Bab 2785
Tubuh Ardion tiba-tiba membeku di
tempatnya, bahkan dia tidak tahu harus berkata apa. Ekspresi wajahnya
menunjukkan penuh perjuangan dan kesakitan.
Dia sangat peduli dengan martabat
kerajaan, tetapi yang diberikan oleh Adelia ini terlalu berlebihan!
"Putra Mahkota! Apa kamu sudah
lupa penghinaan yang Saka berikan padamu? Apa kamu ingin diculik dan dihina
olehnya lagi?" tanya Adelia.
Ardion teringat kembali kejadian saat
dirinya dipermalukan oleh Saka. Lalu, dia tiba-tiba menutup matanya karena rasa
sakit yang mendalam.
"Bibi, maafkan aku."
Adelia juga merasa agak terharu. Dia
menghela napas pelan dan menyahut dengan penuh keyakinan, "Kita semua adalah
keluarga, jangan banyak bicara! Selain itu, mulai sekarang, kamu bisa
memanggilnya sebagai Paman!"
Paman?
Ardion tertawa getir sambil menjawab,
"Aku tahu. Jaga ... dirimu!"
Setelah menutup panggilan telepon
tersebut, wajahnya menjadi pucat pasi.
Bibi kecil inilah yang selalu
membantunya. Dalam hatinya, Ardion memiliki perasaan yang rumit terhadap Bibi
yang usianya tidak jauh lebih tua darinya ini. Ada rasa kekerabatan,
ketergantungan dan saling mendukung. Ketika Ardion berkuasa, dia pasti akan menjadikan
Bibi ini sebagai wanita paling mulia di dunia. Semua emosi ini sulit untuk
dijelaskan.
Namun, kini, demi masa depan dan
kariernya, Ardion hanya bisa mengorbankan bibinya dengan terpaksa.
"Saka... juga orang penting
sialan lainnya, aku akan mengingat semua hal ini! Tunggu sampai aku naik
takhta, tunggu sampai aku naik takhta!"
Ardion mengepalkan tangannya erat
erat seraya bergumam sambil menggertakkan giginya.
Bertahan sedikit lebih lama.
Jika bertahan sedikit lebih lama,
maka akan melihat cahaya.
Bibi, aku pasti akan membuatmu bangga
dan membalaskan dendammu!
Namun, saat ini, di sisi lain, Adelia
menutup panggilan telepon. Saat mengingat teriakan dan kekhawatiran Ardion di
telepon, dia merasakan emosi yang campur aduk.
"Apa katanya?"
Sebuah suara yang lembut terdengar di
belakang Adelia, disusul dengan sebuah tangan membelai pipinya dengan lembut.
"Nggak... nggak ada apa-apa...
Tubuh Adelia tiba-tiba menegang, dia
memaksakan senyum sambil menjawab, "Aku menyuruhnya untuk menyapa Pamannya
dengan baik..."
"Kalau begitu dia benar-benar
anak yang berbakti...
Seringai senyuman muncul di wajah
Saka. Jari-jari yang berkeliaran di wajah Adelia sudah mencapai bibir merahnya.
Tubuh Adelia makin menegang,
jemarinya yang putih mencengkeram erat pinggiran gaunnya, telapak tangannya
juga basah karena keringat. Akan tetapi, saat merasakan godaan jemari itu,
wajahnya merona merah. Lalu, dia membuka mulutnya pelan, melahap jemari Saka.
"Sudah menjadi Bibi, tapi masih
suka mengisap jarinya seperti anak kecil. Kalau Putra Mahkota tahu tentang ini,
aku nggak tahu apa yang akan dipikirkannya tentang bibinya... "
Saka tertawa seraya kembali berkata,
"Ayo kita lakukan sesuatu yang lebih serius."
Wajah Adelia merona merah dan terasa
panas, hatinya dipenuhi rasa malu dan terhina. Dia menjawab dengan suara
berbisik, "Aku ... nggak bisa.
Saka menghela napas, lalu menyahut
dengan suara lembut, "Nggak apa-apa, aku akan mengajarimu Sebenarnya
sangat mudah, kamu cuma perlu mengingat satu kalimat ..."
Sambil berbicara, Saka perlahan
menarik keluar gaun merah Adelia dan menutup matanya.
Begitu mata tertutup, seluruh langit
menjadi gelap.
Suara lembut yang diiringi dengan
udara panas dan lembab, terdengar di samping Adelia. Hal ini langsung membuat
tubuhnya kaku.
"Kamu cuma makan beberapa dan
nggak akan menderita. Kamu adalah putri kecil di dunia... "
Setelah malam ini.
Putra Mahkota akan memiliki seorang
Paman yang lebih muda.
Adelia mengalami satu malam yang
bahagia lagi.
Hanya Saka yang memberi dengan tulus.
Lebih dari satu jam kemudian.
Langit pun cerah dan hujan berhenti.
Adelia yang sudah berkeringat deras,
menutup matanya seraya berbaring di pelukan Saka dengan napas terengah-engah.
Di usianya yang menginjak tiga
puluhan, Adelia seperti telah membuka pintu menuju dunia baru. Proses
meraba-raba dan membimbing dalam kegelapan sebelumnya bagaikan sebuah
petualangan yang mendebarkan, menyenangkan dan mengasyikkan.
Adelia pada akhirnya mengerti apa
yang dimaksud Novea dengan kegembiraan menjadi seorang wanita.
Ada beberapa hal di dalamnya yang
cukup membuat dirinya bahagia, tetapi hal ini tidak layak untuk diceritakan
kepada orang lain.
Yang lebih penting, Adelia merasa
sangat terkejut saat mengetahui bahwa kultivasi internalnya benar-benar
mengalami kemajuan pesat!
Tidur dengannya benar-benar bisa
meningkatkan kultivasinya!
Adelia meringkuk dalam pelukan Saka,
gaun merahnya setengah terbuka, lalu berkata dengan lemah, "Jangan lupa
dengan apa yang sudah kamu janjikan padaku, Saka... "
"Jangan khawatir, aku sudah
punya rencana untuknya."
Saka memainkan rambut Adelia seraya
berkata dengan nada bercanda, "Aku akan menjadi Paman Putra Mahkota suatu
hari nanti. Tentu saja, aku akan membantunya dan akan memberinya akhir yang
terbaik."
Adelia menjadi makin malu dan marah
ketika mendengar ini. Dia menggertakkan giginya seraya menyahut, "Katakan
padaku apa yang akan kamu lakukan!"
No comments: