Bab 2756
Dengan pengaruhnya di Sekte Furia,
dia tentu punya alasan kuat untuk berkata demikian.
"Mereka datang dengan niat baik,
bahkan membawa hadiah."
"Apa aku tertarik dengan hadiah
kecil mereka?"
Oza mendengus. "Suruh dia pergi
bersama hadiahnya!"
Setelah itu, dia melirik Aini yang
tampak ragu, lalu tersenyum. "Ayah akan segera kembali. Oh, ya, kali ini
Ayah membawakanmu pil yang luar biasa."
Aini langsung menyela, "Harganya
pasti mahal, ' kan?"
"Barang berkualitas memang
mahal, apalagi yang langka seperti ini."
Oza sempat terharu, tetapi segera
tersenyum penuh percaya diri. "Tenang saja! Begitu Ayah menemukan pembuat
pil itu dan menjalin hubungan baik dengannya, semua orang yang membuatku
menahan diri sekarang akan mendapat balasannya satu per satu!" Di sisi
lain, Aini hanya bisa terdiam, menghela napas, lalu berkata, "Baiklah, aku
akan menjemput Ayah di Formasi Teleportasi."
Setelah mengakhiri percakapan, Aini
melihat bayangan ayahnya menghilang dari layar, lalu bergegas keluar menuju
Formasi Teleportasi di belakang gunung Sekte Furia.
Di sepanjang jalan, para murid Sekte
Furia menyapanya dengan penuh hormat, memanggilnya kakak senior berulang kali.
Namun, dari tatapan mereka, Aini tahu bahwa selain rasa hormat, ada juga
kebencian yang terselip di sana.
Dia hanya bisa menghela napas dalam
hati dan bergumam, "Ayah ini, orang-orang yang Ayah buat kesal makin
banyak saja."
Oza memang terkenal sebagai orang
yang bertindak semaunya sendiri di Sekte Furia. Dia sering merampas sumber daya
bela diri dari para murid muda demi kepentingannya sendiri. Aini bukannya tidak
peduli, tetapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, Aini memilih
untuk membiarkannya saja.
Sayangnya, makin dia pasrah, ayahnya
malah makin kelewatan.
Aini tiba di gunung belakang sambil
larut dalam pikirannya. Di sana, beberapa murid berjaga di sekitar Formasi
Teleportasi. Begitu melihatnya, mereka segera memberi hormat. "Salam, kakak
senior Aini."
Aini membalas dengan senyum kecil dan
mengalihkan pandangannya ke Formasi Teleportasi. Dalam sekejap, cahaya
berkedip, memperlihatkan sosok pria paruh baya yang muncul dari dalam sana.
"Salam, Tetua Oza!"
Para murid di sekitar menunjukkan
rasa hormat mereka. Itu wajar saja, Oza adalah sosok paling berpengaruh di
Sekte Furia setelah pemimpin sekte!
"Haha, nggak perlu terlalu
formal."
Oza tampak dalam suasana hati yang
cerah. Dengan lambaian tangan santai, dia menatap Aini dan tersenyum.
"Aini, kamu datang di saat yang tepat. Ayo pulang, Ayah punya sesuatu yang
menarik untukmu."
Tanpa banyak basa-basi, Oza langsung
mengajaknya pulang, tak sabar memperlihatkan pil obat yang baru saja dibuatnya.
Namun, Aini tampak kurang
bersemangat. Dia hanya menatap Oza yang begitu antusias, menghela napas, lalu
berkata, "Ayah, apa bisa kita bicara sebentar?"
"Apa Ayah bisa berhenti menekan
keluarga Romli dan Saka?"
Begitu mendengar ini, Oza langsung
mengerutkan kening.
Aini melanjutkan perkataannya dengan
tenang, " Mereka memang genius dan punya potensi besar. Saat ini Ayah bisa
menindas mereka dengan kekuasaan, tapi suatu hari nanti, Ayah juga akan menua.
Apa Ayah pernah memikirkan bagaimana akhirnya nanti?"
Ekspresi Oza langsung dingin.
"Mereka sudah menyerang murid-muridku!" katanya dengan tegas.
Di sekitar mereka, beberapa murid
yang sejak tadi mengamati situasi langsung bersemangat mendengar perkataan Oza.
Salah satu dari mereka mencibir. "Kakak senior Aini, Anda terlalu memuji
mereka. Mereka mungkin berbakat, tapi cuma mereka yang bisa bertahan dan
berkembang yang benar-benar layak disebut genius!"
"Mereka bahkan belum mencapai
mater ilahi tingkat sembilan, tapi sudah berani cari masalah dengan Guru. Apa
lagi yang bisa diharapkan?"
"Ya, benar! Bukan cuma Jack dan
Saka, bahkan leluhur keluarga Romli pun harus tunduk pada Guru. Kenapa harus
repot-repot menghormati mereka?"
"Mereka cuma orang biasa dari
dunia fana, Kakak senior Aini, kamu nggak usah terlalu memikirkannya."
No comments: