Bab 2778
Tepat ketika Adelia pergi...
Di sisi lain, Oza sudah tiba di
kediaman keluarga Romli.
"Pak Saka, maafkan aku atas
ketidaknyamanan hari ini. Batu giok ini terbuat dari batu giok roh kualitas
terbaik, sebagai tanda ketulusan kecil dari saya. Harap diterima dengan
baik," ujar Oza sambil tersenyum ramah.
Dia mengeluarkan sebuah batu giok
yang indah dari kantong penyimpanan, meletakkannya di atas meja dan
mendorongnya ke arah Saka.
Saat itu, Jack yang duduk di samping
langsung menunjukkan tatapan penuh gairah.
Batu giok roh adalah produk khas
Dunia Roh yang kaya akan aura spiritual sehingga dapat mempercepat proses
kultivasi. Fungsinya bagaikan akselerator dalam berlatih. Selain itu, batu giok
roh juga memiliki nilai tinggi dalam perdagangan, setara dengan emas di dunia
biasa.
Batu giok roh dibagi menjadi empat
tingkatan yaitu terendah, menengah, tinggi, dan kualitas terbaik. Nilai antar
tingkatan berbeda hingga seratus kali lipat.
Sebagai murid seorang tetua, Jack
biasanya hanya menerima tiga ribu batu giok roh tingkat terendah dalam sebulan.
Namun, batu giok roh kualitas terbaik yang diberikan Oza ini bernilai setara
dengan satu juta batu giok roh tingkat terendah!
Bisa dikatakan, dalam sekejap Saka
telah menjadi seorang kaya raya di Dunia Roh.
Namun, Saka bahkan tidak melirik batu
giok roh kualitas terbaik itu. Dia hanya tersenyum tipis dan berkata,
"Tetua Oza benar-benar dermawan."
"Tapi aku pernah bertengkar dengan
muridmu. Kamu nggak marah?"
Oza menatapnya dengan serius dan
berkata, "Nggak marah. Dia yang berani menyinggung Pak Saka, itu memang
kesalahannya. Aku malah berterima kasih karena Pak Saka telah mengajarinya
pelajaran."
Saka tetap bersikap santai dan
bertanya lagi, "Aku juga pernah mempermalukanmu sebelumnya, kamu nggak
marah?"
Oza menggertakkan giginya dan
berkata, "Nggak marah. Sebelumnya itu memang salahku, aku nggak seharusnya
bertindak tanpa menyelidiki kebenarannya. Hidupku selama ini terlalu mulus,
jadi aku harus berterima kasih karena Pak Saka telah mengajarkanku cara
bersikap. Aku benar-benar berterima kasih!"
Dia memang terpaksa mengatakan ini.
Dengan harga dirinya yang tinggi, jika bukan karena putrinya, mana mungkin dia
bisa bersikap serendah ini kepada Saka?
Meskipun Saka adalah tabib ajaib yang
memiliki pil tulang akar, Oza sangat yakin bahwa dengan bakatnya sendiri, dia
bisa terkenal tanpa memerlukan pil itu. Namun, demi putrinya, dia terpaksa
menundukkan kepala.
"Kalau begitu, terima
kasih," balas Saka.
Lalu, Saka tersenyum ringan kepada
Oza yang wajahnya terlihat serius, lalu berkata, "Tapi mengenai hak
eksklusif pil tulang akar, aku tetap nggak bisa memberikannya padamu. Kalau
kamu mau, kamu bisa membelinya dari keluarga Romli."
Ekspresi Oza langsung berubah kaku.
Meskipun dia seorang tetua dan
memiliki penghasilan besar, sebagian besar sumber dayanya telah ditukar dengan
obat-obatan dari Sekte Dokter Surgawi. Batu giok roh kualitas terbaik ini
bahkan dia ambil dari simpanan pribadinya yang sangat terbatas.
Dia rela menyerahkan batu giok roh
ini demi mendapatkan hak monopoli pil tulang akar. Tapi siapa sangka Saka tetap
tidak bersedia memberikannya!
"Pak Saka, kalau kamu merasa ini
belum cukup, aku... bersedia menambahkan tiga batu giok roh kualitas terbaik
lagi! Aku hanya butuh sedikit waktu untuk mengumpulkannya!" ujar Oza
sambil tersenyum kaku.
Jika benar-benar tidak berhasil, dia
terpaksa harus meminjam batu giok roh kualitas terbaik dari orang lain.
Tidak ada pilihan lain. Jika semua
orang bisa mendapatkan pil tulang akar, maka putrinya akan kehilangan
keunggulannya. Lalu, bagaimana dia bisa menonjol?
"Omong-omong, bagaimana dengan
muridmu yang ingin membunuhku?" tanya Saka.
Saka tidak menanggapi tawaran Oza,
malah mengalihkan pembicaraan dengan nada santai.
Dasar bocah ini, tidak pernah mau
berbicara sesuai alur!
Oza menarik napas dalam-dalam, lalu
tanpa menoleh, berteriak dengan suara dingin, "Masuk ke sini!"
Pada saat itu, dari luar pintu muncul
sosok yang penuh dengan luka dan berlumuran darah. Dia berjalan tertatih-tatih,
meninggalkan jejak darah di lantai di setiap langkahnya.
Ketika dia melihat ketiga orang yang
duduk di meja, sosok itu langsung berlutut. Saat ini, tubuh Roven dipenuhi luka
yang terus mengeluarkan darah. Di tangannya tergenggam sebuah pedang dan
sebilah pisau, dua senjata tingkat langit yang juga berlumuran darah. Luka-luka
di tubuhnya jelas berasal dari kedua senjata itu. Dia telah berlutut di depan
pintu Saka, menggunakan pedang dan pisau itu untuk melukai dirinya sendiri
sebagai hukuman.
"Guru ... Pak Saka... aku salah,
aku benar-benar salah! Aku mohon... ampunilah aku!" kata Rowen dengan
wajah Roven pucat pasi."
"Murid durhaka!"
Oza mendengus dingin, lalu menoleh ke
arah Saka dan berkata, "Pak Saka, bagaimana menurutmu ?"
No comments: