The Campus Wealthy Son ~ Bab 1 - Bab 10

 

Bab 1

“Cepat siuman!”

Tiano Lin dikejutkan oleh sebuah suara berisik, perlahan membuka mata, terlihat langit-langit berwarna putih di atas.

Saat ini dia sedang terbaring di ranjang, dengan badan yang dililiti kain kasa.

“Akhirnya kamu siuman juga.

Perempuan di samping berkata dengan sangat nyaring, tersimpan ekspresi menyalahkan dalam kata-katanya.

Tiano mengangkat kepala, terlihat seorang nona perawat yang berbadan indah, menyiapkan obat sambil meliriknya dengan ujung mata.

Meski wajahnya tidak terlihat jelas, tetapi di balik masker itu pasti ada kecantikan tiada tara.

“Kamu sudah terbaring beberapa hari disini, hari ini dokter melihat ada tanda-tanda kamu akan siuman, maka memintaku datang menjaga, sekalian menanyakan uang rawat inap.”

Uang rawat inap?

Mendengar sampai disana, terlihat jelas Tiano tidak tahu harus bagaimana, dia segera melihat keadaan tubuhnya.

Seluruh tubuh dipenuhi luka, bekas jahitan dimana-mana.

Beberapa kalimat perawat membuatnya teringat masa lalu.

Dia adalah seorang mahasiswa di Universitas Nanlin, karena keadaan ekonomi keluarga yang kurang, dia harus bekerja sambil kuliah.

Dan kemarin, sepulang kerja dari toko kecil dekat kampus, dia mengendarai sepeda butut kembali ke asrama.

Awalnya semua baik-baik saja, tetapi saat menyeberangi perempatan jalan, sebuah mobil berbelok tanpa mengikuti aturan lalu lintas, langsung mengarah padanya.

Karena supir mobil tidak mengurangi kecepatan, ditambah dengan otak yang seolah berhenti berputar, Tiano langsung tertabrak oleh mobil itu, mengakibatkan badannya terpental sangat jauh.

Tiano Lin yang tergeletak di jalan memuntahkan darah dua kali, setelah pandangan menjadi gelap, dia pun kehilangan kesadaran.

Saat terbangun sudah terbaring di ranjang rumah sakit.

“Tuan, aku sedang berbicara denganmu. Sejak kamu dibawa dari jalan raya, 3 hari 3 malam sudah berlalu.”

“Dimana supir itu, kemana supir yang menabrakku itu?”

Tiano Lin bertanya dengan tidak sabar.

“Itu tidak penting, sekarang dokter memintaku menanyakan keadaan kamu, sekalian membahas biaya rawat inap dan operasi kamu selama 3 hari ini.”

Perawat mulai menyibukkan diri sambil berkata dengan sangat santai.

Tiano Lin melihatnya dengan sedikit panik.

“Be…berapa semua biayanya?”

“Ini adalah rinciannya, kamu bisa membacanya sendiri.”

Selesai berkata, perawat langsung mengeluarkan secarik kertas yang sudah disiapkan dan meletakkannya di ranjang Tiano tanpa sedikitpun sungkan.

Melihat nominal yang besar di kertas itu, hati Tiano sangat terkejut.

Hanya 3 hari saja sudah memerlukan biaya sebesar 12 juta, sungguh jumlah yang besar bagi orang miskin seperti Tiano.

“Kapan kamu akan membayarnya? Jika tidak memiliki uang, pihak rumah sakit kami akan memilih memanggil polisi. Tiba saatnya nanti tempat kamu baring bukan lagi kamar pasien, melainkan kamar penjara!”

Perawat itu sudah bisa melihat ketegangan di wajah Tiano, sikapnya pun langsung berubah.

“Aku, aku tidak punya uang….”

Tiano menundukkan kepala, berkata dengan sangat tidak berdaya.

Di saat inilah pintu kamar terbuka perlahan, seorang dokter laki-laki berjubah putih masuk ke dalam.

“Anak muda, sudah merasa lebih baik belum, jika tidak ada masalah lagi, mohon kamu atau keluargamu segera melunaska tagihan ini.”

Sikap dokter itu masih sangat sopan.

Tiano terdiam di ranjang tanpa mengatakan apapun.

Dia tidak tahu harus bagaimana, karena uang sebesar 12 juta terasa sangat berat baginya.

Demi memasukkannya ke dalam universitas, pihak keluarga sudah menghabiskan semua tabungan yang ada. Ayah dan Ibunya yang miskin mana mungkin memiliki sisa uang untuk membayar pengobatannya.

“Tuan, apakah kamu mengalami kesulitan? Jika perlu, aku bisa membantumu menelepon keluarga agar mereka segera menanggung biaya ini.”

Tiano Lin tetap tidak bersuara, hatinya seolah tertimpa batu yang sangat besar.

Tiba-tiba saja dia teringat seseorang.

Marvel!

Tiano memiliki seorang pacar bernama Celine, beberapa hari lagi adalah ulang tahunnya. Demi mewujudkan impiannya, Tiano menitip Marvel membeli sebuah handphone merek Apple terbaru.

Ayah Marvel memiliki bisnis yang besar, dia memiliki jalur khusus demi mendapatkan handphone Apple dengan harga sedikit lebih murah. Demi menghemat uang, Tiano sengaja memberikan semua uang sisa makan dan biaya hidup pada Marvel, memintanya membelikan sebuah handphone.

Seharusnya saat ini Marvel belum membelikan handphone itu,Tiano berniat mencarinya dan meminta kembali uang itu.

Tiano segera menelepon Marvel.

Setelah berdering beberapa saat, terdengar suara Marvel dari ujung telepon.

“Siapa?”

“Ini aku Tiano.”

“Ternyaata kamu ya, ada urusan apa segera katakan saja, jangan ganggu tidurku!”

“Masih ingatkah beberapa hari lalu aku memberimu uang untuk beli handphone, bisakah mengirim kembali uang itu padaku, aku sedang menghadapi masalah besar, saat ini sangat memerlukan uang itu!”

Orang di ujung telepon ragu sejenak, tiba-tiba berkata dengan kesal.

“Tiano, kamu sedang mempermainkan aku ya, sudah menitip orang beli handphone, sekarang malah berubah pikiran, keterlaluan deh.”

“Marvel, anggap saja bantu aku, anggap saja uang itu kamu pinjamkan padaku, lain kali akan aku kembalikan.”

“Tiano, kamu sedang bercanda ya? Orang miskin sepertimu punya apa untuk menawar-nawar denganku? Saat ini aku tidak ingin ribut terlalu banyak, aku katakan jujur saja, soal uang itu aku telah menipumu. Tetapi kamu tenang saja, aku tetap akan membelikan handphone untuk Celine, aku juga akan menjaganya!

Apa maksudnya ini?

Tiano tidak hanya mendengar suara Marvel disana, secara samar-samar juga terdengar suara manja seorang perempuan.

“Saat ini Celine sedang baring di sampingku, maukah kamu berbicara sebentar dengannya?”

Setelah itu, Tiano pun mendengar suara yang tidak ingin dia dengar.

“Tiano, sebenarnya sejak awal aku sudah ingin berpisah denganmu, sungguh tidak menyangka kamu seorang laki-laki yang tidak punya apa-apa. Saat-saat bersamamu terasa sangat menjijikkan.”

Celine membuat Tiano kecewa dengan sindiran tak berperasaannya.

Tangannya yang sedang memegang handphone tidak berhenti bergetar, satu kata pun tidak mampu dia ucapkan.

“Dengar baik-baik, lain kali jangan ganggu kami lagi. Uangmu yang sedikit itu sudah aku habiskan dengan menraktir orang makan, bahkan tidak cukup untuk memesan dua sayur di restoran. Uang receh seperti itu masih kamu ingat-ingat, sungguh memalukan.

Selesai berkata, Marvel pun mematikan telepon itu tanpa perasaan.

Tiano tercengang, tidak bisa bersuara sedikitpun.

Kali ini dia tidak hanya kehilangan pacar yang dicintai, tetapi juga uang untuk menyelamatkan nyawa.

Semuanya, gara-gara dia miskin.

“Riska, jangan pasangkan infus lagi, tahan kartu pelajarnya dan bawa dia kembali ke asrama. Jika tidak ada yang datang menebusnya, kita lapor polisi saja.”

Selesai berkata, dokter mulai menyeret Tiano keluar.

Badan Tiano masih sangat lemah, bagaimana mungkin mampu menahan semua itu.

Dia terhempas kuat ke lantai, sama sekali tidak mampu berdiri.

Saat dirinya akan diseret ke lorong, handphone dokter tiba-tiba berdering.

Dia mengangatnya, raut wajah berubah menjadi takut dalam seketika. Tangan yang sedang menyeret Tiano terlepas, melihatnya dengan penuh rasa bersalah.

“Mohon maaf Tuan, biaya pengobatan Anda sudah dibayarkan—“

Tiano tercengang, secara samar-samar terdengar suara langkah kaki di lorong.

Setelah itu, seorang Ibu berwibawa tinggi tiba di hadapannya.

Bab 2

Ibu itu melihat Tiano yang terbaring di lantai dengan sangat panik.

Sebelum Tiano tersadar, Ibu itu pun berlari menghampirinya.

“Anakku, anakku, ini benaran kamu?”

Ibu itu bersuara serak, membuat Tiano sangat tercengang.

Dia melihat sekilas beberapa laki-laki berkacamata hitam itu, tidak tahu harus melakukan apa.

“Ibu baru saja mengetahui kabar ini, langsung melepaskan semua pekerjaan dan datang kemari.”

Ibu itu meneteskan air mata dari ujung mata, menatap tubuh Tiano dari atas hingga bawah.

“Beritahu Ibu, apakah lukamu sudah membaik?”

Ibu?

Perempuan di depan menyebut dirinya sendiri dengan kata Ibu.

Tidak mungkin, Ayah dan Ibu Tiano selalu tinggal di desa, kini masih bercocok tanam di rumah.

Berpikir demikian, Tiano langsung mendorong Ibu itu pergi, menatapnya dengan terheran-heran.

“Kamu salah orang.”

“Anakku, kamu harus percaya padaku, aku memang Ibumu.”

Karena terlalu panik, kata-kata Ibu itu sangat belepotan, membuat Tiano semakin bingung.

Tiano mulai curiga apakah dirinya sedang bertemu penipu.

Sudah terpuruk seperti ini, Tiano sungguh tidak sadar dirinya begitu pantas ditipu.

“Aku tahu, saat ini kamu pasti sulit menerima kenyataan ini, tetapi aku membawa bukti.”

Ibu itu telah jauh lebih tenang, setelah terbatuk dua kali, seorang laki-laki paruh baya berjalan dari belakang.

“Apa kabar Tuan Tiano, namaku Leonard Lie, pengacara yang dipanggil Nyonya ini.”

Pengacara bernama Leonard Lie itu berkata dengan tenang, lalu mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam map dan menyodorkan pada Tiano.

“Ini adalah surat hasil tes laboratorium, dari pencocokan golongan darah, ditambah dengan tanda lahir yang ada pada tubuh kamu, bisa dibuktikan bahwa kamu memang anak dari Nyonya Su ini.”

Melihat hasil pencocokan di dokumen itu, Tiano tercengang.

Ibu itu mengusap air di ujung mata, kembali menarik tangan Tiano yang terluka secara perlahan.

“Anakku, jika bukan karena aku dan Ayahmu sibuk bisnis waktu itu, kamu tidak mungkin menjadi sasaran penculik anak. Selama bertahun-tahun, aku selalu mengutus orang mencari tahu keberadaanmu. Belasan tahun berlalu, akhirnya—“

Mungkin saja karena tidak tahan, ujung mata yang baru saja diusap kembali basah oleh air mata.

Tiano menatap tandatangan di dokumen itu, kini baru tahu ternyata Ayahnya bernama Harris He, dan Ibunya bernama Rossy Tsu.

“Saat ini Ayahmu sedang membicarakan bisnis di Amerika, malam ini dia akan datang untuk menjengukmu, dia sangat senang setelah mendengar kabar baik ini.”

Rossy berusaha menghibur Tiano.

Tetapi, meski kenyataan sudah di depan mata, Tiano tetap saja tidak bisa menerimanya.

Di dalam desanya, dia sudah tinggal bersama Ayah dan Ibu selama 20-an tahun, kini baru sadar ternyata mereka bukan orang tua kandungnya.

Tekanan berat ini membuat Tiano hanya bisa terbengong disana.

“Kalian keluar saja.”

Rossy tahu suasana hati Tiano sedang sangat rumit. Demi tidak mempengaruhinya, dia pun mengusir semua anak buah, meninggalkan dia dan Tiano di dalam kamar itu.

“Anakku, aku tahu beberapa tahun ini kamu sudah sangat menderita, juga tahu kini kamu sangat terluka saat mendengar kenyataan ini. Tetapi mulai hari ini, aku dan Ayahmu tidak akan membiarkanmu menderita lagi, kami berencana menebus segala kesalahan dengan baik.”

Sebelum mendatangi Tiano, Rossy sudah memeriksa keadaan keluarganya saat ini dan memahami kesulitan dalam hidupnya.

Tetapi meski dengan keadaan ekonomi yang buruk, Ayah Ibu Tiano tetap bisa membesarkan Tiano hingga seperti sekarang, hal ini membuat Rossy merasa sangat bersyukur.

Tiano tidak mengatakan apapun, hanya duduk murung di atas ranjang.

Saat ini dalam pikirannya terbayang wajah orang tua yang sudah membesarkannya selama 20 tahun, menerima pengakuan Ibu yang ada di depannya sama saja dengan meninggalkan keluarganya, ini sungguh tidak bisa dia terima.

“Jadi, kini kalian datang untuk mengajakku ikut bersama kalian dan meninggalkan Ayah Ibu yang sudah membesarkanku selama 20-an tahun?

Tiano mengangkat kepala, bertanya pada Rossy Tsu.

“Bukan begitu anakku, saat ini aku tidak berencana memintamu memaafkan kami, aku hanya berharap kamu bisa memberikan satu kesempatan lagi untuk kami, sudah satu kali kami meninggalkanmu, dan tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.”

Rossy kembali memeluknya, berkata sekata demi kata.

“Sebentar lagi aku akan meminta orang memindahkanmu ke rumah sakit terbaik untuk menjalankan perawatan, soal Ayah dan Ibumu, aku sudah mengutus orang kesana. Dalam waktu dua hari mereka akan dijemput kemari, tiba saatnya nanti baru kita bicarakan sama-sama, bagaimana menurutmu?

Rossy mengeluarkan sebuah kartu rekening bang dari saku, menyodorkannya pada Tiano.

“Disini ada uang 200 Miliar, ini adalah salah satu tebusan kecil dariku. Kamu gunakan dulu, jika tidak cukup katakan saja padaku.:

Tiano menatap kartu hitam di tangan, badan bergetar secara tak terkendali.

Ada 200 Miliar di dalam sana, dia memberinya begitu saja, tanpa ada sedikitpun ekspresi ragu.

“Kartu ini tidak menggunakan kode, kamu bisa mengaturnya sendiri.”

Rossy berkata dengan senang.

Bagi dia, uang 200 Miliar itu sungguh tidak seberapa.

“Aku mengerti, biarkan aku sendiri dulu.”

Tiano berkata dengan tenang pada Rossy.

Menghadapi goncangan yang begitu besar, dia merasa sangat tidak terbiasa.

Rossy menghentikan kata-kata yang masih ingin diucapkan, menatap anaknya sekilas.

“Baiklah, kamu istirahat yang baik, aku segera memberitahu orang untuk menguruskan prosedur pemindahan rumah sakit.”

Rossy melihatnya lagi, baru menutup pintu dan tiba di lorong.

“Ibu Tsu, mungkin saja anak Ibu belum terbiasa dengan semua ini, Ibu cukup berikan sedikit waktu untuk dia pertimbangkan saja.”

Pengacara berkata menenangkan Rossy.

“Saat masuk tadi, aku melihat anakku sedang diseret oleh seorang dokter. Aku ingin memintamu mencari tahu semua data dokter itu, aku ingin bertanya padanya, kenapa dia bersikap seperti itu pada anakku.”

Karena Tiano ada disana, Rossy tidak berani memberi reaksi berlebihan.

Baru bertemu anaknya saja sudah melihat kejadian seperti itu, mungkinkah tidak marah?

Ketahuilah kini Tiano adalah anak kandung Harris He, bisa-bisanya menerima perlakuan yang begitu kasar.

“Baiklah, Ibu Tsu.”

Pengacara itu menganggukkan kepala, lalu pergi terburu-buru.

Di sisi lain, Tiano sedang memegang kartu rekening itu sambil terbengong.

Orang yang bisa mengeluarkan uang 200 Miliar dengan begitu mudah, sudah pasti dari keluarga yang sangat kaya.

Mungkinkah, dirinya sungguh keturunan orang kaya?

Berpikir demikian, Tiano tiba-tiba tersenyum pahit.

Siapa yang menyangka, dirinya yang bahkan makan pun tidak pernah kenyang, kini menjadi orang kaya yang memiliki uang 200 Miliar.

Semua ini, sungguh seperti mimpi.

Bab 3

Tiano sudah hidup susah sekitar 20 tahun, karena masalah uang, dia dipermainkan Marvel, dikhianati Celine, dan kini diseret oleh petugas rumah sakit.

Dulunya dia sendiri tidak pernah mampu menghidupi diri sendiri, membeli rumah, menikah, terasa seperti impian yang sangat bodoh.

Dia yang seperti itu malah menjadi keturunan orang kaya dalam sekejap tanpa memerlukan usaha apapun.

Permainan nasib hidup ini sungguh keterlaluan.

Tiano akhirnya mengerti, segera berteriak menghadap pintu kamar.

“Masuklah.”

Mendengar suara Tiano, Rossy Tsu yang sedang berdiskusi dengan pengacara segera masuk ke dalam.

Hati Rossy terasa tegang, dia tidak tahu jawaban seperti apa yang akan anaknya berikan.

“Kenyataan sudah di depan mata, aku juga tidak ingin banyak berkomentar. Mulai hari ini, aku akui kalian sebagai Ayah dan Ibu kandungku.”

Hati Rossy yang menggantung tinggi kini terasa sangat lega.

Jika tidak berbicara soal hubungan darah, mereka memang sangat asing, tatapan Tiano padanya tidak mengandung sedikitpun perasaan.

“Aku berharap kamu bisa melakukan seperti yang kamu katakan, yaitu menjemput Ayah dan Ibu asuhku kemari.”

Tiano tetap tidak bisa melupakan Ayah dan Ibu asuhnya.

Jelas-jelas tahu bukan anak kandung mereka, tetapi malah dibesarkan dengan penuh kasih, Tiano merasa terharu.

“Tenang saja anakku, aku sudah meminta orang pergi menjemput mereka, sebentar lagi akan sampai.

Tiano menganggukkan kepala, lanjut berkata.

“Tetapi untuk saat ini aku belum bisa memanggil kalian Ayah dan Ibu, setidaknya, aku harus menunggu Ayah dan Ibu asuhku datang, baru dibicarakan.”

“Baiklah, bagaimanapun kami pasti menghargai pilihanmu.”

Tiano menganggukkan kepala, mulai melamun melihat perempuan di depannya.

Saat ini, sebuah suara ketukan hak sepatu terdengar dari luar. Dia berhenti di depan pintu, lalu berbicara dengan sangat manis.

“Eh, apakah sekarang aku sudah boleh masuk?”

Rossy melihat sekilas pintu itu, lalu berkata: “Masuklah.”

Sebuah sosok perempuan cantik berjalan ke dalam kamar.

Perempuan itu berusia sekitar 20 tahun, mengenakan sehelai gaun terusan berwarna putih, semakin memancarkan keindahannya yang tidak tertandingi.

“Apa kabar Nyonya, apa kabar Tuan Muda.”

Perempuan itu tersenyum, kecantikan pipi yang dihiasi dandanan tipis itu membuat Tiano tidak mampu berkata-kata.

“Vicky, bagaimana proses pengurusan pemindahan rumah sakitnya?”

Rossy berbalik badan bertanya pada perempuan cantik bernama Vicky itu.

“Nyonya, semuanya sudah siap, mobil sudah menunggu di depan pintu rumah sakit. Satu kalimat dari Tuan Muda saja, kita langsung berangkat.”

Tiano menatap perempuan di depan dengan bengong, dalam hati terasa semakin heboh.

Dia penasaran sekali, siapa sebenarnya perempuan itu.

“Kalau begitu kamu tanyakan Tuan Muda dulu saja, nanti aku baru berbicara lagi dengannya, waktu kalian pasti sangat panjang loh.”

Rossy mengucapkan sebuah kalimat yang bermakna sangat dalam.

Tiano bukan orang bodoh, kalimat berbunyi waktu masih panjang itu membuatnya berpikir kemana-mana.

“Apa kabar Tuan Muda, namaku Vicky Chu, aku adalah perawat pribadi Anda.”

Perawat?

Pribadi!

Terbayang situasi saat perempuan itu berpakaian vulgar dan memberinya suntikan, wajah Tiano langsung memerah.

“Vicky, untuk saat ini tolong jaga Tuan Muda dengan baik, kamu harus bertanggung jawab atas semua kesehariannya, harus dilakukan bersungguh-sungguh, penuhi semua keinginan dia, mengerti?”

Rossy berpesan dengan serius pada Vicky Chu.

Penuhi semua keinginan?

Meski kini Tiano tidak leluasa bergerak, tetapi—-

“Nyonya, Anda tenang saja, aku akan menjaga Tuan Muda dengan sebaik mungkin.”

Vicky Chu berjanji dengan sangat yakin.

Dia berbalik badan melihat Tiano, melihatnya dari atas hingga bawah, kemudian mendekat.

“Tuan Muda, kain kasa di tanganmu tidak terikat dengan baik, akan sangat mudah terkontaminasi virus, Vicky bantu ya.”

Tiano tercengang, sebelum sadar, Vicky telah melepaskan kain kasa di tangannya.

Teknik membungkus luka yang terlatih, gerakan yang lembut, membuat hati Tiano sangat lembut.

Perempuan ini sungguh lemah lembut.

Rossy melihat semua kejadian itu, tersenyum sejenak, lalu pergi dari kamar sambil membawa beberapa pengawalnya.

……

Selesai membungkus luka, berkat bantuan Vicky, Tiano berjalan keluar kamar dengan penuh hati-hati.

Wangi parfum yang menggiurkan menusuk ke dalam hidung, membuat Tiano merasa tidak leluasa.

Dia memang sangat menikmatinya, tetapi juga tidak terlalu suka dirawat seperti itu.

“Aku bisa sendiri.”

Tiano berkata pada Vicky Chu.

“Tidak boleh, saat ini Tuan Muda belum bisa berdiri kokoh, aku harus memapahmu.”

Vicky tidak ingin Tiano mengalami kecelakaan karena kecerobohan kecil itu.

Dengan mempertimbangkan pekerjaan Vicky, Tiano juga tidak bisa mendesaknya.

Setelah meninggalkan kamar, Rossy dan beberapa pengawalnya sedang berdiri di lorong.

“Vicky, bawa Tuan Muda ke sanatorium.”

Sanatorium?

“Kenapa harus ke sanatorium?” Tiano bertanya dengan penuh heran.

“Tidak ditemukan masalah besar dalam tubuhmu lagi, kini waktunya Vicky menjagamu dengan baik. Akulah yang mendirikan sanatorium itu, Vicky Chu juga bekerja di dalamnya, biarkan saja dia yang menjagamu.”

Badan Tiano mengeluarkan keringat dingin, dalam hati berpikir kehidupan orang kaya memang berbeda, membangun sebuah rumah sakit seolah membangun rumah-rumahan bagi mereka.

“Tuan Muda, aku antar kamu naik mobil di bawah ya.”

Vicky berkata.

Tangan Tiano ditumpu ke bahu Vicky secara perlahan, kulit itu terasa sangat lembut baginya.

Membuat Tiano merasa ingin lanjut meraba kulit itu.

Setelah masuk mobil, Tiano tiba-tiba teringat sesuatu, langsung menoleh melihat Vicky dan bertanya.

“Bisakah antar aku ke kampus sebentar? Aku akan segera wisuda, tetapi belum menerima sertifikatnya, aku berencana mengambilnya dulu.”

“Sertifikat kelulusan?” Vicky Chu merasa semakin tidak mengerti, saat ini Tiano sudah menjadi orang kaya, kenapa masih mau mengambil benda seperti sertifikat kelulusan.

Dengan identitasnya seperti itu, entah berapa banyak perusahaan besar yang ingin menerimanya, sertifikat hanyalah bukti yang sama sekali tidak penting.

Bab 4

Di dalam mobil, Tiano tidak tahan untuk melirik Vicky beberapa kali lagi.

Baju yang ketat, dipadani sehelai rok pendek, kaki mulus di bawah rok terlihat sangat indah.

Sekalipun posisi duduknya tidak cukup menggoda, tetapi modal yang dimiliki sudah sangat luar biasa.

“Ckckck, perempuan seperti ini, inilah selera orang kaya.”

Tiano berkata dalam hati.

Dibandingkan dengan mantan pacarnya Celine, Vicky Chu memiliki wajah yang lebih dewasa dan menggoda, terutama sepasang mata jernih dan tajam itu.

Jika bukan karena identitasnya telah berubah sekarang, Tiano mungkin saja tidak berani menatap perempuan itu langsung.

Sejak awal Vicky sudah menyadari tatapan Tiano.

Dia memalingkan wajah dengan ekspresi tersipu malu, kaki panjangnya digoyangkan perlahan di depan Tiano, berusaha agar tetap kalem.

Sikap salah tingkah seperti itulah, membuat hati Tiano semakin menggebu-gebu.

Vicky Chu adalah seorang perawat, menjaga pasien adalah tugas utamanya, berhadapan dengan tatapan seperti itu, dia sudah sangat terbiasa. Setiap kali menatapnya seperti itu, orang-orang pasti mengakui kecantikannya.

“Tuan Muda, jangan melihat terlalu lama, nanti mimisan loh.”

Vicky tiba-tiba menghadap Tiano dan berkata.

Nada bicara yang menggoda itu hampir membuat Tiano kehilangan kendali.

Tiano berusaha menenangkan diri, tiba-tiba tersenyum licik pada Vicky.

Mobil mereka tiba di depan mall terbesar pusat kota.

“Tuan Muda, sebelum ke kampus, Anda perlu membeli sepasang pakaian, dan juga handphone. Sebelum jam 8 malam sudah harus menungguku di depan gerbang kampus, ini adalah pesan dari Nyonya.”

Vicky Chu berpesan sambil memapah badan Tiano.

Hari ini bukan akhir pekan, orang yang datang ke mall juga tidak banyak.

Vicky Chu membawanya ke dalam lift, langsung naik ke lantai 5, tepatnya pusat penjualan handphone.

Tiba di lantai 5, Tiano segera berjalan menuju pusat penjualan handphone merek Apple.

Baru berjalan beberapa langkah, Vicky malah mencegatnya, dan membawanya ke toko handphone dengan merek yang tidak pernah didengarnya.

“Sial, handphone apa ini, jelek sekali.”

Tiano melihatnya dengan penuh remeh, semua handphone yang dijual berbentuk kotak, modelnya juga sangat kuno, sungguh tidak mungkin disukai.

Tetapi saat melihat angka pada label harga di sana, dia benar-benar terdiam.

“120 juta? Apakah handphone ini dibuat dari berlian?”

Melihat raut wajah terkejut Tiano, Vicky tertawa sambil menutup mulut.

Anak muda ini, kenapa tiba-tiba menjadi lucu sekali.

“Ini adalah handphone bisnis, bisa dikatakan sebagai Lamborghini di dunia handphone, Nyonya Su juga menggunakan merek ini, makanya berencana meminta Tuan memilih salah satu model dari merek ini juga.”

“Kamu, kamu juga menggunakan ini?” Tiano bertanya pada Vicky.

Vicky tersenyum pahit, lalu mengeluarkan iphone 6 miliknya.

Tiano merasa sangat terkejut, tetapi setelah itu diikuti pikiran kacau.

Perempuan seperti Vicky saja tidak berniat memanfaatkan dirinya, kenapa Celine yang merupakan pacarnya sendiri malah lengkah oleh harta kekayaan.

“Beli 3 handphone terbaru di toko Apple di samping, setelah mendapatannya segera menemuiku, aku yang bayar.”

Vicky hanya menganggukkan kepala tanpa mengatakan apapun.

Dia hanya bekerja sebagai perawat pribadi Tiano, dia tidak mungkin terlalu banyak campur tangan.

Vicky melihatnya sekilas, lalu berjalan ke toko penjualan handphone Apple di samping.

Tiano tahu dirinya juga harus memiliki dua buah handphone bisnis itu, maka langsung menunjuk dua di antara semua yang dipajang, kemudian berkata pada pelayan toko: “Dua ini, mohon bungkus sekarang juga.”

Pelayan toko itu tidak langsung menjalankan perintah, melainkan berkata: “Tuan, silahkan berikan 2 juga dulu untukku, aku akan segera membukakan nota, lalu mengabarimu lagi. Saat ini tidak ada stok langsung di toko, bagaimana jika beberapa hari lagi kamu baru datang mengambilnya?”

Tiano terheran-heran: “Apa maksudnya?”

“Tuan, jangan berpura-pura lagi, lihatlah sendiri berapa harga kedua handphone yang kamu pilih, dan keduanya edisi terbatas. Ada tambahan batu safir di dalamnya, dengan total harga 400 juta. Menurutku begini saja, kamu keluarkan uang 4 juta dulu, aku bukakan nota yang lebih bagus agar kamu tidak merasa direndahkan.”

Pelayan toko itu melihat Tiano dengan sangat hina.

Cerita orang miskin membeli handphone mahal demi gengsi sudah seringkali dia temui.

Tiano sangat mengerti makna di balik perkataannya.

Dia sadar penampilannya sama sekali tidak seperti orang beruang, tanpa banyak berkata, langsung menghempaskan sebuah kartu ke atas meja.

“Debit saja.”

Pelayan itu menatap kartu di atas meja dengan dingin.

“Tuan, harganya 400 juta lebih loh, kamu yakin? Jika saldo di dalam tidak cukup, aku akan langsung mengusirmu keluar.”

“Jangan banyak bicara, silahkan gesek.”

Tiano terlihat mulai tidak sabar.

Pelayan toko melihatnya lagi, meski tidak senang, dia tetap mengambil kartu rekening bank itu.

Dia ingin tahu seberapa lama anak muda ini bisa bersandiwara.

“Masukkan kode.”

Setelah menyiapkan semuanya, pelayan toko menatap Tiano dengan sangat hina, tidak sabar untuk melihat bagaimana dia mengatasi kecanggungannya.

Tiano mengangguk dan mulai memasukkan kode.

Transaksi berhasil, pelayan toko tercengang melihat struk yang keluar dari dalam mesin.

Dia sama sekali tidak menyangka, anak muda yang kelihatan tidak ada apa-apanya itu memiliki uang sebanyak 400 juta, dan dia menghabiskan uang tanpa sedikitpun ragu.

Teringat sikap pada Tiano sebelumnya, wajahnya mulai mengeluarkan keringat dingin.

“Mohon tunggu sebentar, aku langsung ambilkan barangnya.”

Pelayan itu sungguh tidak menyangka penjualan terbesarnya jatuh pada orang yang tidak dihargai sama sekali.

Tiano malah tidak menyalahkannya, setelah menerima handphone langsung duduk di ruang tunggu.

“Bisa-bisanya benda ini menghabiskan uang sebanyak 400 juta, kehidupan orang kaya memang sulit diterka.”

Meski uang yang baru saja dihabiskan tidak mungkin bisa didapatkan jika dengan identitas sebelumnya, dia sama sekali tidak menyayangkannya.

Teringat dalam kartu masih tersisa saldo sekitar 200 Miliar, dia pun tersenyum.

Melihat sekilas Vicky Chu dari kejauhan, dalam hati mulai berkata-kata lagi, alangkah bagusnya jika perempuan itu pacarnya.

“Kakak Marvel, handphone baru ini sungguh enak digunakan.”

“Suka tidak? Jika suka gunakan saja dulu, belum lama Tiano bodoh itu memberikan sejumlah uang padaku, sekarang masih tersisa sedikit, nanti kita habiskan dengan buka kamar di hotel saja, hehe.”

“Aduh, jangan mengatakan itu di tempat umum seperti ini!”

Saat ini, sepasang laki-laki dan perempuan berjalan dari arah pintu depan.

Laki-laki itu adalah Marvel, orang sial yang telah menipu uang beli handphonenya.

Sedangkan di sampingnya, gadis yang bersandar dengannya adalah perempuan yang telah dia perjuangkan setengah mati.

“Celine—“

Tiano menyebut nama itu dengan tangan bergetar, jus buah dalam gelas langsung tumpah ke lantai.

Bab 5

Sepertinya dua orang itu tidak melihatnya, mereka langsung berjalan memasuki toko handphone di samping.

Meski tidak tahu apa yang mereka lakukan, tetapi saat melihat kejadian di depan mata, Tiano tetap saja merasa tidak senang.

Sebelumnya Celine telah berkata dengan sangat tidak berperasaan padanya, kini kenyataan sudah ada di depan.

Hanya saja jika dipikir-pikir, ini juga sesuatu yang baik, paling tidak bisa menggunakan uang beberapa juta demi melihat jelas seorang perempuan.

Kini dia tidak kekurangan yang lagi, tetapi Celine, adalah perempuan yang telah sangat dia pahami.

“Sayang, katamu mau membelikan tas terbaru untukku!”

“Tenang saja, setelah mengambil handphone aku akan langsung menemanimu memilihnya di atas, bagaimana?’

Marvel berkata sambil meraba kaki Celine dengan sangat arogan, pandangan matanya tiba-tiba tertuju pada Tiano yang sedang duduk di ruang tunggu.

Dia tersenyum sambil menyenggol Celine.

“Yoo, bukankah ini Tiano. Kenapa tidak dirawat di rumah sakit, malah diusir pergi dengan luka di sekujur tubuh!”

Marvel merangkul Celine sambil berjalan ke hadapan Tiano, berkata dengan penuh sindiran.

“Tiano, jangan datang ke tempat seperti ini untuk mempermalukan diri, jangan sampai orang-orang berkata mahasiswa di kampus kita tidak ada bedanya dengan pengemis.”

Selesai berbicara, Celina sengaja mengeluarkan handphone edisi terbaru miliknya.

Menatapnya, hati Tiano tetap saja merasa terpukul.

Dia pernah mencintai perempuan itu dengan sungguh-sungguh, dan perempuan itu juga cinta pertamanya, sebagian kata sungguh tidak mampu diucapkannya.

Tetapi seperti apa pandangan Celine terhadapnya? Seorang pengemis? Seekor anjing?

Setelah memeras habis semua nilai dirinya, dia mendepaknya begitu saja.

“Katakan saja, apakah kamu bekerja sebagai penyebar brosur demi membayar biaya rumah sakit? Jangan cemas, Kakak saja yang membantumu, berikan saja dua lembar brosur untukku, aku akan belanja di tokomu.”

Melihat tumpukan barang yang dipegang Tiano, Marvel yakin dia bekerja sebagai pembagi brosur.

“Aku datang membeli handphone.”

Tiano menjawab dengan sangat tenang.

Dia tidak ingin banyak perhitungan dengan Marvel, begitu pula dengan Celine, yang sudah berlalu biarlah berlalu.

Sikapnya malah membuat Celine sangat tidak senang.

Dia sudah menganggap Tiano sebagai seekor anjing, seekor anjing yang sangat patuh, yang selalu menjilat mukanya demi membujuk rayu, dia sudah sangat terbiasa dengan semua itu.

Tetapi kini, Tiano malah tidak mengatakan apapun, seolah sangat asing dengan dirinya.

Kebanggaan dalam hati membuat Celine tidak mampu menerimanya.

Dia menatap Tiano dengan sangat remeh.

“Tiano, jangan kira aku tidak tahu, kamu pasti terus mengikuti kami kan? Marvel memegang uangmu, kamu merasa tidak rela kan? Makanya berencana merebut uang itu kembali?”

Setelah mendengarnya Marvel pun tertawa.

“Tiano, jika memang seperti itu, maka aku harus ucapkan mohon maaf, aku sudah membelikan handphone untuk Celine, dengan begitu uangmu pun tidak ada lagi, tidak ada gunanya kamu menagih padaku. Tetapi jika kamu mengaku sebagai pengemis, aku bisa-bisa saja memberikan 400 ribu untuk kamu makan. Karena kondisi tubuhmu memang tidak sehat kan!”

Selesai berkata, Marvel mengeluarkan 4 lembar uang seratusan, dan membuangnya ke lantai.

“Mohon maaf, tanganku terlalu licin, kamu pungut sendiri ya.”

Melihat 4 lembar uang di atas lantai, Tiano tidak kuat menahan tawa.

Jika dulu, dia mungkin saja akan membungkukkan badan dan merendahkan diri demi mengambil uang itu.

Tetapi kini, dia tidak akan melakukannya.

“Kenapa, bukankah kamu sangat memerlukan uang, bukankah tinggal dipungut saja.”

Kata Marvel menyindir.

Tiano tahu Ayah Marvel membuka usaha di bidang properti.

Karena bisnis properti beberapa tahun terakhir semakin maju, Ayahnya memanfaatkan kesempatan dengan membangun beberapa gedung bertingkat.

Jika tidak salah, jumlah harta kekayaam keluarga mereka mencapai ratusan Miliar.

Sebelumnya, Tiano memang tidak berdaya melawan semua itu.

Tetapi kini, dia bukan lagi Tiano yang dulu.

“Lebih baik simpan untuk kamu sendiri! Dan juga Celine, aku bisa disini karena kebebasanku, ini bukan rumah kalian, kenapa aku tidak boleh datang?”

Tiano membalas mereka tanpa sedikitpun rasa sungkan.

Melihat Tiano tidak menghargai dirinya, raut wajah Marvel yang sombong pun berubah.

Dia menatap Tiano, bersiap-siap meneriakinya, tetapi malah dicegat Celine.

Di saat inilah pelayan toko yang menjualkan handphone untuk Tiano menghampiri.

Karena terlalu tegang tadi, dia bahkan kelupaan memberikan souvenir dari toko untuk Tiano.

Melihat pelayan perempuan yang datang, Marvel mengira Tiano adalah karyawan toko mereka, sontak meluapkan emosi.

“Bagaimana cara toko kalian mencari karyawan? Cepat usir orang yang tidak tahu diri ini. Aku beritahu kamu, jika toko kalian masih ingin dibuka disini, cepat usir dia pergi!”

Pelayan itu tercengang, lalu tersenyum sangat ramah.

“Mohon maaf, Tuan Lin adalah tamu terhormat di toko kami, bukan karyawan kami.”

“Tamu terhormat? Anak muda ini bisa dikatakan sebagai tamu terhormat?”

Marvel tertawa lepas memegangi perut.

“Nona, ada hubungan apa Tiano denganmu? Kenapa kamu begitu membelanya. Sekalipun menjual ginjal, dia tetap saja tidak mampu membeli handphone ini.!”

Celine menambahkan dari samping.

“Jadi begitu, baru saja Tuan ini sudah membeli dua buah handphone dari toko kami. Kali ini aku datang demi membawakan hadiah dari toko untuknya.”

Selesai berkata, pelayan toko menyodorkan sebuah kotak pada Tiano.

“Tuan, Anda baru saja berbelanja sebanyak 400 juta, ini adalah satu set mangkok keramik yang dihadiahkan toko kami.”

Pelayan toko itu berkata sambil melirik Marvel dan lainnya dengan ujung mata.

“Menjijikkan, demi menentang kami, bisa-bisanya kamu membeli pelayan toko ini.”

Tatapan Celine pada Tiano menjadi semakin hina, dia segera menarik pergi Marvel yang tercengang disana.

Marvel pun tidak percaya Tiano bisa mengeluarkan uang 400 juta dalam seketika, dia juga yakin Tiano sudah sepakat dengan pelayan toko itu.

“Sayang, untung saja aku sudah meninggalkan orang ini sejak awal, sungguh tidak menyangka dia akan seperti ini.”

Celine menggandeng tangan Marvel sambil berkata dengan mesra.

Suasana hati Marvel sangat rumit, segera melepaskan tangan Celine darinya.

“Sayang, jangan marah! Kamu akan selalu memiliki kesempatan untuk membereskan Tiano.”

Melihat ekspresi panik pada wajah Celine, dalam hati Tiano merasa sangat puas.

Bab 6

Setelah Celine dan yang lain pergi, tiba-tiba ponsel Tiano Lin berdering.

“Putraku, apa kesehatanmu sudah membaik? Aku mendengar dari ibumu bahwa kamu dirawat inap di rumah sakit. Jadi aku segera menghubungimu.”

Suara pria tersebut membuat hati Tiano Lin menghangat.

“Ayah, aku baik-baik saja. Sekarang sudah jauh lebih baik.”

Tiano Lin berbicara sambil tersenyum.

“Aku dan ibumu sudah kurang lebih mengerti situasimu. Sekarang orangtua kandungmu sedang mengantar kamu ke kota. Dalam waktu dekat sudah bisa bertemu denganmu.”

Penelepon di ujung sana merupakan orangtua yang sudah mengasuh dia selama 20 tahun. Meskipun dia terkesan datar jika mengungkit masalah ini, tetapi di dalam hati Tiano Lin, masalah ini memiliki dampak yang besar baginya.

“Putraku, akhirnya sekarang kamu sudah menemukan orangtua kandungmu. Kami sangat bahagia untukmu, kamu sudah hidup susah bersama kamu puluhan tahun, benar-benar sudah menyusahkanmu.”

“Aku tidak pernah berpikir seperti itu. Selama 20 tahun ini, kalian sudah memberikan barang-barang terbaik kepadaku. Kalian sudah membiayai aku untuk berkuliah, aku sudah sangat puas.”

Suara Tiano Lin tercekat.

Dia tidak membenci siapa pun, dia hanya menyalahkan takdir yang mempermainkan orang-orang.

“Jika begitu, kamu istirahat terlebih dahulu, biaya telepon sangat mahal, tunggu kami sampai, aku akan menghubungimu kembali.”

Pihak penelepon berbicara dua kalimat, lalu memutuskan panggilannya.

Vickie Chu berjalan kemari sambil memegang ponsel.

Tadi dia melihat kedua orang mencari Tiano Lin, dia mengira mereka berdua merupakan teman Tiano Lin sehingga dia tidak menghampirinya.

“Tuan Muda, barang yang Anda inginkan sudah disiapkan, sekarang aku membawamu memilih dua buah pakaian.”

Vickie Chu tidak mempedulikan apakah Tiano Lin mengiyakannya atau tidak, dia langsung membawanya ke toko pakaian di lantai lain dan mengambil asal sebuah pakaian untuk Tiano Lin.

Penilaian Vickie Chu sangat bagus, dalam sekali pilih dia menemukan pakaian yang cocok untuk Tiano Lin. Setelah berganti pakaiannya, Tiano Lin terlihat lebih bersemangat.

Keluar dari pusat perbelanjaan, Vickie Chu mengendarai mobil, mengantar Tiano Lin hingga ke depan gerbang sekolah.

“Tuan Muda, kesehatanmu belum pulih sepenuhnya, jadi jangan olahraga yang terlaru berat. Besok di waktu yang sama, aku akan tepat waktu menjemputmu.”

Setelah memberi dua patah pesan, Vickie Chu mengendarai mobil dan pergi.

Tiano Lin merasa sedikit gejolak emosi di dala hatinya sambil melihat wanita cantik yang pergi menjauh.

Kehidupan seperti ini memang sangat menakjubkan.

“Yo, bukannya ini orang kaya? Cara berpakaiannya juga lumayan, seperti bersiap-siap ingin memancing wanita kaya ya!”

Sebuah mobil berhenti di depan gerbang sekolah, Alvis Zhang dan Celine turun dari mobil.

Baru saja berkonflik dengan mereka dan sekarang mereka kembali bertemu, Tiano Lin merasa tidak senang.

“Terserah kalian ingin berpikir seperti apa.”

“Lumayan juga, bisa diasuh oleh wanita kaya juga bukan masalah yang buruk, setidaknya kamu masih memiliki manfaat, hahaha~”

Alvis Zhang menarik Celine untuk pergi dengan senang.

Tiano Lin sendirian kembali ke asramanya.

Baru saja sampai di depan pintu, terdengar keributan dari dalam.

Teman pertama yang duduk tepat di seberangnya sedang menatap kosong ke jendela.

Teman kedua sedang bermain permainan dengan tidak fokus.

Hanya kondisi teman ketiga yang terlihat sedikit lebih baik, tetapi terlihat seperti memiliki masalah

“Ada apa? Mengapa begitu aku kembali ke asrama, aku merasa suasananya sangat muram?”

Tiano Lin tidak merasa tidak senang sedikit pun, hanya saja dia sudah lelah.

Teman pertama beranjak setelah melihat dia dan menepuk pundak dia.

“Ada sebuah masalah, aku sedang berpikir apakah seharusnya memberitahumu atau tidak.”

Tiano Lin kebingungan, “untuk apa rahasia-rahasiaan seperti ini, katakan saja jika ada yang ingin dikatakan.”

Beberapa orang itu saling menatap satu sama lain, mereka sedang kebingunan apakah ingin membuka suara atau tidak.

Teman pertama, Yulius Zhang mengusap Sony Song di sampingnya, “Sony, kamu saja yang katakan masalah ini.”

Sony Song itu sedikit tidak bersedia, tetapi dia khawatir melihat Tiano Lin, dan dia melirik samar-samar ke tanaman di balkon.

“Tiano Lin, dua hari yang lalu aku melihat Celine sedang bersama Alvis Zhang~”

Tiano Lin mengerti apa yang ingin dia ucapkan. Sebelum Sony Song itu selesai berbicara, dia sudah memutuskan perkataannya.

“Tidak perlu dilanjutkan, aku sudah mengetahui masalah ini.”

Setelah selesai berbicara, Tiano Lin menghirup nafas dengan dalam, dan membuat ekspresi yang sangat muram.

“Tiano Lin, tidak apa-apa. Wanita itu bagaikan pakaian yang bisa diganti kapan saja. Kita tidak perlu bersedih karena hal itu.”

Teman pertama, Yulius Zhang melangkah maju dan membujuknya.

“Aku tahu, sejak awal memang tidak mungkin dapat bersama dengannya. Lupakanlah, masalah yang telah berlalu.”

Mendengar perkataan Tiano Lin, mereka merasa Tiano Lin sengaja berkata seperti itu agar mereka tidak khawatir.

“Oh iya, aku mempersiapkan hadiah untuk kalian.”

Tiano Lin segera mengeluarkan harta yang dia sembunyikan di dalam tubuhnya dan menaruhnya di atas meja.

Ketiga kawan tersebut tertegun, mereka tertarik dengan harta Tiano Lin.

“Tiano Lin, jangan-jangan ini karya khas keluargamu?”

“Haha, kelihatannya memang sangat mirip dengan kemasan ponsel!”

Beberapa orang itu menatap satu sama lain sambil tersenyum, tidak ada yang peduli dengan isi yang di dalam kemasan tersebut.

Tetapi setelah mereka membuka kemasan tersebut, mereka tertegun melihat tiga buah ponsel Apple terpapar di depan mereka.

“Wow!”

Sony Song memukul wajahnya sebanyak dua kali karena mendapatkan hadiah semahal ini.

Selanjutnya mereka bertiga melihat ke arah Tiano Lin yang tidak bersuara sejak tadi.

Mereka mengetahui kondisi Tiano Lin, dia tidak mungkin mampu membeli ponsel Apple seperti ini, bahkan sekaligus membeli tiga buah bukan satu buah.

Yulius Zhang memberikan kode agar mereka menaruh kembali ponsel tersebut, lalu memberikan kantong tersebut kepada Tiano Lin.

“Sobat, kami tahu kamu sulit lepas dari bayangan Celine. Tetapi mencuri merupakan sebuah tindakan kriminal, jika ada masalah beritahu kepada kami, kamu jangan melakukan hal seperti ini demi seorang wanita!”

“Betul, sebaiknya segera mengembalikannya, kamu tidak menyentuh barang tersebut. Selama kamu jujur, sang pemilik tidak akan menyusahkanmu, karena kita masih pelajar. Nanti kami akan membawamu pergi bermain, untuk merilekskan perasaanmu.”

Teman ketiga, Cedric Lee yang berbicara.

Perkataan sobat-sobatnya ini membuat Tiano Lin sedikit terharu. Setelah berinteraksi selama ini, hanya mereka yang memperlakukan dia dengan tulus.

Dia tersenyum dengan tidak berdaya.

“Sobat-sobatku, kalian tenanglah. Akhir-akhir ini rumah lamaku dibongkar, biaya pembongkaran dibiayai oleh pemerintah. Uang untuk membeli ponsel ini dari uang sakuku, sebagai ucapan terima kasih atas perhatian kalian selama ini.”

Beberapa sobatnya ini masih tidak percaya.

“Gunakan sesuka kalian. Jika memang bermasalah, apakah aku masih bisa berada di depan kalian dengan keadaan baik-baik saja?”

Melihat Tiano Lin tidak seperti sedang berbohong, mereka pun bersorak dan mengambil ponselnya.

Bab 7

Setelah Yulius Zhang mengutak atik ponsel barunya, tiba-tiba dia bertanya kepada Tiano Lin.

“Apakah Celine mengetahui rumahmu yang dibongkar?”

“Tidak tahu, ketika aku bersiap-siap ingin memberitahunya, dia sudah terlebih dahulu memberitahuku sebuah kabar yang tidak pernah aku sangka.”

Yulius Zhang merasa dirinya seharusnya tidak mengungkit masalah ini di saat ini, dia terlihat tidak berdaya.

“Wanita ini terlalu sombong, jika tidak apakah dia perlu mendekati Alvis Zhang?”

Sony Song menyindir.

“Juga tidak boleh berbicara seperti itu, karena bagaimanapun juga Alvis Zhang bukan orang biasa, keluarga dia memiliki harta yang tidak bisa dibandingkan oleh kita.” Cedric Lee berkata dengan tidak berdaya.

“Tetapi ini adalah hubungan, tentu saja berbeda. Bagaimana perasaan Tiano Lin terhadap Celine? Dia bahkan bisa mengukir nama wanita itu pada tangannya.”

Yulius Zhang menyela pembicaraan.

Melihat mereka berbicara di sana, hati Tiano Lin merasa rumit.

Jika memberitahu mereka kenyataannya, apa yang akan terjadi?

“Kita jangan membahas ini kembali, selagi senang, kita bantu Tiano Lin mengusir kesialan. Kita adakan sesuatu di pintu belakang lalu pergi bernyanyi.”

Yulius Zhang tiba-tiba memberikan ide.

Setelah mendengarnya, beberapa orang langsung menyetujuinya.

Di pintu belakang sekolah, terdapat sebuah jalur kuliner. Bukan hanya harganya yang murah, rasanya pun sangat nikmat. Tempat itu merupakan tempat favorit anak muda.

Setelah melakukan beberapa hal sepele, beberapa orang dengan senang hati pergi ke pintu belakang, menemukan toko, duduk di bangku rendah hati, dan menyiapkan barbekyu.

Yulius Zhang menenteng satu dus bir, dia berjalan dengan terhuyung-huyung.

“Hari ini aku yang akan mentraktir kalian, hari ini kita akan berpesta, semoga Tiano Lin bisa mendapatkan kekasih yang lebih cantik dibandingkan Celine!”

Setelah mereka mendengar, mereka mengangkat bir yang berada di tangan dan meminumnya.

Tiano Lin tiba-tiba teringat perkataan Vickie Chu bahwa dirinya tidak boleh meminum bir.

Tetapi hari ini, dia sangat senang.

“Tiano Lin, kamu sekarang juga sudah termasuk orang kaya. Tetapi ada suatu hal yang harus aku ingatkan kepadamu, kita menjadi orang harus baik, tidak boleh karena kita memiliki banyak uang, kita menjadi seperti Alvis Zhang si brengsek itu, pada saat itu kamu jangan menyalahkan kami jika kami memotong kamu!” Yulius Zhang berkata.

Yulius Zhang yang mereka sekelas, dan sering ditindas.

“Bukannya hanya mengandalkan karena memiliki mobil pribadi, dia pun sengaja berputar-putar di sekolahan untuk pamer.”

Sony Song bergumam dengan marah, dia mengigit dua gigitan dan menelannya.

“Berapa harga mobil milik dia itu?”

Tiano Lin bertanya dengan ekspresi kebingungan.

“Tidak tahu, dengar-dengar lebih dari 300.000 yuan.”

Melihat ekspresi Tiano Lin yang serius, Sony Song terbatuk.

“Jangan-jangan kamu juga ingin membeli satu? Ini tidak mungkin terjadi, ayah dia itu memiliki koneksi, sedangkan kamu tidak akan mudah untuk mendapatkan uang.”

Cedric Lee melanjutkan: “benar, sudah mau lulus lebih baik menggunakan uang ini untuk membuat usaha kecil-kecilan dibanding untuk berfoya-foya.”

Tiano Lin tersenyum.

Dia sadar dengan keadaannya saat ini, dia sedang mengantongi satu miliar di sakunya, tentu saja mobil dengan harga ratusan ribu tidak ada artinya.

Tetapi karena kawan-kawannya takut dia terburu-buru, dan mereka berniat baik membujuknya, Tiano Lin pun menghilangkan pemikiran ini.

Setelah selesai makan barbekyu, mereka pun mencari kendaraan dan pergi ke KTV di daerah sekitar.

Setelah naik ke atas kendaraan, Sony Song mengusap Tiano Lin dengan cemas.

“Tiano Lin, kamu jangan melakukan hal bodoh ya. Jika tidak kami tidak akan menganggapmu.”

“Tidak, tidak. Sekarang saja aku tidak bisa mengendarai mobil, untuk apa membuang-buang uang tersebut.”

Mendengar perkataan Tiano Lin, mereka akhirnya merasa lega.

Kendaraan dengan cepat sampai di depan KTV, mereka membayar tagihan dan naik ke lantai atas.

Mereka memesan ruangan berukuran sedang dan mulai bernyanyi.

Setelah bersenang-senang, tiba-tiba ada beberapa uang merasa sedih, karena pertemuan mereka akan semakin sedikit karena kelulusan yang sudah semakin dekat.

Mereka berempat berdekatan, lagu-lagu bertema persaudaran diulang terus menerus.

Setelah kelelahan karena bernyanyi, Cedric Lee beranjak dan berkata pergi mengambil dua dus bir untuk melanjutkan acara minumnya.

“Sebaiknya aku saja yang pergi.” Tiano Lin menahan Cedric Lee yang sudah beranjak berdiri.

Cedric Lee menangguk-anggukkan kepalanya, Tiano Lin pergi keluar.

Begitu sampai di resepsionis, Tiano Lin berkata ke arah resepsionis.

“Nona permisi, apa merk arak termahal di sini?”

“Royal Salute, 8000/dus. Jika membeli lebih banyak, harganya akan lebih murah.”

Tiano Lin tersenyum, segera memesan dua dus.

Resepsionis sedikit terkejut, sangat sedikit ada pelajar yang berinisiatif membeli arak sebanyak itu. Sedangkan pemuda di depannya ini tidak terlihat seperti orang yang memiliki banyak uang.

“Oh iya, masih ada permintaan kecil yang perlu kamu bantu. Ketika nanti akan mengantarkan arak, kamu katakan saja ini merupakan pemberian toko.”

Resepsionis tidak mengerti, tetapi karena ini merupakan permintaan pelanggan, dia pun mengiyakannya.

Dengan cepat, pegawai memindahkan dua dus arak ke dalam ruangan Tiano Lin.

Tiano Lin datang terlambat, begitu sampai di depan pintu ruangan, dia mendengar suara nyanyian Sony Song yang memekakkan telinga, Dia pun tidak bisa menahan ketawaannya dan bersender pada tembok lorong dan memainkan ponselnya.

Dikarenakan bukan merk ponsel murahan, Tiano Lin menjadi pusat perhatiaan dimata wanita-wanita cantik yang lewat di sana.

Sosok wanita cantik tiba-tiba muncul di depannya, sepasang mata terus menatapnya.

“Pria tampan, apakah ada api?”

Wanita cantik itu bersender kemari sambil memegang sebatang rokok sambil bertanya ke arah Tiano Lin.

Tiano Lin tertegun, dia pun mengeluarkan korek api dari sakunya.

Meskipun dia jarang merokok, tetapi dia selalu membawa korek api.

“Merk ponselmu lumayan, tetapi korek api ini terlihat tidak cocok.”

Wanita itu tersenyum dan melempar korek api tersebut ke arah Tiano Lin.

Paras wanita ini sangat cantik, dalam kecantikannya terdapat kedewasaan dan seksi.

Tiano Lin tidak bisa menahan untuk tidak melirik ke arah bawah dia.

Kelihatannya bukan hanya wajahnya saja yang seksi, tetapi lekuk tubuhnya membuat Tiano Lin sedikit tidak bisa menahan diri.

“Apakah ingin mencicipinya?”

Setelah wanita itu berbicara, dia mengeluarkan rokok dari mulutnya.

Terdapat bekas lipstik wanita itu pada batang rokok tersebut.

Tiano Lin merasa sedikit bersemangat, dia ingin mengambilnya tetapi tidak berani.

Setelah dia tertegun selama beberapa detik, dia menjulurkan tangannya dengan pelan, ketika baru saja ingin memegang batang rokok wanita tersebut, rokok tersebut ditarik kembali oleh dia.

Bab 8

“Keraguanmu, membuatku kehilangan kesabaran.”

Wanita itu menaikkan alisnya, gerakan menggodanya itu membuat jantung Tiano Lin berdetak cepat.

Tiano Lin tidak bersuara, hanya tertegun di sana seperti sebatang kayu.

Wanita itu melihat ke arah ponsel Tiano Lin, dia merebut ponselnya di saat Tiano Lin tidak memperhatikannya.

“Kamu…….”

Tiano Lin tertegun, dan melihat wanita itu mengutak-atik ponsel miliknya.

Dia membuka aplikasi Wechat Tiano Lin, dan memencet pilihan penambahan teman, setelah memasuki nomornya, lalu dia menggunakan Wechat Tiano Lin untuk mengirim permintaan pertemanan ke pihak lain.

“Tidak perlu terburu-buru, aku akan menerima permintaan pertemananmu nanti.”

Wanita itu tersenyum, Tiano Lin bahkan tidak bisa mengatakan sepatah kata pun dengan senyumannya yang menarik ini.

Dengan cepat, wanita itu mengembalikan ponselnya kepada Tiano Lin, setelah meliriknya, dia pun pergi meninggalkannya.

“Memang wanita yang aneh.”

Tiano Lin masih tertegun di posisi awal.

Kembali ke pintu ruangan KTV, dia melihat Cedric Lee sedang berteriak sambil memegang mikrofon, Yulius Zhang sedang duduk di atas sofa sambil berbicara dengan wanita-wanita di sampingnya.

Sony Song melirik ke arah Tiano Lin, dia pun menariknya ke sudut ruangan untuk berbicara.

“Tiano Lin, beberapa ini merupakan teman dari adik perempuan Yulius Zhang, dengar-dengar merupakan jurusan menari, semuanya berkulit putih dan berkaki jenjang. Harus lihat kemampuanmu apakah bisa menggaet salah satu dari mereka.”

Tiano Lin melihat ke arah sana.

Selain wanita cantik yang duduk di tengah yang sedang berbicara dengan Yulius Zhang, sisa dua wanitanya, sedang bermain ponsel Apple yang ada di tangannya.

Meliriknya sekilas, Tiano Lin merasa wanita di tengah merupakan yang tercantik.

Dengan rambut pendek yang indah, matanya yang berair seperti tetesan air merembes keluar. Dia mungil, tapi tetap seksi dan sempurna.

“Kamu memilih dia?”

Sony Song sudah mengetahui pilihan dia melalui tatapan Tiano Lin.

Tiano Lin tidak bersuara, ekspresinya sedikit rumit.

“Itu adalah adik sepupu Yulius Zhang, dengar-dengar masih berstatus lajang, jika kamu memang ingin berkenalan dengannya, berinisiatiflah sedikit.”

Selesai berbicara, Sony Song langsung mendorong Tiano Lin dengan sekuat tenaga. Tanpa persiapan apa pun, Tiano Lin datang begitu saja di depan tiga wanita cantik.

“Tiano Lin, kebetulan sekali aku perkenalkan kepadamu. Ini adalah adikku, Xeria Ling. Mereka berdua adalah teman baiknya, di sebelah kiri bernama Monica Zhao dan yang sebelah kanan bernama Anna.”

Tiano Lin mendengar Sony Song berkata bahwa mereka merupakan jurusan menari, begitu melihat dari jarak dekat, memang sangat sempurna, bentuk tubuhnya sangatlah bagus.

“Hai, aku Tiano Lin.”

Tiano Lin tersenyum dan berinisiatif menjulurkan tangannya.

Dua wanita yang berada di samping hanya melirik sekilas ke arah Tiano Lin, tanpa berbicara apa-apa pun menundukkan kepala dan terus memainkan ponselnya. Hanya yang duduk di tengah, Xeria Ling mengulas senyum ke arah Tiano Lin.

“Aku Xeria Ling, pada awalnya aku datang bermain bersama teman-temanku. Kebetulan bertemu kakakku jadi aku kemari untuk duduk-duduk.”

Setelah selesai memperkenalkan diri, seketika suasana menjadi canggung.

Kedua wanita yang duduk di samping Xeria Ling sudah merasa kesal, sebenarnya mereka tidak ingin datang ke tempat seperti ini. Hanya saja mereka mengiyakannya karena memberi Xeria Ling sebuah ‘wajah’.

Tiano Lin bukanlah orang bodoh, dia dapat melihat ini merupakan ide Yulius Zhang, dirinya tahu dia ingin membantunya keluar dari fase putus cinta maka dari itu dia pun memanggil adiknya untuk membawa beberapa orang kemari.

Tetapi sekarang kelihatannya, beberapa wanita ini tidak tertarik sama sekali kepada mereka.

“Kamu lihatlah, Tuan Muda Marvel sedang membuat pesta, jika tahu lebih awal, sebaiknya kita pergi ke sana saja.”

Monica Zhao bermain dengan ponselnya dan memandang dengan iri lingkaran pertemanan Marvel.

“Dia begitu kaya, acara kecil-kecilan seperti ini tentu tidak ada artinya bagi dia.”

Anna yang berada di sampingnya menambahkan beberapa kata.

“Aish! Iri sekali! Dia sekarang merupakan kekasih Celine. Setelah Celine lulus, dia sudah akan menjadi Nyonya Muda.”

“Kecilkan suaramu, Tiano Lin ini merupakan mantan kekasih Celine, dia masih belum tahu, dia sudah diselingkuhi oleh Celine.”

“Hahaha, benarkah? Sudah tertebak melihat penampilan pria ini seperti pria tidak berguna. Tetapi, menurutku pria seperti ini sangat layak diselingkuhi.”

“Kurangi perkataan kalian, kita semua adalah teman, tidak baik mengatai orang lain seperti itu.” Xeria Ling yang berada di sisi samping membujuk mereka.

“Siapa yang berteman dengannya? Kamu yang memaksa kami datang kemari, apa gunanya berteman dengan kecoak seperti mereka, sangat memuakkan.”

Sebenarnya suara pembicaraan beberapa wanita ini tidaklah kencang, tetapi kebetulan sedang pergantian lagu, suasana sedang hening, sehingga semuanya terungkapkan.

Yulius Zhang tertegun, sambil mengenggam dadu di tangannya, wajahnya memerah dan tidak berbicara sepatah kata pun.

Xeria Ling merasa sedikit bersalah, karena bagaimana pun dialah yang membawa mereka datang kemari, sungguh jelek mengatakan sesuatu yang menyinggung orang pada acara seperti ini.

Hanya saja Xeria Ling memperhatikan ekspresi Tiano Lin yang baik-baik saja setelah mengetahui hal ini merasa sedikit aneh.

“Maaf, perkataan teman–temanku tadi kelewatan. Aku mewakili mereka meminta maaf kepada kalian, semoga kalian tidak menyalahkan mereka.”

Xeria Ling berjalan ke depan Tiano Lin sambil berbicara dengan tulus.

Belum menunggu Tiano Lin berbicara, kedua teman di sampingnya langsung marah.

Monica Zhao beranjak dan menarik Xeria Ling: “untuk apa kamu meminta maaf kepadanya? Ini merupakan kenyataan, apa yang perlu dimaafkan? Orang yang tidak tahu diri, mengapa tidak mencari tahu apakah dirinya pantas atau tidak.”

Anna tidak bisa menahan untuk menambahkan: “benar! Lagipula masalah Tiano Lin yang diselingkuhi tidak memiliki hubungan dengan kami, memang kenapa jika kami membicarakannya?”

“Sudahlah!”

Xeria Ling tidak mengerti mengapa temannya bisa mengucapkan perkataan tidak sopan seperti ini.

Dia melihat Tiano Lin, tatapannya penuh dengan perasaan bersalah.

“Tidak apa-apa.” Tiano Lin tersenyum, mengangkat segelas arak dan meminumnya.

Xeria Ling sudah mempersiapkan diri untuk menerima kemarahan, tetapi reaksi Tiano Li berada di luar dugaannya, dia tidak mengerti dan sedikit meremehkan Tiano Lin.

“Laki-laki murah hati merupakan suatu hal yang baik, tetapi setidaknya harus memiliki prinsip dirimu sendiri. Kamu bertindak begitu santai dalam hal semacam ini, alih-alih membuat aku menghargai kamu, melainkan membuat aku merasa kamu sangat menjijikkan karena kamu bahkan tidak menghargai hubungan dirimu sendiri. ” Xeria Ling mengambil botolnya sendiri: “aku seharusnya tidak meminta maaf kepada kamu, orang-orang seperti kamu tidak pantas berteman denganku.”

Bab 9

Selesai berbicara, Xeria Ling menatap Tiano Lin dengan tidak senang.

Dia merasa pria ini jauh lebih tidak berguna dibandingkan dengan perkiraan dia.

“Melody, kita tidak perlu menghiraukan orang seperti dia, dari ujung kepala hingga ujung kakinya, dia merupakan orang yang tidak berguna. Hari ini ketika melihat Marvel memeluk Celine lewat di depan dirinya, dia bahkan tidak berani membuang gas!” Monica Zhao berbicara sambil tersenyum puas.

Perkataan ‘orang tidak berguna’ ini sangat menusuk di hati Tiano Lin. Dia meletakkan botol dan melihat ke arah Xeria Ling sambil tersenyum dingin.

“Jika aku pergi makan bersama kekasihku, lalu bertemu dengan preman yang sedang menggangu dia. Menurut kamu apa yang akan aku lakukan?”

“Orang sepertimu kemungkinan hanya bisa tersenyum ke arah pria cabul itu.”

Anna tersenyum mengejek.

Tiano Lin menggelengkan kepalanya.

“Salah, aku akan mengingatkan diriku untuk terus berusaha, lalu membawanya ke restoran yang bagus untuk kedepannya.”

Xeria Ling tidak tahu harus menangis atau tertawa.

Dia mengira Tiano Lin akan melakukan hal apa. Ternyata akhirnya dia hanya mengubah cara untuk berkompromi dengan orang lain.

“Apa tujuanmu berbuat seperti itu?”

“Sangat mudah, karena restoran yang bagus tidak akan muncul sampah seperti itu.”

Meskipun kata-kata Tiano Lin tampaknya relatif sederhana, tetapi perkataannya ibarat cermin tak kasat mata yang sedang mencerminkan dua wanita lainnya tersebut.

“Tiano Lin, jangan mengira aku tidak tahu maksud dari ucapanmu. Aku beritahu kamu, kamu sebaiknya berlutut dan meminta maaf kepada kami, jika tidak aku akan segera mencari orang untuk memukulmu!”

Monica Zhao marah, dia terus menatap Tiano Lin sambil berbicara.

“Jika kalian mengira aku sedang memarahi kalian, maka aku anggap serius ya.”

Sikap tak acuh Tiano Lin membuat beberapa wanita menjadi marah.

“Sialan, pengemis sialan. Hari ini aku akan mengajari kamu bagaimana cara berbicara bahasa manusia. Aku akan menelepon Kak Tio sekarang, biarkan dia yang menghabisimu!”

Kak Tio merupakan preman ternama, dia sering muncul di berbagai tempat untuk memancing mahasiswi yang sombong.

Nama dia sudah terkenal hingga ke penjuru sekolah, jadi sudah banyak yang tahu siapa itu Kak Tio

Xeria Ling menatap Monica Zhao dengan ekspresi terkejut.

“Sejak kapan kamu berhubungan dengan Kak Tio?”

Monica Zhao tidak menghiraukan dia, dia sibuk menelepon.

“Kalian jangan sembarangan, masalah ini kita sama-sama salah, jangan terlalu gegabah, Jika masalah ini di besar-besarkan, belum tentu kita bisa mengakhirinya.”

“Siapa yang takut!” Monica Zhao menyimpan ponselnya dan mencibir: “bagaimana pun caranya, aku ingin memberitahu kecoak ini siapa yang boleh dan tidak boleh disinggung!”

Xeria Ling tahu jika masalah ini di besar-besarkan, kemungkinan bisa mengambil nyawa seseorang. Jadi dia melihat ke arah Yulius Zhang dan yang lain berkata: “kak, kalian cepatlah pergi, selagi masih sempat.”

Yulius Zhang mencibir dan mematahkan cerutu di tangannya.

“Atas dasar apa? Perkataan dua wanita sialan itu begitu kurang ajar, kamu meminta kami untuk pergi? Kamu benar menanggap kami itu pengemis yang bisa ditindas seenaknya?”

Sony juga sudah tidak bisa menahannya, dia mengenggam asbak dengan ekspresi marah menatap ke arah dua wanita yang berada di samping Xeria Ling.

“Kami hari ini akan bertarung sekuat tenaga, terserah mau jadi seperti apa!”

Tiano Lin melihatnya dan hidungnya menjadi masam

Beberapa kawannya ini sangatlah setia.

Tiba-tiba pintunya ditendang hingga terbuka.

“Brak!”

Selanjutnya, pria yang memiliki bekas luka pada wajahnya berjalan masuk, di sisinya terdapat banyak puluhan anak buah.

“Siapa yang menindas kamu?”

Kak Tio mendekati Monica Zhao dan bertanya.

“Kak, pria ini.”

Monica Zhao dengan cepat menunjuk Tiano Lin.

Kak Tio mencibir dan melambaikan tangannya.

“Potong tangan dia, dan sisanya patahkan saja kakinya.”

Beberapa preman tersenyum jahat ke arah Tiano Lin dan yang lain.

“Sialan, siapa yang berani mendekat!”

Tanpa basa basi, Cedric Lee langsung memecahkan botol arak dan mengarahkannya ke arah beberapa preman.

“Menarik, keras kepala juga ya kamu.”

Kak Tio menyalakan cerutunya dan bersender malas ke sofa.

“Aku beritahu kalian, patah kaki hanyalah luka luar, beberapa bulan kemudian akan pulih. Jika ingin benaran, aku jamin kalian akan lebih mengenaskan.”

“Kami tidak takut mati, jika kalian berani, majulah.”

Yulius Zhang langsung melindungi Tiano Lin di belakang tubuhnya ketika sedang berbicara.

Xeria Ling merasa keadaannya sudah tidak terkontrol, dia segera mendekati Monica Zhao.

“Monica Zhao, aku mohon padamu, sudahi saja masalah ini, semuanya merupakan teman sekolah.”

Xeria Ling mengetahui masalah ini juga merupakan tanggung jawab dia jika masalah bisa menjadi seperti ini. Dia tidak ingin melihat kakaknya sendiri dan teman-temannya dihabisi oleh Kak Tio.

Monica Zhao tidak bersuara melainkan Kak Tio yang tersenyum.

“Kamu pasti Melody bukan?”

Kak Tiao menatap Xeria Ling dengan tatapan mengagumi.

Sejak awal dia sudah mengetahui dari mulut Monica Zhao bahwa Xeria Ling merupakan wanita cantik. Kak Tio yang sudah pernah mencicipi banyak mahasiswi mana mungkin melewatkan wanita cantik begitu saja.

Xeria Ling sedikit terkejut, dia tidak tahu mengapa Kak Tio bisa mengenali dirinya, bahkan panggilannya begitu mesra.

Dia melihat sekilas ke arah Monica Zhao, wajahnya dipenuhi dengan rasa takut. Tetapi dia tetap menggertakkan giginya dan berkata: “Kak Tio, masalah ini tidak ada apa-apanya, kamu bermurah hati ya, lepaskan mereka.”

Kak Tio terus menatap Xeria Ling, dan menaruh cerutu yang ada di tangannya: “boleh, aku setuju.”

“Benarkah?” Xeria Ling menghela nafas lega, terlihat sedikit bersemangat.

“Boleh jika melepaskan mereka, tetapi kita harus berbicara. Begini saja, di lantai atas ada ruangan, di dalamnya sangat nyaman. Kamu naik bersamaku untuk berbicara, jika pembicaraan kita berakhir baik, aku akan melepaskan mereka.”

Wajah Kak Tio menyeramkan, Xeria Ling langsung dapat mengetahui tentu tidak akan semudah itu.

“Brengsek, memangnya kamu itu apa!”

Yulius Zhang yang sedang mengenggam botol arak langsung memukulnya ke kepala Kak Tio, seketika berdarah.

“Sialan, bunuh mereka!”

Kak Tio menjadi marah, dia menepuk meja dengan kencang dan berteriak kepada anak buahnya.

Sony Song baru saja bersiap-siap untuk memukul kepala Kak Tio sekali lagi, baru saja mengangkat botol arak, dia sudah tengkurap di lantai.

Para preman menyerbu datang seperti orang gila, mereka memegang tongkat dan memukul Sony Song dengan kencang.

“Sialan, berani-beraninya kamu menyentuh kepala aku.”

Di tengah kekacauan, Kak Tio merebut sebuah tongkat dari anak buahnya dan memukul punggung Yulius Zhang dengan kencang.

Yulius Zhang tidak sempat menghindar karena sedang berkelahi dengan preman lain, tubuhnya menjadi sakit setelah dipukuli Kak Tio.

Kak Tio baru saja bersiap-siap untuk kembali memberi sebuah pukulan, Cedric Lee datang kemari dan memeluk Kak Tio dengan sekuat tenaga.

Bab 10

Lengan Kak Tio ditahan, sehingga tubuhnya tidak dapat digerakkan.

Dia berusaha melepaskan pelukan Cedric Lee, tetapi kekuatan Cedric Lee terlalu besar, sehingga dia tidak dapat melepaskannya.

Cedric Lee berbalik ke samping, dan keduanya jatuh ke lantai bersama-sama.

Cedric Lee memanjat dan memukul wajah Kak Tio dengan kencang.

Kak Tio tidak menyangka beberapa mahasiswa ini tidak takut kehilangan nyawa ketika sedang berkelahi.

Tetapi meskipun begitu, jumlah mereka tidak dapat menandingi jumlah anak buah preman tersebut.

Cedric Lee yang sedang berada di atas Kak Tio terkena pukulan botol pada wajahnya dengan cepat dia tidak tersadarkan diri di lantai.

Tiano Lin sedang berkelahi dengan beberapa preman, dia ingin menolong temannya sendiri, tetapi karena kalah jumlah, dengan cepat dia sudah terkapar di lantai dan dipukuli oleh beberapa preman.

Keadaannya sangat kacau, Tiano Lin dan yang lain tidak memiliki tingkat keberhasilan yang besar.

“Sialan, potong semua tangan mereka sekarang!”

Kak Tio berteriak sambil memegang kepalanya yang sakit.

Di saat ini juga, Tiano Lin yang tidak tauh sejak kapan sudah berdiri, tiba-tiba melompat keluar. Di saat semua orang tidak menyadarinya, dia menggunakan asbak yang ada di atas meja dipukulkan ke wajah Kak Tio.

“Plak!”

Dengan tenaga sekencang ini, segera meninggalkan bekas pada wajah Kak Tio. Lalu, seketika pandangan Kak Tio menggelap, hampir saja dia akan terjatuh pingsan.

“Sialan, sekarang juga putuskan kaki dan tangan cecunguk ini!”

Para preman tidak lagi bersungkan, mereka mengeluarkan pisau yang disembunyikan di dalam tubuh mereka.

Di saat ini juga, terdengar suara sirene polisi dari luar, bersamaan dengan langkah kaki yang rapi, selusin polisi bersenjata lengkap dengan pistol menunjuk kek arah mereka: “jangan ada yang bergerak, siapa pun tidak boleh bergerak.”

Keadaan ini membuat Xeria Ling dan teman-temannya menjadi pucat.

Xeria Ling sudah tidak bisa mempedulikan begitu banyak, dia segera membuka suara ke arah polisi.

“Pak Polisi, ada yang membuat onar di sini.”

Ketua regu mengangguk-anggukkan kepalanya dan memerintah anggota regu di sisinya untuk menangkap para preman tersebut dan Tiano Lin beserta teman-temannya yang sudah terkapar di lantai.

“Membawa pisau dan perkelahian, sangat membahayakan keamanan publik.”

Setelah selesai berbicara, sang ketua mengarahkan pistol ke arah Kak Tio dan anak buahnya.

“Kak, Kak kamu jangan menembak, kami hanya bermain-main.”

Ketua regu dengan ekspresi serius berkata.

“Semuanya dibawa pergi!”

Pusat Penahanan di Kota A.

Tiano Lin menekan kepalanya dan bertanya dengan suara pelan kepada polisi di depannya.

“Pak polisi, apakah teman-temanku baik-baik saja?”

Polisi menghela nafas dengan tidak berdaya: “sebaiknya kamu mencemaskan dirimu terlebih dahulu. Bahkan membawa pisau melukai orang lain, jika kamu tidak mengatakan dengan jelas siapa yang memukuli kepalamu itu, kalian satu pun tidak ada yang bisa pergi meninggalkan tempat ini!”

“Aku sudah mengatakannya, ini aku yang memukulnya sendiri. Tidak ada hubungan dengan teman-temanku.”

Tiano Lin berbicara dengan serius.

“Jangan mengakui dengan terburu-buru, kalian berempat semuanya berbicara seperti itu. Aku beritahu kalian, tidak peduli betapa baiknya hubungan kalian, sekarang semuanya ada maksud saling melindungi. Tunggu hingga hasil laporan keluar, kami akan memberikan kalian jawaban yang pantas, yang harus dilepaskan akan kami lepaskan. Tetapi yang harus tetap tinggal, tentu harus tinggal!”

“Kami hanya melakukan perlindungan diri, pisau-pisau itu juga bukan kami yang membawanya, yang membuat keonaran juga bukan kami. Jumlah preman-preman itu ada puluhan orang, sedangkan kami hanya berempat. Jika memiliki keberanian pun tidak mungkin kami yang memulai perkelahiannya bukan?”

Tiano Lin merasa tidak senang sekarang, bahkan dia ingin mencari ibunya sendiri untuk menyelesaikan masalah ini.

Bagaimana pun juga, seseorang yang bisa memberikan satu miliar kepadaya, tentu tidak akan kekurangan koneksi dengan pegawai pemerintahan.

“Panggil Tiano Lin itu, untuk datang ke ruanganku.”

Saat ini, interkom polisi di samping tiba-tiba berdering.

Polisi menatap Tiano Lin dengan kebingungan, tetapi dia tidak berani melanggar perintah atasannya.

Mampu mendapatkan pasukan khusus untuk mengurusi masalah sepele seperti ini, benar-benar tidak tahu asal mula pemuda itu.

“Kamu ikuti aku.”

Polisi membuka pintu dan membawa Tiano Lin ke ruangan Kantor Kepala Polisi

Di dalam ruangan, ada dua wajah yang asing.

Seorang polisi yang sedikit gendut sedang tersenyum ke arah polisi lain yang berada di sisinya.

“Kepala Polisi, orangnya sudah dibawa kemari.”

Polisi yang membawa Tiano Lin segera pergi setelah mengucapkan beberapa kata.

Sebelum pergi, dia melihat sekilas ke arah pria yang ada di samping Kepala Polisi.

Orang yang bisa membuat Kepala Polisi tersenyum, tentu bukan orang sembarangan.

“Kepala He, orangnya sudah dibawa kemari. Aku keluar terlebih dahulu, jika Anda membutuhkan apa, panggil saja aku.”

Kepala Polisi yang gendut berbicara dengan hormat kepada pria paruh baya tersebut lalu pergi meninggalkan ruangan.

Setelah mengunci pintu ruangan, pria seperti panda yang berada di depan Tiano Lin tiba-tiba mengulas sebuah senyum hangat.

“Keponakanku, kemari dan duduklah.”

Tiano Lin bukanlah orang bodoh, dia sudah mengetahui kurang lebih ketika mendengar ucapan ‘Kepala He’ yang keluar dari mulut Kepala Polisi yang gendut itu.

Jika dia tidak salah menebak, pria ini kemungkinan merupakan adik laki-laki dari ayahnya.

Meskipun sudah mengetahui kabar tersebut, Tiano Lin tetap tidak berani bergerak.

Dia berdiri di sana dengan menggeliat, terlihat dengan jelas dia tidak tahu harus berbuat apa.

“Ada apa? Aku ini paman kandungmu, tidak mungkin semenakutkan preman-preman itu bukan?”

Ekspresi Mike He begitu bahagia.

Dia sudah mengurusi kantor polisi dalam jangka waktu yang cukup panjang, ini merupakan pertama kalinya dia bertemu dengan orang yang tidak berani berbicara dengannya.

“Aku hanya, hanya tidak tahu bagaimana memanggil kamu.”

Tiano Lin menjelaskan.

“Aku adalah Paman Ketiga kamu.”

Setelah Tiano Lin mendengarnya, dia segera mengucapkan panggilan paman ketiga, Mike He merasa sangat senang hingga mulutnya tidak dapat dikatupkan.

Dikarenakan banyak emosi yang tercampur aduk di tengah-tengah ini, sehingga membuat Mike He lebih bersemangat dibanding Tiano Lin.

Setelah mereka berdua terduduk, akhirnya Mike He sudah tidak dapat menahan perasannya.

“Aku benar-benar tidak menyangka dapat bertemu dengan keponakanku secara langsung. Selama bertahun-tahun ini, kepergianmu selalu menjadi sebuah hambatan di dalam hatiku yang tidak bisa dilalui.”

Tiano Lin dapat memahami perasannya karena dirinya dibawa pergi oleh penjahat, Mike He sebagai seorang polisi dan tidak bisa menemukan dirinya tentu saja dia memiliki tanggung jawab tersebut.

“Sangat bagus bisa bertemu denganmu. Aku tidak perlu kembali bersembunyi-sembunyi jika pergi ke rumahmu pada saat tahun baru.”

Mike He tidak dapat menahan air matanya ketika sedang berbicara.


Bab 11 - Bab 20

Bab Lengkap

The Campus Wealthy Son ~ Bab 1 - Bab 10 The Campus Wealthy Son ~ Bab 1 - Bab 10 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on October 25, 2021 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.