An Understated Dominance ~ Bab 2574

Bab 2574

 

Di dalam gua alam di Bukit Embercrest, Dustin melayang di udara, kaki disilangkan, mata terpejam dalam meditasi mendalam.

 

 

Lima bola cahaya mengitarinya dalam orbit yang stabil dan berirama. Setiap kali melewatinya, bola-bola itu melepaskan aliran tipis energi putih yang mengalir langsung ke tubuhnya.

 

Secara bertahap, cahaya lembut mulai terpancar dari kulit Dustin. Bermandikan cahaya, ia tampak hampir tembus pandang. Tubuhnya memperlihatkan jaringan jalur energi yang bersilangan di bawah permukaan.

 

 

Arus itu melonjak seperti aliran sumsum perak, mengalir berulang-ulang melalui jalur energinya. Dengan setiap lintasan, arus itu bertambah kuat—alirannya melebar, tekanannya meningkat.

 

Otot, daging, dan tulangnya juga berubah. Setiap bagian tubuhnya berubah bentuk dengan cara yang halus namun tidak dapat disangkal. Pada saat itu, ia sedang mengalami transformasi yang mendalam.

 

Seiring berjalannya waktu, keringat mulai menetes di kulit Dustin, dan wajahnya berubah kesakitan. Sebuah retakan halus muncul di kulitnya yang sebening kristal, tidak lebih tebal dari sehelai rambut.

 

Awalnya, retakan itu hampir tidak terlihat. Namun, saat ia menyerap lebih banyak esensi Drakon, retakan itu semakin banyak, menyebar lebih luas dan lebih dalam di sekujur tubuhnya.

 

Setengah jam kemudian, retakan menutupi setiap inci tubuhnya. Dia tampak seperti patung porselen yang disatukan dengan lem—rapuh dan mengerikan. Bahkan sentuhan sekecil apa pun bisa menghancurkannya.

 

 

Dustin mengerutkan kening sambil menarik napas perlahan dan hati-hati. Ia tahu ia telah mencapai batasnya.

 

 

Seperti yang diduga, esensi Drakon bukanlah sesuatu yang dapat diserapnya dengan mudah. Memaksakan esensi itu ke dalam tubuhnya dengan harapan bisa menembusnya adalah pertaruhan yang mematikan. Satu kesalahan langkah, dan dia akan meledak dari dalam ke luar dan hancur menjadi debu.

 

Namun kini tak ada jalan kembali. Dia harus menerobos, atau dia mati. Tak ada pilihan ketiga.

 

“Ayo. Sedikit lagi,” gerutu Dustin sambil menggertakkan giginya.

 

Dia menjaga aliran kultivasinya tetap berjalan dengan kekuatan penuh, mendorong dirinya untuk menyerap sebanyak mungkin esensi Dracan yang dia bisa.

 

Namun, jumlahnya terlalu banyak. Tidak peduli seberapa cepat ia menyempurnakannya, lebih banyak lagi yang membanjiri dalam gelombang yang tak berujung dan tak terhentikan.

 

Dustin menyingkirkan pikirannya yang mengganggu, memusatkan pikirannya, dan mempersiapkan diri untuk dorongan terakhir. Dia sudah sangat dekat, hanya setengah langkah lagi untuk menerobos.

 

Dia belum menguasai energinya, belum mencapai pemurnian penuh, tetapi dia tidak bisa bertahan lagi. Tubuhnya sudah hancur. Jika dia tidak mempertaruhkan segalanya sekarang, dia akan mati juga.

 

Ia menarik napas dalam-dalam dan memaksa aliran esensi Drakon masuk ke dalam tubuhnya, memadatkannya dengan segala yang dimilikinya. Saat ia melakukannya, retakan di kulitnya semakin dalam. Darah menyembur dari setiap retakan, membasahi tubuhnya dari kepala hingga kaki.

 

Namun Dustin tidak punya waktu untuk mengkhawatirkan rasa sakitnya. Sambil menggertakkan giginya, ia menyalurkan setiap ons kekuatan terakhirnya, mengarahkan esensi Drakon yang mengamuk ke setiap titik tekanan dan melalui kedelapan meridian yang luar biasa.

 

 

Suara gemuruh yang dalam bergema di dalam gua, bagaikan guntur yang membelah bumi.

 

Darah menyembur dari tubuh Dustin saat kulitnya robek hebat. Darah tidak menetes, tetapi menyembur keluar dari setiap luka.

 

Dia menghalangi rasa sakit dan memaksakan esensi Dracan melalui setiap saluran dan titik tekanan, tidak peduli apapun biayanya.

 

Ledakan lain merobeknya saat luka-luka baru meledak di seluruh anggota badan, dada, dan punggungnya saat bercak-bercak darah menyebar ke setiap inci tubuhnya.

 

Ia berada di ambang kehancuran. Setiap tarikan napasnya dangkal, hidupnya tergantung pada seutas benang. Namun, ia mengatupkan giginya dan melemparkan dirinya ke dalam satu serangan terakhir.

 

Dia akan berhasil atau mati saat mencobanya.

 

Bab Lengkap

An Understated Dominance ~ Bab 2574 An Understated Dominance ~ Bab 2574 Reviewed by Novel Terjemahan Indonesia on July 03, 2025 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.