Bab 782
Nindi melangkah dan membuka pintu
kelas. Serena yang ada di luar seketika menatapnya dingin, "Kok kamu bisa
keluar?"
"Memangnya kenapa aku nggak
boleh keluar?"
Nindi sama sekali tidak peduli dengan
Serena, tetapi wanita itu langsung menghadang langkahnya, enggan membiarkannya
lewat.
Sofia pun keluar sambil mengeryit,
"Serena, minggir."
"Kak, kamu sudah tanya tentang
keberadaan ibu, kan?"
"Nona Nindi nggak ada
hubungannya dengan itu," ujar Sofia menahan kesal.
Situasinya sekarang masih belum
jelas. Jika Nindi sampai curiga, keluarga Morris bisa benar-benar celaka.
Apalagi jika Nindi sampai tahu bahwa
kecelakaan mobil waktu itu ada kaitannya dengan Cakra, rencana keluarga Morris
di masa lalu pasti juga akan dicurigai oleh pihak Cakra.
Sofia memang membenci Nindi sepenuh
hatinya, tetapi untuk sekarang, dia tak bisa memberitahu Nindi apa pun.
"Dengar sendiri, 'kan? Ini nggak
ada hubungannya denganku!"
Nindi menatap Serena sejenak, lalu
mengulurkan satu jari dan mendorongnya.
Serena masih tak ingin mengalah,
"Tapi jelas-jelas Sania yang bilang padaku! Ini pasti ada hubungannya sama
kamu!"
"Sania?"
Nindi menyeringai dingin, "Jadi,
ini ulahnya, ya? Pasti gara-gara aku memutar video nggak senonohnya di hari
pernikahannya. Dia pasti malu setengah mati dan mau balas agar aku kena
masalah! 11
Sofia buru-buru maju dan menarik
Serena, "Sudah, aku sudah pastikan semuanya."
Nindi hanya melirik sekilas pada dua
bersaudari keluarga Morris itu, lalu berbalik pergi.
Serena mendengus sambil
menghentak-hentakkan kaki, "Kak, kamu serius sudah tanya dengan
jelas?"
Namun, Serena tetap merasa bahwa ini
ada sangkut-pautnya dengan Nindi.
Selain Nindi, siapa lagi yang punya
dendam sebesar itu pada keluarga Morris?
Sofia berpikir sejenak lalu berkata,
"Suruh Sania ke sini. Aku mau bicara langsung dengannya."
Dengar-dengar, Sania itu sebenarnya
anak sopir yang sudah lama diasuh keluarga Lesmana.
Kalau begitu... mungkinkah Sania tahu
sesuatu soal kejadian di masa lalu?
Jika benar begitu, maka semuanya
harus segera diatur sebelum terlambat.
"Kak, Sania lagi dikurung dan
nggak bisa keluar. Wanita jalang itu cuma ngomong panjang lebar sama aku supaya
aku bantu dia keluar dari rumah."
Begitu mendengarnya, Sofia langsung
curiga, " Menurutmu, kenapa keluarga Lesmana sampai membatasi kebebasan
Sania?"
"Mana aku tahu? Mungkin
gara-gara insiden di pernikahan kemarin. Mereka nggak mau Sania keluar dan
mempermalukan nama keluarga lagi."
Sofia juga di sana saat itu
berlangsung. Dia jelas tahu masalah video itu.
Keluarga mana pun pasti akan malu
jika hal seperti itu terjadi. Jadi, wajar saja kalau Sania perlu dikurung untuk
sementara.
"Memang dikurung, sih. Tapi
tetap bisa pakai telepon, 'kan? Kasih aku nomor Sania."
Menurut Sofia, hal semacam ini perlu
diselidiki terlebih dahulu.
Jika benar Sania dikendalikan karena
tahu kejadian di masa lalu, maka Sofia harus segera mencari cara untuk
membebaskannya dari sana.
"Kak, menurutmu, apa ibu nggak
apa-apa?
Bagaimana kalau penculik itu
membunuhnya?"
"Nggak mungkin, mereka cuma mau
uang."
Sofia sendiri tak ingin ibunya
celaka. Namun, untuk saat ini, semua cara yang terpikir sudah dicoba.
Satu-satunya yang bisa dilakukan
hanyalah menyerahkan uang tebusan.
Keluarga Morris sekarang begitu
krisis keuangan, bahkan mereka harus meminjam sebagian besar kepada Riska agar
bisa terkumpul.
Sofia hanya merasa dunia di
sekelilingnya penuh ancaman. Sedikit saja salah langkah, akibatnya bisa fatal.
Sementara itu.
Begitu Nindi menuruni tangga, Galuh
langsung menghampirinya, "Kamu nggak apa-apa? Mereka nggak macam-macam
sama kamu, 'kan?"
"Sekalipun mereka berdua
digabung, tetap saja nggak bisa kalahkan aku."
Nindi menggenggam tangan Galuh,
"Tenang saja, aku nggak apa-apa."
Lewat yang terjadi barusan, Nindi
bisa menebak bahwa Sofia sebenarnya juga tahu tentang kecelakaan mobil itu,
termasuk perbuatan yang pernah dilakukan ibunya.
Namun, melihat sikap Sofia, bisa
disimpulkan dia sama saja seperti ibunya, yang tak merasa bersalah sedikit pun.
Sorot mata Nindi seketika berubah
dingin. Kalau begitu, kali ini biarlah Sofia merasakan sendiri betapa menyiksanya
kehilangan seorang ibu.
Tepat saat itu, Cakra menelpon,
"Ada kabar dari Dealer 4S, kamu bisa ke sini sekarang, nggak?"
Nindi merasa begitu senang. Tentu
saja dia bisa.
Ayahnya Sania juga keluarga Morris
... tidak ada satu pun yang akan dia biarkan lolos.
No comments: