Bab 772
Witan seketika naik pitam dan memaki
dengan keras. "Nindi, kok kamu bisa sekejam itu sih? Ini tuh anakku
satu-satunya!"
"Nanti kamu bisa ikut program
bayi tabung, bukannya dengan begitu masih bisa punya anak lagi, ya?"
"Kamu pikir aku nggak tahu? Kak
Nando bilang, aku hampir nggak punya sperma yang bagus, dan kemungkinan
berhasil juga kecil. Jadi, kalau Sania bisa hamil anakku, itu artinya kami
memang ditakdirkan berjodoh."
Witan sama sekali tidak akan membiarkan
Sania menggugurkan anak itu.
Sebenarnya Witan enggan mengungkapkan
semua ini, tetapi jika dia diam saja, Darren dan Nando pasti tidak akan setuju
jika Sania mempertahankan anak ini.
Witan kembali menaruh dendam terhadap
Nindi.
Kalau saja bukan karena tekanan dari
Nindi yang begitu mendesaknya, mana mungkin dia akan mengungkapkan bahwa
kondisi tubuhnya bermasalah, 'kan?
Setelah mendengar itu, Sania merasa
semakin bahagia. Dia telah membulatkan tekad untuk menggunakan anak ini sebagai
alat ancaman agar Witan melindunginya.
"Kak Darren, sekarang aku sudah
cacat dan nggak punya apa pun lagi. Aku cuma mau punya anak yang sehat. Kalau
kamu masih kekeh menjebloskan Sania ke penjara, aku bakal mati di depan
matamu," ancam Witan.
Darren tampak mulai kesal.
"Kalau kamu minta aku melepaskan dia, oke, suruh dia balikin dulu uangnya
padaku." 1
Jika Sania mengembalikan uang itu,
dia mungkin saja tidak akan melaporkannya kepada pihak berwajib.
"Tapi Sania bilang, uang itu
pasti sudah dibawa kabur sama Nindi. Kalau kamu mau uangnya, tanya langsung
saja ke dia," ucap Witan.
Darren seketika merasa di dalam
dilema, tidak tahu harus memilih jalan yang mana.
Dia sama sekali tidak pernah
menyangka bahwa suatu hari dia akan terjebak dalam situasi seperti ini.
Dia akhirnya menoleh ke arah Nindi
dan berkata, " Kamu balikin dulu uangnya, setelah itu baru kita omongin
syaratnya."
"Jangan mimpi. Uang itu sudah
lama disembunyikan sama Ayahnya Sania, sampai sekarang dia masih belum mau
mengaku di mana lokasinya tuh. Ayahnya dia tipe orang yang bisa bunuh siapa pun
pakai tangannya sendiri, kamu pikir dia bakal semudah itu ngaku di mana lokai
uangnya?
Begitu mengaku, dia bakal langsung
masuk penjara. Dia nggak akan bilang semudah itu."
Darren tampak sangat terpukul,
seketika bungkam dan tidak berkata apa pun lagi.
Nando pun menyadari bahwa masalah ini
memang agak sulit untuk ditangani.
Dia lantas menatap Nindi dan berkata,
"Aku percaya kamu jujur, dan uang itu juga nggak ada sama kamu. Tapi, kamu
lihat sendiri situasinya sekarang, Sania lagi hamil anaknya Kakakmu
Witan."
"Kalian segitu yakin ya kalau
anak itu beneran anaknya Witan?"
"Nindi, maksudmu apa sih? Kalau
anak itu bukan anakku, lalu anaknya siapa?"
Nindi menatap ke arahnya dengan
menyeringai sinis. "Kamu 'kan tahu sendiri, Sania pernah menipumu,
berhubungan sama banyak pria, dan bahkan sempat mempertontonkan tindakan tidak
senonohnya di pesta keluarga Ciptadi.
Lalu, sebelumnya dia juga sempat
tidur sama kepala pelayan. Kamu beneran yakin kalau itu anakmu?" 1
Setelah mendengar perkataan Nindi,
Witan yang memang berpikiran sempit dan selalu merasa rendah diri, akhirnya
ikut meragukannya juga.
Ya, anak itu belum tentu miliknya.
Sania bergegas menjelaskan dengan
suara lantang." Kak Witan, sejak aku memutuskan menikah denganmu, aku
selalu menjaga diri dan nggak pernah lagi berhubungan sama pria mana pun. Anak
ini sudah pasti anak kamu."
Witan langsung mencengkeram leher
Sania. "Kalau kamu berani menipuku, aku nggak akan segan bunuh kamu dengan
tanganku sendiri."
"Kak Witan, aku nggak mungkin
menipu kamu soal anak ini, anak itu beneran anak kita."
Melihat Witan yang membela Sania,
Nindi pun tersenyum sinis. "Iya sih, penyesalan memang datangnya selalu
terlambat."
Sania menangis dan berkata,
"Nindi, aku tahu kalau kita nggak akur, tapi anak dalam kandunganku ini
juga darah daging keluarga Lesmana. Kamu kejam banget, nggak takut dapat
balasannya, ya?"
"Ayahmu yang sudah bunuh orang
tuaku saja bisa hidup enak selama ini, aku nggak pernah tuh lihat kalian dapat
balasan apa-apa."
Nindi melanjutkan ucapannya.
"Kalau kamu mau buktikan anak ini benar anakmu atau bukan, tinggal periksa
saja ke rumah sakit. Katanya, setelah trimester pertama, kita bisa lakukan tes
DNA lewat air ketuban."
Setelah Sania mendengar hal ini, hatinya
seketika mencelos ke tenggorokan.
Bukankah ini akan terbongkar?
No comments: