendiri. Apakah perlakukan itu bukan sebuah tindakan kriminal? Kamu tinggal menunggu dijebloskan ke penjara saja.”

Lydia Wang tersentak. Dia tidak menyangka hanya menggunakan kartu Thomas Qin untuk mentransfer sejumlah uang saja akan mendapatkan hukuman sebesar itu.

Tentu saja jika ini adalah kartu orang lain, mungkin mereka tidak akan melakukan pergerakkan sebesar ini. Akan tetapi karena ini adalah kartu Thomas Qin yang merupakan kartu hitam universal, tentu saja pihak bank akan sangat berhati-hati.

Lydia Wang berbaring di atas lantai dan kedua kakinya tidak berhenti bergemetar, bahkan rasanya sangat sulit untuk berdiri.

“Jangan! Ini adalah kartu menantuku, aku akan menghubungi dia untuk meminta dia datang kemari dan mengatakan ini semua adalah sebuah kesalahpahaman!”

Sang manager mengerutkan keningnya, “kamu hubungi dia dan nyalakan mode speaker.”

Lebih baik mencoba dibanding jika dia membuat suatu kesalahan yang akan mencelakai dirinya sendiri.

Lydia Wang bergegas mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor Thomas Qin.

“Halo! Kamu cepat datang ke bank, cepat!”

Hingga detik ini pun Lydia Wang masih saja menggunakan nada memerintah seperti ini. Rupanya dia masih belum mengetahui jelas tingkat keseriusan masalah ini.

Begitu Thomas Qin mendengar ada yang salah dengan nada bicara Lydia Wang, di mana suaranya terdengar terbata-bata seperti sedang ketakutan. Dia pun bergegas datang ke bank.

Thomas Qin pun kebingungan begitu dia melihat banyak polisi yang sedang berkumpul di depan gerbang.

“Bibi Wang ada apa?”

Begitu melihat Thomas Qin, Lydia Wang pun menghembuskan nafas lega dan bergegas berdiri dan berkata.

“Itu dia! Kartu ini merupakan milik dia, dia ini adalah menantuku. Aku tidak salah bukan jika menggunakan kartu menantuku?”

Sang manager mengerutkan keningnya dan bertanya.

“Tuan, apakah Anda merupakan pemilik dari kartu ini?”

 

Bab 324

Begitu melihat kartu tersebut, Thomas Qin pun sudah mengerti apa yang sedang terjadi. Lydia Wang ini mencuri kartu debit dia untuk mendapatkan uang, lalu dia pun tertangkap basah? Wanita ini benar-benar sangat lucu.

“Benar.”

Sang manager tidak berani bersikap ceroboh. Dia pun bergegas mengambil KTP Thomas Qin untuk melakukan pemeriksaan. Data di KTP-nya cocok dengan data pemilik rekening yang ada di bank. Setelah itu dia pun berjalan keluar dengan sangat hormat lalu membungkukkan sedikit badannya dan berkata.

“Maaf tuan semua ini merupakan sebuah kesalahpahaman. Akan tetapi tidak ada yang bisa datang untuk menggunakan kartu bank Anda tanpa izin, termasuk sanak keluarga Anda. ”

Thomas Qin menganggukkan kepalanya, dia tahu hal ini tidak dapat menyalahkan sang manager. Pada akhirnya semua polisi dan pihak kemanan lainnya pun membubarkan diri.

Lydia Wang terduduk di atas lantai dan dia merasa harga dirinya sudah menghilang karena bagaimana pun juga dia sudah mencuri kartu debit Thomas Qin dan tertangkap basah olehnya, sudah pasti ekspresi dia akan menjadi tidak baik.

Setelah keluar, di depan bank, Lydia Wang berkata.

“Hei kamu, aku memang sudah mencuri kartu debitmu karena aku merasa cepat atau lambat 20 miliar rupiah ini akan habis jika berada di tanganmu dan aku pun melihat diriku yang dulu, yang sudah seperti orangtuamu, maka aku pun ingin membantumu menjaganya.”

Thomas Qin mendengus di dalam hatinya. Lydia Wang ini benar-benar bermuka tebal. Jelas-jelas dia sangat menginginkan 20 miliar rupiah itu, akan tetapi dia masih berani mengatakan dia ingin membantunya menjaganya.

Melihat keterdiaman Thomas Qin, dia pun menggertakkan giginya. Dia bahkan sudah berbicara dengan sebegitu tidak tahu malunya, lebih baik dia berbicara langsung dengan jelas saja.

“Hei kamu, aku dapat melihat dengan jelas bahwa kamu ingin menikahi Melissa bukan? Meskipun aku merasa hubungan kalian berdua tidak akan mungkin terjalin, akan tetapi karena melihat kinerjamu akhir-akhir ini yang termasuk bagus, aku pun merasa aku bisa memberikanmu sebuah kesempatan.”

“Tidak masalah bukan jika 20 miliar rupiah ini dijadikan sebagai hadiah?”

Thomas Qin tersenyum tak berdaya, “setelah berbicara panjang lebar, intinya kamu masih menginginkan 20 miliar rupiah bukan?”

Lydia Wang melirik dia sekilas, “benar. Aku adalah ibu dari Melissa dan jika kedepannya kamu menikah dengan dia, kamu juga harus memanggilku dengan sebutan ibu. Permintaan ini tidak kelewatan bukan?”

Thomas Qin menganggukkan kepalanya, “bukannya hanya 20 miliar rupiah saja? Jika kamu sebegitu menginginkannya, maka aku akan memberikannya kepadamu.”

Lydia Wang mengerucutkan bibirnya. Mendengar dari nada bicaranya ini seolah-olah dia memiliki uang yang sangat banyak. Di dalam kartu jelekan dia yang itu paling banyak juga hanya memiliki isi 20 miliar rupiah tambah satu nol.

“Berikan nomor rekeningmu.”

Thomas Qin langsung mengurusnya menggunakan ponselnya dan mentransfer 20 miliar rupiahnya kepada Lydia Wang.

Tidak perlu membicarakan 20 miliar rupiah, bahkan 200 miliar rupiah pun, Thomas Qin juga dapat dengan mudah memberikannya kepada dia.

Meskipun Lydia Wang sangat licik, akan tetapi bagaimana pun juga dia adalah ibu dari Melissa Zhu, sehingga Thomas Qin pun tidak ingin perhitungan dengan dia.

Selang beberapa saat, Lydia Wang mendapatkan sebuah pesan baru yang melihat bahwa uang tersebut sudah masuk ke dalam rekeningnya. Pada saat itu juga Lydia Wang pun kegirangan dan memukul pundak Thomas Qin sambil terkekeh berkata.

“Kinerjamu kali ini sangat bagus.”

Akan tetapi setelah selesai berbicara, dia pun kembali berubah pikiran.

“Meskipun aku sudah mengambil uangmu, akan tetapi ini tidak dapat diartikan bahwa aku menyetujui hubungan kalian berdua. Aku beritahu kamu, 20 miliar rupiah ini hanyalah sebuah hadiah di awal. Tidak akan semudah ini jika kamu ingin menikahi putriku. Huh!”

Setelah selesai berbicara, Lydia Wang pun berjalan sambil terkekeh.

Begitu tiba di rumah, Lydia Wang tidak menceritakan apa pun dan begitu juga dengan Thomas Qin. Tentu saja Melissa Zhu tidak mengetahui masalah ini.

Dia hanya merasa ibunya begitu kegirangan selama dua hari ini entah kenapa.

Hari kedua pada siang hari, Thomas Qin tiba-tiba mendapatkan telepon dari Melissa Zhu. Seharusnya pada saat ini dia sedang bekerja, mengapa dia tiba-tiba meneleponnya?

“Halo Melissa, ada apa?”

“Kak Thomas apakah kamu memberikan uang kepada ibuku?!”

“Iya, aku memberikan dia 20 miliar rupiah.”

Melissa Zhu tidak tahu harus berbicara apa. Kak Thomas baru saja mendapatkan 20 miliar rupiah dan pada akhirnya dihabiskan begitu saja oleh ibunya sendiri.

“Kak Thomas, ibuku sudah menghabiskan semua 20 miliar rupiah itu!”

 

Bab 325

Thomas Qin mengerutkan keningnya, “habis? Mengapa bisa?”

Melissa Zhu menghela nafasnya, “taruhan pacuan kuda. Entah bagaimana ibuku bisa menghubungi pihak pengadaan judi pacuan kuda dan menghabiskan semua 20 miliar rupiah tersebut.”

Thomas Qin tidak tahu harus berbicara apa, Lydia Wang ini benar-benar sangat antik. Kemarin dia masih mengatakan jika uang tersebut dipegang oleh Thomas Qin, dia pasti akan dengan cepat menghabiskannya, akan tetapi pada akhirnya begitu tiba di tangan dia, tidak mencapai 24 jam sudah habis, dia benar-benar sangat hebat.

“Baiklah, aku akan pergi melihatnya.”

Melissa Zhu dan Thomas Qin datang ke arena pacuan kuda, tempatnya sangat luas dan juga sangat ramai. Begitu tiba, setiap orang harus menghabiskan 400 ribu rupiah untuk membeli lencana masuk.

Begitu memasang lencana tersebut, Thomas Qin dan Melissa Zhu pun masuk ke dalam arena.

Di dalam kerumunan di ujung ruangan, mereka berhasil menemukan keberadaan Lydia Wang.

Lydia Wang berjongkok di sana dan menunjukkan ekspresi sedih.

Begitu melihat kedatangan Melissa Zhu, dia pun mulai berteriak dan menangis.

“Melissa! Ibu sudah tidak mau hidup…..”

Meskipun Melissa Zhu juga marah, tetapi begitu melihat keadaan Lydia Wang yang mengenaskan seperti itu, hati dia pun seketika melunak dan tidak tahu harus berkata apa.

“Ibu, sejak kapan kamu mulai bermain hal seperti ini?”

Lydia Wang tidak berani berbicara apa pun lagi karena tahu dirinya telah membuat kesalahan, “aku ini dijebak oleh mereka. Pada awalnya aku memenangkan banyak permainan. Mereka meminta aku untuk bertaruh pada kuda itu, aku pun mengikutinya dan setiap kali aku terus memenangkan permainan. Lalu semakin bermain aku pun bertaruh semakin besar. Pada akhirnya semua kuda itu seperti terkena penyakit , mereka berlari dengan sangat lambat! Mereka pasti telah berbuat curang!”

Thomas Qin tidak tahu harus berkata apa. Jika namanya bertaruh kuda, tentu saja pemiliknya ingin mendapatkan keuntungan. Lagipula pacuan kuda seperti ini pasti memiliki orang yang mengontrolnya. Mengenai apakah dia dapat menang atau tidak, itu semua hanya mengandalkan keberuntungan orang itu sendiri.

Orang yang dapat menang merupakan orang-orang yang berada di kelompok minoritas. Jika kamu menjadi bagian dari kelompok minoritas tersebut, maka kamu akan dapat menang.

Melissa Zhu menghela nafas, “sudah kalah ya sudah kalah. Ayo kita pergi.”

Meskipun 20 miliar rupiah bukan jumlah uang yang kecil, akan tetapi mereka juga tidak tahu harus berbuat apa karena sudah kalah. Tentu saja pemiliknya merupakan orang yang memiliki kekuasaan yang sangat kuat dan mereka tidak mungkin masih dapat meminta mereka untuk mengembalikan uangnya.

Lydia Wang tidak berdiri melainkan duduk di sana, lalu dengan ekspresi kacau berkata.

“Melissa, bukannya tidak boleh jika ingin pulang. Akan tetapi coba kamu tebak aku melihat siapa?”

“Siapa?”

Lydia Wang menolehkan kepalanya dan tangannya pun menunjuk ke arah belakangnya.

“Kamu lihat.”

Mengikuti tunjukan arah jari tangan Lydia Wang, Melissa Zhu melihat seorang pria mengenakan setelan jas dan kacamata hitam.

“Tristan Peng?”

Wajah Melissa Zhu menegang dan ekspresinya pun terlihat menjadi tidak nyaman.

Ekspresi Lydia Wang juga sedikit aneh. Dia melihat sekilas ke arah Thomas Qin dan kembali melihat ke arah Melissa Zhu.

Melissa Zhu bergegas menolehkan kepalanya, “bukannya dia sedang berada di Amerika? Mengapa dia ada di sini?”

Lydia Wang menjawab, “putriku, aku tadi melihat Tristan Peng terus menang dalam permainannya, bagaimana jika kita mencari dia?”

Melissa Zhu mengerutkan keningnya, “ibu aku tidak ingin memiliki interaksi apa pun dengan dia.”

Tristan Peng adalah orang terkenal di Kota Donghai beberapa tahun yang lalu. Dia sekelas dengan Melissa Zhu dan keduanya saling menyukai satu sama lain pada saat itu. Tristan Peng mengejar Melissa Zhu, namun karena pada saat itu mereka masih bersekolah, sehingga Melissa Zhu pun menolaknya karena tidak mau menganggu masa studinya.

Pada saat dia lulus dan akan berkuliah, Tristan Peng sudah meninggalkan negara itu, jadi keduanya pun sudah jarang berkomunikasi.

Kemudian Melissa Zhu mengetahui bahwa Tristan Peng mempunyai kekasih baru di Amerika dan sejak itu tidak ada lagi hubungan di antara mereka.

Tidak menyangka setelah beberapa tahun berlalu, mereka akan bertemu kembali di tempat ini.

 

Bab 326

Tadi ada beberapa orang yang terus menoleh menatap ke arah sana dan gerakan ini berhasil menarik perhatian Tristan Peng. Meskipun jaraknya tidak dekat akan tetapi Tristan Peng dapat langsung melihat batang hidung Melissa Zhu di dalam kerumunan. Lalu dia pun bergegas berdiri dan berjalan menghampiri dia.

Begitu berjalan hingga di depan dia, Tristan Peng pun melepaskan kacamata hitamnya.

“Melissa lama tak berjumpa dan kamu masih saja begitu cantik.”

Melissa Zhu tidak ingin memiliki hubungan apa pun lagi dengannya dan dia pun bergegas menggandeng lengan Thomas Qin dan berkata.

“Iya, lama tak berjumpa.”

Begitu melihat keintiman hubungan mereka, ekspresi Tristan Peng pun membeku dan tersenyum canggung.

“Dia adalah……”

“Calon suamiku, Thomas Qin.”

Tristan Peng menganggukkan kepalanya sambil terkekeh.

“Kalian juga datang untuk berjudi?”

“Ibuku yang datang berjudi dan kebetulan kami sudah ingin pergi.”

Tristan Peng terkekeh berkata, “kebetulan sudah ingin pergi? Bibi, kamu belum boleh pergi. Ronde selanjutnya merupakan perlombaan yang sudah aku tunggu-tunggu sejak tadi. Kamu ikuti taruhan yang aku pilih, kamu pasti akan menang.”

Mata Lydia Wang seketika pun menjadi cerah, “benar?”

“Tentu saja benar. Ayo bibi, aku antarkan kamu untuk pergi melihat kuda.”

Tristan Peng membawa semua orang ke ruang tunggu, di mana mereka dapat melihat beberapa kuda yang hendak balapan.

Tristan Peng menunjuk ke arah seekor kuda yang berwarna merah marun dan berkata.

“Bibi, lihat ini nomor dua itu. Kakinya panjang dan bulu yang lebat. Dia pasti akan menjadi peringkat pertama.”

Lydia Wang juga sangat terkesima ketika melihat kuda ini, memang benar jika dibandingkan dengan kuda lainnya, kuda nomor dua ini memang terlihat sangat kuat.

“Tristan Peng, kamu jangan mencoba membodohi aku. Uangku sudah tersisa tak seberapa lagi jika aku kalah lagi maka tamat sudah riwayatku.”

Tristan Peng tertawa dan berkata.

“Bibi tenang, kamu percaya saja kepadaku. Aku juga pasti akan bertaruh kepada nomor dua ini. Bahkan aku berencana untuk bertaruh sebanyak 10 miliar rupiah dalam sekali bertaruh. Jika menang, maka kita akan mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat lebih banyak.”

Karena kuda nomor dua ini sangat terkenal, sehingga banyak orang yang bertaruh kepada kuda ini.

Lydia Wang berpikir sejenak , “bagaimana jika aku bertaruh tierce?”

Tierce ini merupakan bertaruh kepada tiga ekor kuda dalam waktu yang bersamaan. Entah dari tiga ekor ini siapa yang menjadi peringkat pertama, dia pasti juga akan mendapatkan uang. Dengan begitu kemungkinan untuk kalah pun menjadi lebih kecil. Ini merupakan cara bermain yang cukup konservatif.

Tristan Peng tertawa dan berkata, “bibi jika kamu ingin menang, tentu saja kamu harus bertaruh pada satu ekor kuda saja, karena dengan bertaruh kepada satu kuda, maka kemungkinan mendapatkan uang lebih banyak pun menjadi lebih tinggi. Apakah kamu tidak percaya padaku?”

Lydia Wang ragu-ragu sejenak dan pada akhirnya dia pun mengaggukkan kepalanya.

“Baiklah kalau begitu aku akan mengikuti kata-katamu.”

Lydia Wang langsung mendaftar dan bertaruh 100 juta rupiah yang terakhir dia miliki.

“Ibu!”

Tanpa menunggu Melissa Zhu selesai berbicara, Lydia Wang pun langsung melototi dia, “Tristan Peng merupakan orang yang ahli dalam hal ini, tentu saja kita harus mendengar ucapan dia!”

Jika putrinya dapat datang lebih awal dan dapat berkomunikasi dengan Tristan Peng lebih awal, kemungkinan besar tadi dia tidak perlu kalah begitu banyak.

Thomas Qin melangkah maju begitu melihat kuda-kuda tersebut dan menjulurkan tangan untuk menyentuh leher kuda-kuda tersebut.

Tristan Peng yang berada di samping pun mendengus, “sobat pasti tidak pernah melihat hal-hal seperti ini bukan? Ini semua merupakan kuda yang bagus, satu ekonya memiliki nilai mencapai 20 juta rupiah. Kamu jangan asal menyentuhnya, jika kamu merusaknya, kamu pasti tidak akan mampu menggantinya.”

Thomas Qin tidak memedulikan dia, melainkan terus menyentuhnya dan berkata.

“Nomor dua tidak akan menang.”

Begitu dia selesai berbicara, Tristan Peng pun langsung tertawa mengejek.

“Sobat apakah kamu sedang bercanda? Apakah kamu tahu berapa banyak orang yang menyukai nomor dua ini? Tahu mengapa tingkat kekalahan dia sangat rendah? Ini karena kualitas dia sangat bagus, banyak pihak ahli yang mengatakan dia akan menang. Memangnya kamu mengerti apa hingga kamu berani berbicara sembarangan di sini?”

Ucapan Thomas Qin berhasil menarik kemarahan para kerumunan.

“Memang, orang desa darimana dia? Jika nomor dua tidak menang, siapa yang akan menang?”

“Keadaan kuda yang lain pun jauh lebih buruk dibanding yang nomor dua ini. Kamu jangan berbicara sembarangan lagi.”

“Memang. Kamu benar-benar tidak tahu malu karena kamu bisa-bisanya mempertanyakan ucapan Master Tristan Peng.”

 

Bab 327

Hanya satu kalimat Thomas Qin saja sudah berhasil mendapatkan banyak cemoohan dari banyak orang.

Kelihatannya Tristan Peng ini merupakan orang yang hebat di dalam bidang ini, bahkan keahlian Tristan Peng saja sudah tidak perlu dipertanyakan lagi.

Banyak orang yang memenangkan banyak uang dengan mengikuti target taruhan yang dipilih Tristan Peng.

Lydia Wang juga memutar bola matanya, “Thomas Qin! Kamu jangan asal berbicara. Jelas-jelas kamu tidak mengerti di bidang ini, untuk apa kamu berbicara sembarangan?”

“Tuan Muda Peng aku juga mengikutimu untuk bertaruh 100 juta rupiah. Aku mengandalkan kamu!”

Thomas Qin megerutkan keningnya, “Bibi Wang aku sarankan kamu jangan bertaruh pada nomor dua, lebih baik bertaruh pada nomor delapan.”

Setelah selesai berbicara, Tristan Peng pun langsung tertawa mengejek, “sobat, kamu benar-benar sangat lucu. Rupanya kamu benar-benar orang kampungan. Jika ingin melihat seekor kuda bisa berlari kencang atau tidak, kita bukan hanya melihat dari auranya saja, melainkan melihat pada kakinya.”

“Kaki pada kuda nomor delapan ini begitu kurus dan pendek, bahkan dia bukan satu tingkatan yang sama dengan kuda-kuda yang lain.”

“Akan tetapi aku sangat suka akan sikapmu yang akan mengajukan pertanyaan jika tidak mengerti akan sesuatu. Jika kamu tidak pernah melihat hal seperti ini, tentu saja kamu harus bertanya agar mengetahuinya, jika tidak sepertinya kamu tidak akan memiliki kesempatan lagi dalam seumur hidupmu.”

Lydia Wang memutar matanya dan bergumam, “memalukan!”

Melissa Zhu pun menarik Thomas Qin yang mengisyaratkan dia untuk jangan berbicara lagi.

Dalam arena pacuan kuda, tentu saja keahlian Tristan Peng berada di atas Thomas Qin. Meskipun Thomas Qin ahli dalam bidang medis, akan tetapi dia tidak terlalu bisa dalam hal lain.

Thomas Qin menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, “lihat saja nanti.”

Beberapa menit kemudian, perlombaan selanjutnya pun dimulai.

Kuda-kuda tersebut berlari maju satu per satu. Semua orang berteriak kegirangan. Di antara mereka, suara yang meneriaki nomor dua adalah yang terbanyak.

Di antara banyak kuda yang sedang berpacu, hanya dia yang terlihat paling mencolok, tinggi dan perkasa.

Dalam setengah babak pertama, hanya nomor dua yang memimpin di depan di antrara kuda lainnya.

Tristan Peng mencibir di sebelahnya, “hehe, aku ingat siapa tadi yang mengatakan bahwa nomor dua tidak bisa menang? Benar-benar payah.”

Ekspresi wajah yang lain pun menunjukkan ekspresi mengejek sambil melirik ke arah Thomas Qin. Pemuda ini benar-benar sangat lucu, berani-beraninya dia menyanggah ucapan Tuan Muda Peng di arena pacuan kuda, bukannya ini dia sedang merugikan dirinya sendiri? Pasti nanti dia akan merasa malu.

Setelah setengah babak berlalu, tiba-tiba kecepatan berlari kuda nomor dua pun melambat. Mulutnya berbusa, lidahnya menjulur keluar dan dia pun tertinggal dari posisi pertama ke posisi keempat.

Seketika semua orang pun tertegun dan mengumpat.

“Apa yang terjadi!”

Tristan Peng juga mengerutkan keningnya. Ini juga merupakan pertama kalinya dia bertemu hal seperti ini. Dia bahkan sudah melakukan banyak penyelidikan dari berbagai sisi dan hasil penyelidikannya menunjukkan bahwa kuda nomor dua ini pasti akan menang. Akan tetapi mengapa dia mundur di saat-saat penting seperti ini?

Setelah kuda nomor dua tertinggal di belakang, beberapa ekor kuda yang lainnya pun juga ikut melambat dan hanya tersisa kuda nomor delapan saja yang tidak melambat.

Ketika kuda-kuda lain tertinggal di belakang, hanya kuda itu yang terus maju ke depan

Sepuluh meter, delapan meter …

Kuda nomor delapan itu memimpin dan melewati garis akhir.

Seketika terdengar banyak kutukan di tempat kejadian karena mayoritas orang bertaruh kuda pada kuda nomor dua dan awalnya ini terlihat seperti kemenangan yang tampak stabil, jadi mereka semua bertaruh banyak uang. Tanpa diduga, pertandingan ini mengecewakan.

Wajah Tristan Peng dan yang lainnya memucat. Mereka tidak menyangka ucapan Thomas Qin sangat tepat.

Lydia Wang memukul pahanya dan menunjukkan ekspresi menyesal.

“100 juta rupiah terakhirku telah hilang. Seharusnya aku mendengar ucapan Thomas.”

Tristan Peng menahan rasa malunya untuk tersenyum, “bibi, dia ini kebetulan sedang beruntung saja. Hal seperti ini juga hanya akan terjadi sekali hingga dua kali saja, jadi kamu tidak perlu merasa kesal.”

 

Bab 328

Maksud Tristan Peng sangat jelas. Maksud dia adalah pilihan dia sangat jarang sekali meleset, tidak mungkin dia akan kalah terus-menerus bukan?

“Bibi, ayo, aku antarkan kamu untuk melihat pertandingan selanjutnya.”

Sekelompok orang mengikuti Tristan Peng untuk datang ke tempat pertandingan selanjutnya. Begitu melihat kuda-kuda yang kelihatan sangat gagah dan perkasa, Tristan Peng berkata.

“Pada kali ini, aku sarankan kita bertaruh tierce pada kuda nomor dua, tiga dan empat karena ketiga kuda ini sangat kuat. Mereka bertiga sudah seperti juga tiga umum, tetapi tidah tahu siapa yang akan menjadi juara satu. Jadi lebih baik kita bermain tierce agar lebih aman.”

Semua orang pun menganggukkan kepalanya karena mereka pernah melihat informasi mengenai ketiga kuda ini pada koran dan majalah. Tetapi mereka tidak tahu sedetail Tristan Peng, pada awalnya mereka juga ingin bertaruh pada ketiga kuda itu dn begitu mereka mendengar ucapan Tuan Muda Peng, mereka pun menjadi semakin yakin.

Tristan Peng menatap ke arah Lydia Wang dan berkata, “bibi, kali ini kamu dapat bertaruh lebih banyak meskipun tingkat kekalahan sangat rendah akan tetapi jika kamu bertaruh semakin banyak maka kamu akan mendapatkan lebih banyak.”

Lydia Wang ragu-ragu sejenak. 200 miliar rupiah pemberian Thomas Qin sudah habis, jika ingin bermain lagi maka dia sudah harus menggunakan uang pribadinya sendiri.

Dia mengadahkan kepalanya dan melihat ketiga kuda tersebut. Lydia Wang berpikir bahwa ketiga kuda tersebut memang sangat hebat.

“Baik kalau begitu aku akan bertaruh 400 juta rupiah!”

Begitu selesai berbicara, Thomas Qin langsung menggelengkan kepalanya.

“Bibi Wang, aku sarankan kamu untuk membeli nomor lima.”

Setelah selesai berbicara, semua orang pun melihat ke arah kuda nomor lima.

Kuda nomor lima ini memang tidak buruk dan kakinya juga lumayan panjang. Akan tetapi dia tampak lesu dan tidak bersemangat.

Tristan Peng mendengus, “jangan-jangan kamu mengira setelah kamu berhasil di babak pertama, kamu akan berhasil lagi pada selanjutnya? Taruhan kuda ini bukan hanya mengandalkan tebak-tebakan saja, akan tetapi kita juga harus mengandalkan kemampuan dia. Orang lain saja dapat melihat bahwa kuda nomor lima terlihat sangat lesu seperti sedang sakit dan kamu bisa-bisanya menyuruh Bibi Wang bertaruh pada nomor lima?”

“Iya, kamu jangan berpura-pura mengerti lagi di sini. Apakah mungkin kamu akan berhasil lagi pada babak kedua? Aku sebaiknya mengikuti perkataan Tuan Muda Peng saja.”

“Benar, keberuntungan itu merupakan suatu hal yang tidak dapat diandalkan. Bertaruh kuda itu harus mengandalkan keahlian.”

“Aku percaya pada Tuan Muda Peng. Aku akan bertaruh tierce pada kuda nomor dua, tiga dan empat. Aku bertaruh satu miliar rupiah!”

Lydia Wang juga sudah tidak dapat menahan dirinya begitu mleihat orang lain sudah mulai bertaruh. Dia pun mengeluarkan 400 juta rupiah untuk bertaruh.

Melissa Zhu yang berada di samping bertanya dengan pelan, “Kak Thomas, apakah kamu yakin?”

Thomas Qin berkata, “kurang lebih.”

Melissa Zhu penasaran. “mengapa pada babak sebelumnya kamu tahu bahwa nomor delapan tidak akan menang melainkan nomor dua?”

Thomas Qin berkata, “aku ada menyentuh leher dia dan menyadari bahwa nomor delapan ini menderita penyakit asma.”

“Hah?” Melissa Zhu ternganga karena terkejut. Dia tidak menyangka Kak Thomas bahkan dapat melihat penyakit seekor kuda, pantas saja ketka kuda itu berlari setengah jalan, dia pun mulai menjulurkan lidahnya dan bibirnya mengeluarkan busa bahkan kecepatannya pun menurun. Rupanya karena dia menderita asma.

“Lalu bagaimana dengan babak ini?”

Thomas Qin berkata. “tidak ada hal yang khusus pada tiga ekor kuda ini. Tetapi kuda nomor lima itu jauh lebih hebat karena dia sedang kasmaran.”

“Ini…..”

Ujung bibir Melissa Zhu berkedut, dia tidak menyangka hanya seekor kuda saja dapat dilihat hingga sedetail itu.

Kuda nomor lima terlihat lesu bukan karena tubuhnya lemah, melainkan karena hormon dia terlalu tinggu dan tidak tahu harus mengeluarkan tenaganya ke mana dan siapa yang dapat berbicara pasti dalam hal ini?

Pada kali ini Tristan Peng juga ikut bermain tierce karena tingkat keberhasilannya lebih tinggi, sehingga dia pun bertaruh 2 miliar rupiah.

“Hehe, kita tunggu saja.”

 

Bab 329

Babak selanjutnya pun langsung dimulai. Kuda nomor dua, tiga dan empat pun langsung maju dan berlari di baris terdepan.

Lalu semuanya pun berteriak dengan penuh semangat dan nomor lima pun juga langsung berlari maju.

Jelas-jelas dia berlari lebih lambat beberapa detik, akan tetapi kecepatannya berhasil melampaui kuda nomor dua, tiga dan empat.

Nomor lima ini terlihat sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya. Keempat kakinya bergantian dengan sangat cepat dan meninggalkan kuda-kuda yang lain jauh di belakang.

Hanya dalam beberapa detik, dia sudah berhasil melewati garis akhir.

Lalu kembali terdengar suara kutukan di sana.

Semua orang pun tertegun, mereka tidak menyangka kuda nomor lima ini begitu hebat!

Dia sangat berbanding terbalik dengan keadaan sebelumnya.

Tristan Peng juga tertegun, dia ini sudah bertaruh 2 miliar rupiah. Apakah kuda nomor lima ini memakan obat penyemangat! Bagaimana mungkin dia bisa secepat itu!

Lydia Wang dengan kesal menghentakkan kakinya.

“400 juta rupiahku!”

Jika sejak awal dia mendengar ucapan Thomas Qin, jika dia bertaruh 400 juta rupiahnya pada kuda nomor lima, kemungkinan besar dia akan mendapatkan 2 miliar rupiah!

Pada saat ini Tristan Peng dan yang lain pun terdiam karena bagaimana pun juga mereka sudah kalah dalam dua babak. Sedangkan Thomas Qin sudah berhasil menebak dua babak dan kali ini tidak mungkin sebuah kebetulan lagi bukan?

Bila yang pertama adalah keberuntungan, apakah mungkin yang kedua juga sebuah keberuntungan?

Bahkan ketika Thomas Qin sedang mengatakannya, dia terlihat sangat yakin tanpa ada sedikit keraguan.

Harga diri Tristan Peng sudah turun, akan tetapi dia masih dengan muka tebal berkata.

“Hehe, kekalahan merupakan suatu hal yang wajar di dalam sebuah perjudian. Perjudian kuda ini memang harus banyak bertaruh agar memiliki lebih banyak kesempatan untuk menang. Kalah sekali, dua kali merupakan satu hal yang wajar.”

Tristan Peng melirik sekilas ke arah Thomas Qin dan mendengus.

“Keberuntungan sobat ini sepertinya lumayan juga karena kamu bisa berhasil memenangkan dua babak. Mengapa kamu sendiri tidak bermain? Tidak seru bukan jika hanya menggerakkan mulutmu saja?”

Hanya berbicara saja memang sangat sulit untuk membuat orang lain mempercayai diri kita. Memangnya ada arti jika kita hanya berani berbicara tanpa berani bertaruh?

Seperti Tristan Peng ini meskipun perkiraan dia meleset akan tetapi dia juga ikut bertaruh, sehingga dia pun kalah bersama-sama dengan yang lain dan inilah yang membuat orang mempercayai dia.

Thomas Qin berpikir sejenak dan berkata, “baiklah kalau begitu aku juga akan bermain beberapa babak.”

Tristan Peng mendengus, “sobat berencana bertaruh berapa banyak? Di sini itu nominal minimal untuk bertaruh adalah 10 juta rupiah. 400 hingga 600 ribu rupiah itu tidak diperbolehkan di sini.”

Thomas Qin berkata, “kalau begitu aku akan bertaruh 200 juta rupiah.”

Melissa Zhu mengerutkan keningnya dan menarik Thomas Qin.

“Kak Thomas kamu tenanglah!”

200 juta rupiah dapat dihasilkan oleh Thomas Qin sebagai seorang dokter sudah termasuk melakukan penghematan yang sangat banyak. Pada awalnya, dia memiliki 20 miliar rupiah, akan tetapi Lydia Wang sudah menghabiskannya.

Thomas Qin juga tidak peduli akan hal tersebut. 200 juta rupiah itu hanya untuk bermain-main saja.

Tristan Peng mencibir, “aku akan mengikuti permainanmu.”

Thomas Qin melirik, “aku akan bertaruh enam kuda sekaligus.”

Begitu selesai berbicara, suasana di sana pun menjadi sangat hening.

“Bertaruh enam kuda sekaligus? Sobat, kamu jangan gegabah.”

Taruhan ini sedikit berbeda dengan tierce pada sebelumnya.

Taruhan ini harus tepat pada keenam-enamnya baru dapat dikatakan sebagai pemenang.

Ingin memenangkan satu babak saja sudah sangat sulit, bagaimana dengan enam babak?

Jadi ini merupakan taruhan dengan level tertinggi. Sekali kalah kita harus membayar 125 kali lipat dari harga awal.

Tristan Peng juga tertegun begitu mendengar ucapan dia. Dia sudah bertahun-tahun bermain perjudian seperti ini dan dia tidak pernah betemu dengan siapa pun yang berani bertaruh enam sekaligus.

Karena tingkat keberhasilannya sangat rendah dimana jika kita gagal satu babak saja maka lima babak sisanya menjadi sia-sia.

Tristan Peng mendengus, “karena sobat bersedia bermain ini, aku akan mengikutinya dan aku juga akan bertaruh 200 juta rupiah.”

Entah seberapa besar uang yang kamu gunakan dalam taruihan ini, hasilnya tidak akan dapat diprediksi. Jadi Tristan Peng juga bertaruh 200 juta rupiah hanya untuk bersaing dengan Thomas Qin di depan Melissa Zhu.

 

Bab 330

Jika dia memenangkan lebih banyak dalam enam babak tersebut, maka dia dapat menyelamatkan sedikit harga dirinya.

Lalu mereka berdua pun pergi melihat kuda. Thomas Qin berjalan melewati satu per satu dengan sangat cepat, dia pun hanya akan menyentuh kuda yang dia sukai dan dengan cepat dia pun sudah selesai menulis enam angka.

Tristan Peng mendengus. Gelagat Thomas Qin yang seperti itu sudah pasti dia hanya asal menebak saja.

Dia ini sudah menyelidiki dengan sangat rinci dan dia sudah sangat paham dengan informasi setiap ekor kuda yang ada di sini. Bahkan kapan mereka lahir saja dia pun mengetahuinya. Jadi pasti penilaian Tristan Peng akan lebih tepat.

Setelah Tristan Peng selesai menulis nomor, pertandingan pun dimulai.

Pada babak pertama, Thomas Qin dan Tristan Peng sama-sama menang.

Pada babak kedua, Thomas Qin dan Tristan Peng sama-sama menang.

Pada babak ketiga, Thomas Qin dan Tristan Peng sama-sama menang.

Setelah tiga babak berlalu, orang-orang pun semakin yakin terhadap Tristan Peng.

Tuan Muda Peng memang sangat hebat. Dia pasti sudah melalukan banyak cara di depannya dan memang cukup hebat jika dapat memenangkan tiga babak di awal.

Sedangkan mengenai kemenangkan Thomas Qin, tentu saja alasannya sangat mudah, yaitu pasti karena dia mengikuti jawaban Tuan Muda Peng.

Babak keempat menjadi babak yang penting karena Tristan Peng dan Thomas Qin memilih kuda yang berbeda.

Tristan Peng mendengus, “penilaianmu benar-benar sangat hebat ya, kamu memang sangat suka memilih kuda yang payah.”

Thomas Qin hanya tersenyum tipis tanpa mengeluarkan suara.

Informasi Tristan Peng mengenai kuda pasti bersumber dari analisis pedagang kuda atau pakar di majalah.

Bagaimana mungkin tingkat ketepatan informasi ini bisa lebih baik daripada pengamatan dekat yang dilakukan oleh Thomas Qin?

Memeriksa keadaan makhluk hidup bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk hewan.

Pada babak keempat, ekspresi wajah Tristan Peng berubah saat kuda yang dipilih oleh Thomas Qin tiba terlebih dahulu pada garis akhir.

Yang lain pun juga terdiam.

Sedangkan Melissa Zhu terlihat sangat bersemangat, “Kak Thomas, kamu sudah memenangkan empat babak!”

Karena Tristan Peng kalah terlebih dahulu, sehingga tentu saja ekspresi wajahnya tidak terlihat baik.

“Huh, ini baru empat babak saja. Aku saja tidak yakin dengan dua babak selanjutnya. Selama dia kalah dalam satu babak saja maka kemenangan yang dia raih di depannya itu akan sia-sia.”

Orang-orang yang mengelilingi mereka pun menggelengkan kepalanya yang menunjukkan penyesalan. Jika Thomas Qin memang seyakin itu, seharusnya dia bertaruh pada satu kuda saja, dengan begitu setelah memenangkan empat babak, dia pasti akan mendapatkan banyak uang.

Akan tetapi pemuda ini begitu serakah hingga berani-beraninya bertaruh enam babak sekaligus. Dia pasti tidak mungkin menang.

Pada babak kelima, semua orang pun menatap kuda yang dipilih oleh Thomas Qin dengan sangat lekat. Meskipun mereka tidak ikut bertaruh akan tetapi mereka masih ingin melihat hasil akhir yang didapatkan Thomas Qin.

Pada babak kelima, Thomas Qin lagi-lagi menang!

Seketika ekspresi semua orang pun berubah, dalam tatapan mereka dapat terlihat ekspresi terkejut dan kagum.

Bahkan sudah lima babak berturut-turut Thomas Qin menang. Tidak mungkin jika hanya mengandalkan keberuntungan bukan? Bahkan jika kamu Tuan Muda Peng saja kamu juga tidak dapat berhasil memenangkan lima babak.

Hingga babak keenam, semua orang pun menjadi sangat gugup. Jika Thomas Qin menang, maka Thomas Qin akan mendapatkan hadiah yang sangat besar!

Lydia Wang juga ikut menjadi bersemangat. Semua orang menatap kuda hitam kurus itu dengan sangat lekat.

Begitu terdengar suara tembakan dan pagar dibuka, kuda hitam itu bagaikan peluru yang ditembakkan keluar dan dia pun memimpin di baris terdepan.

Jelas-jelas dia merupakan kuda terkecil dan terkurus akan tetapi dia dapat mengalahkan lawannya.

Thomas Qin berhasil memenangkan enam babak dan hadiah dia pun dikali 125 kali lipat dan dia mendapatkan 25 miliar rupiah!

 

 

Bab 331 - Bab 340
Bab 311 - Bab 320
Bab Lengkap


The Strongest Healer ~ Thomas Qin ~ Bab 321 - Bab 330 The Strongest Healer ~ Thomas Qin ~ Bab 321 - Bab 330 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on November 04, 2021 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.